Dengan tubuh yang masih lemah. Belum beberapa jauh lamanya dari rumah, ia sudah terengah-engah di pinggir jalan. Merasakan lelah yang begitu amat terasa di seluruh badannya. Keringatnya sampai-sampai membasahi seluruh wajah dan tubuh karena ia terus memaksa untuk tetap bergerak melanjutkan olahraga pagi.
"Ah..Sepertinya aku akan mati lagi!!."
Mata yang sudah sedikit terasa buram dan tersandar di sebuah pohon yang berada di pinggir jalan, ia mencoba beristirahat sejenak. Orang-orang yang berjalan santai juga melihatnya, namun ia tidak peduli sama sekali dengan tatapan itu, ia terus melanjutkan olahraganya setelah keadaannya sedikit membaik.
Hampir 2 jam ia terus memaksa tubuh untuk terus berlari. Ketika ia ingin terus melanjutkannya, tiba-tiba tubuhnya langsung roboh dan untungnya seseorang gadis muda bisa menahannya. Ia beruntung bisa bertahan. Jika tidak, mungkin ia akan jatuh terbaring ketengah jalan raya.
"Apa kamu baik-baik saja?."
Gadis itu sedikit khawatir dengan kondisi Alex yang terlihat tidak baik-baik saja, ia juga mencoba memapahnya, ke kursi di dekat taman. Ia juga memberikan Alex sebotol air minum untuk membuat Alex tetap sadar.
Beberapa menit kemudian.
"Terima kasih sudah mau membantuku!!."
Alex yang masih terlihat lemas mencoba untuk berdiri meninggalkan gadis itu. Ia tidak mau tubuhnya istirahat meskipun itu hanya sebentar. Ia terus memaksa tubuhnya bagaimanapun caranya agar tubuh yang lemah itu menjadi lebih kuat.
"Apakah kamu yakin baik-baik saja?."
Gadis itu sangat mengkhawatirkan keadaan Alex yang terlihat tidak baik. Namun ia tidak bisa berbuat banyak melihat tekadnya yang begitu besar. Ia juga terlihat tersenyum melihat Alex yang dapat bangkit lagi tanpa bantuan dari siapapun.
"Makasih sekali lagi ya."
Dengan menoleh ke gadis itu Alex langsung saja pergi meninggalkannya sendirian duduk di kursi taman. Ia terus berlari dengan semangat, memaksa tubuh yang tidak pernah sama sekali berolahraga.
Gadis itu hanya bisa tersenyum melihat Alex yang tidak patah semangat. Alex juga tidak pernah menyerah meskipun tubuhnya sudah mencapai batasannya. Gadis itu langsung berdiri dan melanjutkan olahraganya juga dan bertekad agar bisa seperti lelaki muda yang baru ia temui.
*****
"Rebahan terus, sekali-kali keluar olahraga sana!!."
"Ngapain keluar? Mending di rumah rebahan cantik iyakan mah?."
"Kalian ini terus saja bertengkar, emang apa sih manfaatnya, buat mama pusing saja."
Sebuah perdebatan kecil di ruang tamu. Mereka adalah saudari kembar namun sifat mereka sangat berbeda. Alice Putriani adalah gadis cantik yang pintar dan rajin. Tidak dengan adiknya ia lebih suka malas-malasan di rumah meskipun umur mereka tidak berbeda jauh hanya berbeda beberapa menit saja, karena Alena Putriani begitu tidak dewasa membuatnya sangat terlihat begitu muda dari Alice.
"Iya nih! Kakak saja datang-datang udah ngajak ribut, mending keluar lagi sana biar tambah sehat."
Terlihat Alena sedang tengkurap di atas sofa memainkan ponselnya. Meskipun ia terlihat begitu kesal, namun ia sangat menyayangi kakaknya itu melebihi cintanya dari kemalasannya itu sendiri. Sifatnya itu hanya ia tunjukkan di dalam rumah, namun tidak di sekolah, ia sangat dingin dan bahkan jarang sekali berinteraksi dengan teman-teman sekolahnya.
"Iya, kakak mau mandi dulu. Kamu bantu aku masak nanti ya?."
"Iya kakakku yang cantik, sana cepat mandi sudah bau banget nih."
"Eh kamu berani ya. Nih rasakan ini!!."
Alice dengan kesalnya terus menggelitik Alena. Ia terus membuat adiknya tertawa terbahak-bahak sampai membuatnya sedikit meneteskan air mata karena merasa geli. Alena juga sudah meminta maaf agar kakaknya segera berhenti membuatnya geli.
"Sudah-sudah kalian ini, nanti papah marah kalau kalian seperti ini terus."
Ibunya yang sudah kesal dengan mereka berdua karena sudah mengganggu ia sedang asik menonton TV kesukaannya. Alice dan Alena langsung berhenti karena takut dengan tatapan ibunya yang sangat menyeramkan.
Mereka langsung kabur meninggalkan ibunya di ruang tamu yang sedang menonton TV. Alice dan Alena lebih takut ibunya ketimbang ayahnya. Ayahnya adalah seorang pengusaha terkenal dan lebih sering menghabiskan waktunya bersama keluarga dari pada pekerjaannya, ia sangat menyayangi kedua putri kembarnya dan sangat jarang sekali marah kecuali putrinya itu membantah perkataan ibu mereka. Bisa di bilang ia adalah ayah yang sangat baik kepada keluarganya.
--
"Papah pulang. Dimana putri-putri cantik papah?."
"Mending ayah mandi dulu sana, mereka lagi memasak di dapur."
"Oh gitu, ya sudah kalau sibuk. Eh kok kamu gitu sama suami, aku ini baru datang loh?."
"Kamu mau ngapain, aku sibuk nih?."
"Sibuk, bukankah kamu hanya menonton TV saja?."
"Tidak mau, kamu masih bau?."
Ayah mereka tampak sedih karena istrinya begitu cuek terhadapnya, padahal baru saja datang. Tidak di sambut sama sekali bahkan anaknya juga sibuk, biasanya mereka senang sekali kalau papanya datang dari kantor.
"Sayang kamu ada uang tidak?."
"Kamu ada perlu apa emangnya?."
"Tadi itu ada ikan di TV."?
"IKLAN sayang, gitu saja susah."
Setelah bersalaman istrinya mencoba mengelus-elus pundak suaminya karena ada sesuatu yang ia inginkan. Ia mencoba merayu suaminya yang sudah duduk di atas sofa bersamanya sambil menonton TV.
"Katanya tadi aku bau?."
"Kata siapa, kamu itu sangat wangi sekali. Bahkan lebih wangi dari minyak wangi di jual di pasaran."
"Ye elah pintarnya ngegosip."
"Ngegombal sayang, malah nyasar ke gosip sih?."
"Nih, jangan lupa nanti belikan aku celana hitam panjang ya? Soalnya ini sudah kekecilan."
"Muaah...Sayang banget deh sama kamu."
Kedua suami istri ini sangat romantis meskipun sudah memiliki dua anak yang sudah berumur sekitar 15 tahun. Keluarga mereka sangat harmonis membuat tetangga sebelah sedikit iri melihatnya.
--
"Wah masakan ini sangat enak, lebih enak dari biasanya."
Dengan lahap ayahnya memakan masakan buatan dari kedua putrinya. Alice dan Alena terlihat senang, karena ayahnya menyukai masakan mereka yang di buat dengan penuh cinta dan kasih sayang.
"Siapa dulu gurunya?? mamah senggol dong."
Dengan sombongnya ibunya terus memuji dirinya sendiri di depan suami dan anak-anaknya. Ia juga terlihat sangat senang karena sudah di beri uang belanja yang banyak oleh suaminya.
"Nanti di senggol nangis."
Suaminya terlihat kesel melihat istrinya begitu sombong hanya karena pintar memasak. Tapi ia juga senang melihat keluarganya begitu harmonis membuat hatinya jadi lebih tenang. Sebab itulah ia lebih suka di rumah dari pada di perusahaan.
Alice dan Alena merasa jadi nyamuk saja melihat orang tuanya yang terus bermesraan di depan mereka. Mereka juga sangat senang melihat kedua orangtuanya saling mencintai satu sama lain.
--
Setelah selesai makan.
"Kakak, tolong bantu aku menyelesaikan PR dong?."
Alena membuka kamar Alice tanpa mengetuknya sama sekali, membuat Alice sedikit kaget karena dari tadi ia terlihat bengong. Alena juga sedikit curiga apa yang sudah di pikirkan kakaknya itu dan tidak seperti biasanya.
"Cieee lagi mikirin seseorang ya??."
"Eh tidak, apaan sih kamu? Ganggu aku saja?."
"Aku ini kembaran kamu loh, aku juga sedikit merasakannya?."
Alena terus mencoba mengejeknya karena tidak mau memberitahukan dirinya tentang apa yang sudah di pikirkan oleh kakaknya itu, ia hanya mencoba menebak-nebak apa yang sudah di pikirkan Alice.
"Aku bilangin papa kamu ya?."
Alena mencoba mengancamnya karena tidak mau memberitahukan apa yang sudah membuat Alice termenung di kamarnya. Bahkan ia tidak pernah melihat kakaknya ini seperti itu, baru kali ini ia melihat Alice sedikit berbeda.
"Pah..Alice suka sama cow-?."
Alice langsung menutup mulutnya dengan salah satu tangannya dan menarik Alena kedalam kamar agar ia berhenti berteriak. Ia juga tidak mau merahasiakannya lagi sama saudari kembarnya.
"Iya-iya aku kasih tahu, kamu berhenti berteriak, awas saja kamu kalau membuka mulut."
Dengan sedikit serius Alice menceritakan semuanya tentang pertemuannya dengan Alex di depan taman, saat ia berolahraga pagi waktu itu. Alena mendengarnya sedikit kesal karena Alice hanya bertemu dan bahkan tidak mengetahui namanya masing-masing.
"Hah? Cerita macam apa ini, aku kirain kalian sudah kenal lama atau yang lainnya, heh membosankan."
Alena tampak kecewa dengan kakaknya yang begitu memikirkan seseorang yang bahkan ia tidak kenali sama sekali. Ia langsung pergi dari kamar Alice dengan wajah sedikit kecewa.
"Eh kok pergi, bukankah kamu ada perlu tadi ya?."
"Oh benar juga. Makasih sudah mengingatkanku, aku hampir saja lupa."
Mereka terlihat sibuk dengan PR mereka, karena tugas itu akan di kumpulkan pada hari senin besok. Mereka masih anak SMP kelas 3. Tahun depan mereka akan lulus dan melanjutkan sekolah ke SMA. Meskipun mereka berbeda kelas, tetap saja Alice dan Alena terus bersama, di sekolahnya mereka sedikit terkenal dengan sebutan Putri Kembar oleh teman-teman satu sekolahan.
Bersambung...
...Jangan Lupa Di Like, Subscribe, dan Share. Agar Thor Semakin Semangat Updatenya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments