Tika dengan cekatan mengukur badan wanira paruh baya tersebut, hingga dua orang laki laki datang secara bersamaan.
"Ma!!" panggil pria itu padang sang istri yang tengah di ukur oleh Tika.
Seketika wanita itu tersenyum hangat pada dua orang yang di ketahui sebagai suami dan putranya.
"Mas, sudah sampai? sini sayang nanti kamu juga bakalan di ukur, kamu duduk dulu di samping mama. kamu juga mas." sapa wanita tersebut pada suami dan putranya.
Ayu yang sedang asik menggambar juga mendengar jika ada yang datang karna mereka semua ada dalam satu ruangan, namun jarak Ayu dan tamu tersebut agak jauh.
Namun demi kesopanan sebagai pemilik butik, Ayu meninggalkan sejenak pekerjaan nya guna menyapa dua tamu yang datang.
Ayu merapikan alat gambar lalu berdiri menghampiri tamu tersebut, "Assalamualaiku, pak. perkenalkan nama saya Ayu, memilik butik ini?" sapa Ayu dengan ramah. lengkap dengan memperkenalkan diri.
"Waalaikumsalam, saya Damar prasetyo , ini putra saya Alex dan ini istri saya Serli." pak Damar menyahut tak kalah ramah. beda dengan sang istri dan anaknya yang tampak acuh tak acuh.
Pria paruh baya itu sikapnya sangat berbeda dengan kedua orang di sampingnya, pria itu lebih ramah, mau pemperkenalkan dirinya balik, tidak seperti istrinya yang selalu memasang wajah datar sejak tadi sampai.
Tidak beda jauh dengan sang putra, yang sedari tadi hanya sibuk dengan ponselnya, tak ada basa basi sedikitpun sekedar menyimak percakapan orang-orang yang ada di ruangan itu, semua orang di ruangan itu bagaikan mahluk tak kasat mata bagi Alex, hingga pria itu hanya sibuk dengan dunianya sendiri.
"Kalau begitu silahkan Bapak duduk kembali, saya akan mengambil minuman."
"Anda tidak usah repaot- repot." tolak Pak Damar merasa tidak enak hati.
"Enggak Pak, gak repot kok, kami memang menyediakan minuman untuk para pelanggan kami." setelah mengatakan itu, Ayu segera undur diri, mengambil tiga minuman kaleng dari dalam lemari pendingin yang sudah tersedia untuk para tamu atau karyawan yang haus.
"Silahkan di minum Pak." Ayu meletakkan tiga minuman itu di atas meja.
"Terima kasih." sahut Pak Damar.
"Sama-sama, Pak. kalau begitu saya undur diri Pak, karna saya masih harus meyelesaikan pekerjaan saya." Ayu tetap berpamitan dengan sopan meski dalam satu ruangan.
"Oh. silahkan-silahkan."
Ayu langsung beranjak kembali ke mejanya untuk menyelesaikan pekerjan nya yang tadi sempat ia tinggal.
Saat sedang fokus menggambar, tiba-tiba Tika datang mendekat dan berbisik di telinga Ayu, "Mbak Ayu, mbak Ayu aja ya yang ngukur kedua laki-laki itu." bisik Tika tak enak hati.
"Loh! emang kenapa Tik." Ayu masih tidak mengalihkan fokusnya dari kertas gambar di hadapan nya. tapi wanita itu tetap bertanya sebagai respon.
"Badan tu orang sangat tinggi mbak, aku gak sampek buat ngukur bahunya. mbak aja ya yang ngukur. heheee.." Tika tersenyum malu-malu.
Ahirnya Ayu menghentikan pekerjaan nya, lalu beralih memandang Pak Damar. dan benar saja ternyata pria paruh baya itu tubuh nya sangat tingga. Ayu memaklumi tubuh kecil Tika yang tingginya mungkin hanya 150 cm, sedang kan pria itu, Ayu perkirakan tingginya kurang lebih 180 cm. ah pantas saja Tika gak nyampek.
"Baiklah, biar mbak aja yang ngukur, nanti kamu yang catat."
Ayu mengambil pengukur baju, lalu mendekat ke arah Pak Damar, "Permisi pak, saya yang akan mengukur Bapak." pamit Ayu seraya tersenyum ke arah pak Damar.
"Silahkan." Pak Damar berdiri dan mulai di ukur oleh Ayu.
"Loh, loh..!! kok kamu yang ngukur? bukan nya tadi karyawan kamu?" Sepertinya Bu Serli tidak suka jika yang mengukur suaminya adalah Ayu.
"Maaf, Bu. karyawan saya kesulitan mengukur pak Damar, mungkin karna postur tubuh pak Damar yang di atas rata-rata sehingga Tika karyawan saya jadi kesulitan." jelas Ayu, wanita cantik itu mengulas senyum canggung karna tak enak hati.
Sebab Ayu tahu jika gelagat Ibu Serli seperti sedang cemburu padanya. setelah itu Bu Serli tak lagi berkomentar, wanita paru baya itu hanya duduk dengan angkuh sambil melihat cara Ayu mengukur tubuh sang suami.
Setelah beberapa menit, Ayu sudah selesai mengukur Pak Damar, "Sudah selesa, Pak." ucap Ayu, tak lupa selalu memasang senyum manis di sepanjang pekerjaan nya.
"Terima kasih." Pak Damar segera kembali duduk di sofa. "Ayo Lex, sekarang giliran kamu."
"Iya Pa." sahut pria itu, Alex segera berdiri, lalu menghampiri Ayu yang sedang mengoreksi apa yang di catat Tika.
Alex hanya berdiri di samping Ayu tanpa mau memanggil agar segera di ukur, pria itu memperhatikan Ayu dari atas sampai kebawah, hingga Ayu sendiri tersadar jika di sampingnya ternyata ada seseorang.
"Eh! maaf Mas, saya kira masnya masih duduk di sofa." Ayu terkejut karna di perhatika oleh pria di sampingnya. mendadak dia jadi gugup dan salah tingkah.
Sedangkan Alex hanya memasang wajah datar, tanpa mau menanggapi sedikitpun ucapan Ayu. masih dengan rasa gugup yang mendera, Ayu mulai melingkarkan pengukur di pinggang Alex.
Alex tidak bergerak sama sekali, tapi ekor mata pria itu terus memperhatikan bagaimana jari lentik Ayu menyentuh kulitnya yang di lapisi kemeja hitam.
Entah kenapa jari-jari lentik Ayu bagaikan mengelitik bagian intim dari tubuhnya, hingga pria itu merasakan desiran aneh yang selama ini tak pernah ia rasakan.
Setelah selesai mengukur bagian pinggang, kini Ayu pindah kebagian dada pria itu, sejenak Alex dan Ayu sama-sama membeku saat keduanya bertemu pandang, bisa terlihat dengan jelas, bibir seksi milik Ayu, mata sayu dengan bulu mata lentik tanpa tambahan bulu mata palsu, di tambah dengan lesung pipi di salah satu pipinya yang tidak terlalu tirus, wanita itu terlihat begitu cantik, wajah yang putih bersih, bahkan tanpa polesan make up tebal.
Kecantikan Ayu begitu alami, hingga siapapun yang memandangnya tak akan pernah bosan, apalagi dengan jarak yang begitu dekat seperti Alex saat ini, tentu saja pria itu sampai menahan nafas, wajahnya tiba-tiba memerah hingga ketelinga. entah apa yang di pikirkan Alek saat ini. author juga tidak tau.
Hingga Ayu membuang muka terlebih dahulu, wanita itu tak ingin jatuh terjerambat kedalam kubangan dosa dengan terus mengagumi seorang pria yang bukan muhrimnya. namun tak dapat di pungkiri jika Ayu merasakan hal yang sama, terpesona dengan ketampanan pria yang saat ini ada di hadapan nya.
Hidung mancung, rahang tegas dengan di hiasi bulu-bulu halus, yang seketika membuat bulu kuduk Ayu meremang. Ayu segera menggelengkan kepala demi mengusir hayalan kotor yang tiba-tiba muncul bak tamu tak di undang. beberapa kali wanita itu beristigfar dalam hati.
Wajah wanita itu juga memerah seperti kepiting rebus, jantungnya berdegup dengan sangat kencang. pernah tahu kan rasanya mendengar detak jantung kita sendiri, seperti itulah jantung Ayu saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Nurhayatins Aqil
lnjt
2023-05-31
1