Setelah ketiga tamunya sudah pulang, Ayu bisa bernafas lega, sebab dari tadi rasanya Ayu menahan nafas, apalagi saat Ayu bertemu pandang dengan pria bertubuh tinggi tegap dengan dada bidak tersebut.
Bahkan Ayu berkali - kali mengucap istigfar dalam hati guna mengusir pikiran kotor yang datang tak tau malu. kini Ayu menyandarkan kepalanya di kursi kerjanya sembari menghela nafas panjang.
Pikirannya mendadak traveling kemana-mana, hingga sebuah suara membuyarkan lamunan nya.
"Mbak, Ayu!!" seru Tika di depan mejanya.
"Eh iya, Tik. A- ada apa?" Ayu gelagapan karna terkejut.
"Mbak Ayu malah melamun sih, gak asik," keluhnya, "Mbak !!. cowok yang tadi tampan nggak, Mbak?" lanjut Tika.
"Yang mana?" Ayu menyahut dengan malas, berpura -pura fokus pada kertas gambar di hadapan nya, padahal sejak Tika melontarkan pertanyaan polos itu, seketika fokus Ayu jadi buyar.
"Yang tadi lo,mbak. masak mbak gak ingat? padahal tadi cowoknya geleng-geleng kepala sambil memperhatikan mbak Ayu. terpesona kali sama mbak Ayu, heheee..." Tika cengengesan takut tiba-tiba Ayu marah.
Uhuuk... uhuuk..!!
Ayu terbatuk batuk karna tersedak air liurnya sendiri. Tika dengan cepat mengambil air agar Ayu berhenti berbatuk, "Hati- hati ,mbak. kok bisa tersedak sih, padahal gak minum apa-apa?" Tika mengusap punggung Ayu dengan lembut.
"Habisnya kamu tu, yang bikin mbak tersedak."
"Maaf deh, mbak. aku kan cuma ngomong fakta, sesuai dengan apa yang aku lihat. heheee." Tika cengengesan tanpa rasa bersalah.
"Tik! hari ini, mbak pulang gak nyampek sore ya, karna sore sampai malam nanti mbak harus bantu bu RT bersihi musolla. biasalah mau bulan puasa, musolla harus bersih biar orang sholat tarawih jadi betah dan ahirnya mau tadharusan." Ayu mengalihkan topik pembicaraan, agar tidak ada lagi pertanyaan dari Tika yang akan membuat Ayu jadi sulit untuk menjawabnya.
"Iya mbak, tenang aja, biar aku yang jaga butik sama teman-teman."
"Ya udah, mbak pulang ya. Assalamualaiku" Ayu mengambil tasnya lalu beranjak keluar dari ruangan itu.
"Waalaikumsalam." sahut Tika.
******
Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit, kini Ayu sudah sampai di halaman rumahnya, saat turun dari dalam mobil, Ayu sempat melihat kearah tetangga di depan rumahnya.
Di sana tampak tiga orang ibu-ibu muda sedang bergosib ria, entah apa yang mereka gosibkan, tapi Ayu masih bisa mendengar dengan jelas jika ketiga wanita itu sedang membicarakan nya.
Ayu memilih masuk ke dalam rumah sambil menggelengkan kepala. tak habis pikir dengan kelakuan ibu-ibu muda tersebut, kenapa begitu senang menngosibkan orang lain, padahal mereka sendiri belum tentu lebih baik dari orang yang mereka bicarakan.
"Assalamualaikum, Bunda."
"Waalaikumsalam. loh! kok udah pulang sayang. kamu sakit?" Bunda Fatimah nampak heran melihat kedatangan sang putri, pasalnya Ayu akan pulang di jam 5 sore, tapi hari ini dia pulang di jam 3 sore. bunda Fatimah langsung mendekat dan mengecek kening Ayu dengan telapak tangan nya.
"Nggak Bunda, Ayu baik-baik aja kok, Ayu pulang cepat karna mau membantu bu RT bersihin musolla, sebentar lagi kak mau bulan puasa Bun."
"Oh...! iya Bunda lupa. ya udah kamu bersih-bersih dulu, habis itu sholat asyar berjemaah sama Bunda."
"Iya, Bun. badan Ayu gerah mau segera mandi. Ayu masuk dulu ya Bun." pamit Ayu seraya menaiki tangga menuju kamarnya di lantai dua. rumah dengan desain minimalis modern itu adalah pemberian dari sang almarhum suami yang telah meregang yawa beberapa jam setelah ijab qobul di laksanakan.
Tempat akad nikah yang di gelar di masjid dekat rumah Ayu, membuat kedua mempelai dan juga para keluarga harus menggunakan kendaraan ke hotel yang akan menggelar resepsi pada malam hari.
Namun naas, di tengah perjalanan menuju hotel, mobil yang di tumpangi Ayu dan sang suami mengalami kecelakaan yang di sebabkan oleh mobil bermuatan besar mengalami rem blong, hingga menabrak beberapa mobil termasuk mobil yang di tumpangi Ayu dan sang suami.
Pria berdarah campuran indonesia turki tersebut menghembuskan nafas terahir di rumah sakit, sedang kan Ayu berada di ruang ICU, Ayu koma selama satu bulan. bahkan bunda Fatimah sudah pasrah saat kondisi Ayu semakin menurun, Ayu sempat kritis sebelum ahirnya ia tersadar dari koma setelah satu bulan di rawat di rumah sakit.
Tapi sadarnya Ayu tak serta merta membuat bunda Fatimah bernafas lega, Ayu harus menjalani serangkayan pemeriksaan karna wanita itu bagaikan mayat hidup selama tiga bulan, hingga di bulan yang je empat, mertuanya dari turki datang menjenguk Ayu di rumah sakit.
Karna kedatangan merekalah kondisi ayu mulai membaik, berkat dukungan dan kasih sayang mereka Ayu bisa menerima dan mengikhlaskan kepergian Adam malik sang suami.
Orang tua Adam juga memaksa Ayu untuk menempati rumah yang di berikan Adam, mereka juga memberikan sejumlah uang yang menurut Ayu sangat besar.
Ayu berusaha menolak uang tersebut, namun orang tua Adam memaksa dengan alasan, agar jiwa Adan bisa tenang di alam sana, karna uang itu adalah amanah dan keinginan Adam sebelum menikah.
Setahun setelah Ayu melewati masa-masa kelam dalam hidupnya, Ayu mencoba berdamai dengan keadaan, Ayu pindah dari rumah lama milik kedua orang tuanya. dan tingga di perumahan elit yang sudah di berikan oleh almarhum sang suami sebagai mahar.
*******
Ayu memandangi foto pernikahan nya yang terpampang jelas di dinding kamar, memandangnya sebentar sebelum berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum pergi ke musolla untuk membantu bu RT.
Setelah selesai dengan ritual mandinya, Ayu segera turun menuju musollah kecil yang ada di dalam rumah itu, tampak di sana sudah ada bunda Fatimah yang sudah menunggu.
Keduanya pun melaksanakan sholat asyar berjemaah, setelah menunaikan kewajiban nya, Ayu bergegas pergi ke musolla.
"Assalamyalaikum, Ummi." sapa Ayu pada ummi Aisyah, ummi Aisyah adalah ustadzad sekaligus ibu RT di komplek perumahan itu.
"Waalaikumsalam. Nak Ayu."
"Maaf ya, Ummi. Ayu terlambat." ucap Ayu tak enak hati, sebab Ummi Aisyah sepertinya sudah lama menyabut rumput di halaman musolla.
"Nggak apa-apa Nak, Ayu. Ummi juga baru nyampek kok. melihat Nak Ayu datang kesini, Ummi udah sangat senang, sebab di sini, tidak ada satupun warga yang mau capek-capek membantu membersihkan musolla, hanya Nak Ayu yang tak pernah bosan berbuat kebaikan. Ummi doakan semoga Nak Ayu di beri kesehatan dan kebahagiaan dunia ahirat." ucap Ummi Aisyah dengan tulus.
Seketika mata Ayu berkaca-kaca, hanya Ummi Aisyah di lingkungan itu yang menerima Ayu dengan tulus, Ummi Aisyah selalu memperlakukan Ayu dengan lembut dan penuh kasih sayang.
"Amin Ummi." sahut Ayu.
Setelah selesai mencabut rumput di halaman musolla, Ayu kembali ke rumah untuk membersihkan diri, berganti pakaian lalu berangkat lagi ke musolla untuk mengajar ngaji anak-anak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Nurhayatins Aqil
lnjt smgt
2023-06-02
1