Happy reading
Film pun di mulai, Alena menikmati film itu seraya memakan mie samyang yang sudah ia masak. Sesekali menyuapi Angkara dengan mie itu, untung Angkara tahan dengan pedas mi samyang itu.
"Sayang, pedas boleh cium bibir kamu?" tanya Angkara yang entah kenapa kini suka sekali suka menggoda sang kekasih.
Alena yang sedang mengunyah mie itu langsung tersedak. Sialnya malah disana tidak ada air putih, kalau minum kopi panas itu malah bahaya untuknya.
Angkara yang reflek itu langsung menarik tengkuk sang kekasih kemudian melabuhkan ciumannya dengan lembut. Sedangkan Alena membulatkan matanya.
Alena langsung menepuk punggung Angkara hingga ciuman itu terlepas. Batuk yang sedari tadi menyiksanya kini berangsur membaik.
"Main nyosor aja, bibir aku masih suci tahu."
"Pedes yank, lagian kamu udah gak tersedak kan karena aku cium tadi," ucap Angkara seraya mengusap sudut bibir Alena dengan tisu yang ada di sana.
"Kamu kok aneh sih, gak pernah loh kamu cium cium aku kayak tadi. Walaupun cium cuma di kening gak sampai bibir," ucap Alena dengan mata berkaca kaca. Ia seperti dilece*kan oleh pacarnya sendiri.
Angkara yang melihat kekasihnya ingin menangis itu langsung menarik tubuh Alena ke dalam pelukannya. Ia merasa bersalah karena sudah mengambil ciuman pertama kekasihnya itu.
"Udah jangan nangis, aku minta maaf karena udah lancang cium kamu tadi. Maaf ya sayang, aku juga reflek cium kamu karena disini gak ada air putih," ucap Angkara dengan lembut mengelus punggung Alena.
"Iya dimaafin tapi gak boleh cium cium tanpa izin. Aku kaget kalau tadi tiba tiba pingsan gimana?" tanya Alena dengan pelan.
"Iya janji kalau sekarang aku mau cium kamu lagi boleh. Kan udah izin?" tanya Angkara yang mendapatkan jepitan maut dari Alena di pinggangnya.
"Gak!!"
Gadis itu meniup kopi yang iya buat tadi kemudian meminumnya sedikit. Setelah lega dari rasa panasnya di kerongkongan, Alena kembali menikmati mie samyang serta menonton drama China yang ia putar.
Sedangkan Angkara bukannya fokus pada film yang ada di televisi, laki-laki itu malah memperhatikan sang kekasih yang lahap memakan mie itu hingga tak terasa mie di dalam piring itu sudah habis.
"Alhamdulillah."
Setelah mi itu habis Alena kembali fokus pada televisinya sedangkan Angkara kini malah menjadikan paha Alena sebagai bantalan kepalanya.
Awalnya Alena terkejut dengan apa yang dilakukan antara tapi selanjutnya ia mencoba untuk terbiasa dengan sikap Angkara yang tiba-tiba berubah seperti ini.
Sedangkan Angkara dia ingin menciptakan momen-momen yang baik dengan Alena. Karena selama mereka menjadi pasangan kekasih hanya Alina yang aktif dalam hubungan mereka sedangkan Angkara hanya cuek dan menerima saja tanpa ikut mempertahankan hubungan itu. Mala dari itu pihak luar dengan gampangnya memprovokasi Angkara hingga membuat laki laki itu putus dengan Alena.
"Yank."
"Hmm?"
"Kamu punya kakak ya?" tanya Angkara yang sebenarnya sudah dari tadi ia ingin mempertanyakan ini pada Alena.
Alena yang mendapat pertanyaan dari Angkara itu langsung menatap Angkara yang ada di bawah itu. Kenapa laki-laki ini bisa mempertanyakan soal keluarga pada dirinya.
"Kakak? Dulu aku punya kakak, sebelum dia di culik orang saat aku masih berusia 5 tahun."
"Kok aku baru tahu kalau kamu punya kakak? Siapa yang culik kakak kamu sayang?" tanya Angkara yang terkejut dengan kenyataan ini.
Setahu Angkara, orang tua Alena sudah meninggal dan Gadis itu hanya tinggal sendirian. Tapi ternyata Alina masih memiliki seorang kakak yang entah keberadaannya dimana.
"Aku gak tahu, aku hanya ingat saat itu aku sedang main di depan rumah sama kakak. Mungkin jarak usia kami hanya terpaut 5 tahun, saat itu kakak yang ingin mengambil bolaku itu langsung digendong sama orang gak tahu siapa. Aku takut karena kakak teriak, akhirnya aku teriak juga supaya Mama keluar. Setelah itu aku gak ingat," ceritanya dengan jujur.
"Berarti kakak kamu sekarang udah besar dong sayang, usianya pasti sudah sekitar 27 tahun 28 tahun," ucap Angkara yang kini semakin ingin tahu siapa kakak Alena.
"Heem mungkin, sejak diculiknya kakak saat itu mama dan papa terus berusaha mencari Kakak bahkan polisi pun terus mencari keberadaan kakak. Tapi sampai sekarang keberadaan kakak tak pernah aku temui, bahkan aku merasa diabaikan oleh kedua orang tuaku setelah Kakak diculik."
"Mereka hanya sibuk dengan kakak yang hilang hingga mengabaikan anaknya yang lain. Aku masih kecil yang belum tahu apa apa, tapi aku juga merindukan sosok kakak yang sangat sayang padaku."
Air mata yang sudah ditahan oleh Alena kini sudah jatuh hingga mengenai pipi Angkara yang sedang berbaring itu.
Angkara yang tak bisa melihat Alena menangis itu langsung bangun dari baringannya dan kemudian mengusap air matanya.
"Kok nangis lagi sih hmm?"
"Aku kangen keluarga yang lengkap, dimana masih ada aku, kakak, Mama, dan papa. Aku kangen semua itu, tapi kini hanya tinggal kenangan," ucap Alena yang kini sudah menarik tubuh sang kekasih hingga Alena kini menangis di pelukan Angkara.
"Sstttt jangan nangis, masih ada aku kok sayang ada Mama juga yang sayang sama kamu. Bahkan banyak yang sayang sama kamu, ada Nadin, Klarisa, Indra semua sayang sama kamu. Kita jug akan menjadi keluarga bahagia nanti, kan kita lagi nunggu kamu lulus kuliah baru nikah hmm."
"Hiks aku gak mau nikah sekarang, aku mau kerja dulu cari uang baru nikah," ucap Alena dengan nada terbata.
"Ya sudah terserah kamu tapi habis kerja nikah ya."
"Heem."
Alena tampak lucu dengan hidung merahnya, entah sudah berapa kali gadisnya itu menangis.
"Kamu tenang aja, aku akan coba cari tahu diamnya kakak kamu hmmm. Aku yakin kakak kamu masih hidup, dan dia juga kangen sama adiknya yang kini sudah tumbuh menjadi gadis cantik dan mandiri," ucap Angkara dengan senyum mengelus punggung Alena hingga gadisnya itu tenang.
"Makasih, aku juga berharap kakak masih hidup. Maaf ya aku selalu ngerepotin kamu," ucap Alena yang merasa tak enak dengan sang pacar. Belum nikah saja ia sudah banyak menyusahkan Angkara bagaimana nanti jika ia sudah menjadi istri untuk Angkara dan menantu keluarga mereka.
"Aku sama sekali gak ngerasa kamu ngerepotin aku kok sayang. Aku malah senang bisa bantu kamu, lagian nanti kalau kita nikah yang jadi wali kan kakak kamu," ucap Angkara yang dianggukkan oleh Alena.
Ia juga baru kepikiran jika nanti ia nikah tak mungkin ia memakai wali hakim jika ia masih punya kakak.
"Aku kangen sama kakak, di pasti sekarang mirip ayah," ucapnya membayangkan wajah sang kakak yang dulu saat kecil memang sangat tampan.
"Masih tampan aku sayang."
Alena hanya tertawa kecil kemudian mengangguk, ia sudah tak selera melihat film yang masih berputar itu lebih enak bicara dengan Angkara.
"Kamu gak pulang?
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Sri Wahyuni
aku masih kangen sama kamu sayang 🥰🥰🥰
manja banget angkara 😘😘😘
2023-06-02
1
Yunia Afida
semangat terus 💪💪💪💪💪
2023-06-02
0