Selesai kuliah, Kara langsung berangkat ke tempat kerjanya. Cafe Love Coffee, di mana semua menunya terbuat dari kopi.
Sebenarnya pekerjaan ini dia dapat karena ajakan temannya Zia yang juga lebih dulu bekerja di cafe itu.
Beruntung cafenya juga tidak terlalu banyak tuntutan, sehingga mahasiswa sepertinya bisa diterima kerja di tempat tersebut. Bahkan di waktu senggang mereka pun saat pengunjungnya lagi sepi, mereka masih bisa saling bergosip, tapi kalau lagi banyak pengunjung bahkan untuk menyapa saja justru tidak ada waktu.
"Kar, kamu masih suka Radit ?"
"Enggak! Malas ah Zi bahas orang itu." kesalnya, moodnya jadi buruk setiap ada yang membicarakan laki-laki tukang php itu.
Jadi Radit itu adalah teman satu kuliah mereka juga, beberapa bulan yang lalu lelaki itu melakukan pendekatan pada Kara tapi ternyata bukan cuma dia, masih banyak perempuan lain yang dia beri harapan sepertinya juga.
"Emang siapa?" tiba-tiba temannya yang lain bernama Joe tapi mintanya sih dipanggil Zowi, yang entah berjenis kelamin apa?Dibilang cowok kok kemayu, dibilang cewek kok kayak cowok ya? hahaa... ya udah lah, itu memang menjadi sebuah misteri yang harus dipecahkan oleh mereka yang penasaran.
"Kepo ih." sewot Kara, Joe alias Zowi memang queen sekaligus king of gosip Cafe Love Coffe. Dia sudah seperti berita gosip yang berjalan.
"Siapa tau Zowi bisa kasih saran." sahutnya manja ala-ala princess.
"Yang ada saran kamu itu menyesatkan." sergah Zia, dan kembali menanggapi sahabatnya Kara.
"Menurutku, masih banyak kok cowok ganteng di kampus. Kamu kan cantik Kar, aku yakin kamu bisa dengan mudah menggaet babang tampan available di kampus kita." ucap Zia memberi semangat pada sahabatnya seperjuangannya tersebut.
"Iya banyak, tapi yang mau sama aku nggak kelihatan batang hidungnya." sahut Kara lemes, "Hidupku kok tidak selancar jalan tol sih, atau paling nggak semulus kayak kepala Pak Jariko gitu?" lanjutnya.
Pak Jariko adalah salah satu dosennya yang memiliki kepala paling kinclong, cewek aja kalah beningnya.
"Hahaa... awas loe Kar, kalau sampai Pak Jariko denger, kamu habis! Dapat nilai E baru tau rasa."
"Hehee... bercanda Zi, lagi pula kan cuma ada kamu di sini. Kamu tega sama aku." muka Kara terlihat memelas di hadapan Zia, meski Kara tau Zia cuma bercanda, dia tau Zia tidak akan melakukan hal seperti itu padanya.
"Muka melasmu nggak akan mempan sama aku, hahaa..." tawa mereka, di sela waktu senggang.
"Coba hidupku kayak di novel-novel halu gitu, ketemu CEO ganteng, posesive, dingin-dingin gimana gitu!" Imajinasi Kara semakin liar, berharap dia lah yang berada di posisi tokoh novel romantis yang banyak dibaca remaja-remaja bahkan emak-emak yang lagi halu tersebut.
"Siksa Zowi bang... nggak apa-apa Zowi dipocecipin... Zowi ikhlas lahir batin yang penting ganteng, di kurung dalam kamar juga nggak masalah, hahaa..." tawa Zowi yang ikut-ikutan berimajinasi liar.
Mau tidak mau Kara dan Zia, ikut-ikutan mentertawakan ketidak warasan mereka. Toh menghayal nggak ada yang melarang, paling kalau khayalannya terlalu tinggi ujung-ujungnya, ya jatuh dan sakitnya tidak berdarah.
"Eh tapi kan kita memang hidup di dunia fiksi Kar, authornya aja tuh nyebelin nggak kasih kita CEO-CEO ganteng, tajir, kejam plus bucin." kesal Zia, apa tidak bisa gitu dia juga hidup seperti princess-princess dunia pernovelan.
"Iya, nggak mau gitu merubah nasib kita?" sahut Kara mengiyakan ucapan Zia dengan kedipan rayuannya.
"Dari pada kalian bertiga bergosip di sini! Tuh urusin CEO-CEO halu kalian, siapa tau jadi kenyataan." Omel Kak Wirda, senior di tempat kerja mereka, yang kadang-kadang ketus tapi nggak jahat juga sih, cuma jutek dikit.
"Ee.. Eeh iya kak." Kara cuma menyahutnya dengan cengengesan. Salah mereka juga sih, Karena keasyikan mengobrol mereka tidak melihat ada pengunjung yang berdatangan.
Mereka kini masing-masing melayani setiap meja yang terisi, dan benar saja dari pakaian mereka jelas terlihat layaknya CEO muda, dan yang membuat Kara kaget ternyata meja yang dia layani adalah kumpulan ZACKS dan satu cewek cantik dan berkelas.
Tampaknya cewek itu datang bersama dengan ketua geng mereka atau kini Kara harus menyebutnya boss besar, kan nggak mungkin pakaian jas semahal dan serapi itu cuma selevel ketua geng.
Mau tidak mau Kara harus melangkahkan kakinya ke tempat di mana kini mereka berkumpul, Kara tidak harus menanggapi ejekan dari si boss besar itu, tidak perlu menanggapi tatapan sinisnya, Kara hanya harus melakukan pekerjaannya, itu saja.
"Selamat siang?" sapa Kara dengan senyum ramahnya pada pengunjung cafe mereka.
"Eh loe Santankan? teman Meira dan..." Kenny melirik jahil pada Zaden, dia tau betul bagaimana sikap Zaden pada gadis tersebut, bahkan Kenny pernah berusaha menjadi makcomblang mereka dengan memanfaatkan keluguan overdosis istrinya Alando sahabatnya itu. Meski saat itu rencananya hanya ingin mengerjai boss besar mereka ini.
Hanya saja sepertinya bossnya itu lagi mode kesal karena perempuan sexy di sampingnya itu, bahkan dari tadi sampai sekarang Zaden cuma menutup rapat mulutnya tanpa sedikit pun menanggapi omongan Kenny, padahal biasanya setiap bertemu Kara ada aja kata-kata ketus yang keluar dari mulutnya itu.
"Emm... iya." jawab Kara seadanya, ada rasa sungkan bicara dengan mereka, mereka adalah ZACKS! siapa sih yang tidak mengenal mereka di kampus? Kara paling malas kalau harus mendapat masalah gara-gara orang kaya seperti mereka.
"Dia pacar gue!" jawab Zaden tenang dengan menatap Kara tajam dan tanpa mempedulikan gadis cantik di sampingnya.
"Haah...?" Kara cuma bisa bengong di tempatnya.
"Apa?" kaget, Kenny tidak pernah tau kalau bossnya diam-diam menjalin hubungan dengan teman Meira tersebut, berarti dia dan Meira berhasil. "Wow... sepertinya gue dan Meira bisa buka jasa biro jodoh nantinya." seru Kenny. "Lan, kasih tau Meira..."
"Plak." belum apa-apa Kenny sudah dapat geplakan dari manusia kutub, si Alando. Dan sayangnya Kenny tidak bisa membalasnya, dia cuma bisa pasrah mengusap kepalanya.
"Kapan kalian jadian?" lanjut Christ.
"Serius?" tanya Steven yang ikut penasaran.
"Itu bukan urusan kalian, ini rahasia kami berdua, iyakan Santan?" tanyanya pada gadis di hadapannya yang masih terbengong-bengong, dan parahnya Zaden tidak tau nama asli gadis itu, dia cuma tau nama panggilan yang diberikan oleh Meira.
"Braak..." pukulan di meja terdengar nyaring, gadis yang tadi berusaha menempeli Zaden tampak murka. Dia merasa diabaikan dan Zaden sama sekali tidak menghargai keberadaannya sama sekali.
"Loe anggap gue apa sih Zaden? Gue ini calon tunangan loe, dan itu tidak akan pernah berubah. Loe suka atau tidak." teriak Mayang, hingga tamu-tamu di sana pada menoleh ke arahnya dan berbisik-bisik seolah-olah mereka adalah bahan gosip yang menarik.
"Yang berusaha menjodohkan gue sama loe kan Papa gue sama Papa loe, jadi loe nikah aja sama Papa gue." senyum Zaden seolah mengejek perempuan di sampingnya tersebut.
"Zaden, loe berharap punya ibu tiri?" tuduh Alando dengan pandangan mengejek.
"Sialan loe." maki Zaden, dia tidak bersungguh-sungguh. Tapi tentu saja dia tidak berharap menjadi korban bisnis orang tuanya juga.
"Aaah... gue akan aduin loe sama papa gue!" Murkanya dengan penuh ancaman, dan berlalu pergi menjauh dari mereka.
"Kayak Meira aja loe tukang ngadu." ejek Christ yang juga ikutan kesal dibuat perempuan manja tersebut, sejak kemaren Christ memang sudah tidak menyukainya, karena terus-terusan mengganggu boss mereka yang lagi sibuk kerja di tambah dengan sikap angkuhnya itu.
"Apa loe bilang?" kenapa malah istri manisnya yang dibawa-bawa. Membuat Alando emosi saja.
"Gue bercanda, peace." ucapnya cengengesan dengan membentuk huruf V dendan jarinya.
"Jangan libatkan aku dalam urusan kalian." kesal Kara, karena sudah dijadikan kambing hitam oleh lelaki tersebut, Kara memandang Zaden sengit namun cuma dibalas senyuman mampesona olehnya, seketika Kara ingin meleleh melihatnya.
'Ya Tuhan... kenapa hatiku begitu lemah.'
"Tap... tap..." ternyata Mayang kembali menghampiri meja mereka tepatnya kembali di samping Zaden dengan membawa sebuah gelas berisi es cappucino.
Tanpa aba-aba, "Byuur." minuman itu tumpah tepat di atas kepala Zaden, yang kini jangan ditanya lagi bagaimana marahnya Zaden pada gadis manja tersebut.
"Loe.!" ingin rasanya dia membalas perbuatan perempuan tersebut, tapi tentu saja Papanya akan sangat marah nantinya. Dengan jas mahalnya Zaden membersihkan mukanya yang sudah dikotori air berwarna cokelat dengan aroma khasnya itu dengan kasar dan emosi yang tertahan.
"Sekarang gue ikhlas, loe sama pelayan jelek itu." tatapnya Kara dengan sinis, kemudian pergi dari sana dengan angkuhnya, seolah dialah seorang pemenang.
Entah kenapa, Kara sama sekali tidak tersinggung dengan ucapan gadis tersebut. Dia justru senang melihat Zaden dapat karmanya karena sudah berkali-kali mengejeknya juga.
"Hahaaa..." tawa sahabatnya suka cita, ini pertama kali mereka melihat Zaden di siram oleh perempuan yang biasanya tergila-gila padanya. Begitu pun Kara yang tidak bisa menahan senyumnya lagi.
"Loe berani mentertawakan gue hah...!"
***
Vote, like dan koment
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Novianti Ratnasari
😁😁😁
2021-07-17
0
Siti Ai Sadiah
🤣🤣🤣🤣kasian zad zad
2021-01-25
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
nyumak
2021-01-21
1