Telepon yang Saling Terhubung
Rumina merasa ragu, apakah ia akan tetap mencintainya atau tidak. Oleh karena itu, ia hanya melihat pemandangan yang seolah berjalan di luar jendela.
Sementara Alza, pada kenyataannya, ia sedang mengendalikan diri, sebab di dalam hatinya terdapat gejolak kelelakian yang tiba-tiba bangkit kembali. Wanita yang duduk di sebelahnya telah membuatnya enggan untuk membuka pembicaraan. Profil wajahnya, ketika dilihat dari samping, begitu imut dan sangat menarik, membuat pria itu ingin menciumnya. Namun, ia percaya pada mucikari yang mengatakan bahwa Rumina masih perawan.
Namun, Rumina adalah salah satu di antara ribuan pegawai di perusahaannya; ia tak boleh gegabah. Tertangkap menyewa kamar dengan perempuan yang seharusnya dipesan saja sudah sangat memalukan, apalagi melakukan hal bodoh lainnya. Kalaupun dia memaksa wanita yang tertekan itu, maka ia akan menjadi lelaki paling kejam sedunia.
Rumina tiba-tiba menoleh dan memergoki Alza sedang memandanginya. "Tuan, apa Anda memiliki berlian?" tanya Rumina.
Alza melepaskan jam bermerek ****** Philip yang dipakainya di pergelangan tangan dengan ekspresi datar. Jam tangan pesanan itu sangatlah bergengsi.
"Apa rumahmu sudah sampai?" tanya Alza seraya memberikan jam itu pada Rumina.
Gadis itu mengangguk sambil menerima benda itu dan menggenggamnya. Ada rasa malu tersirat di wajahnya, tapi ia terpaksa melakukan.hal itu. Lalu, ia menunjukkan arah di mana rumahnya berada.
"Tuan, maafkan aku! Bolehkah aku meminta nomormu? Aku akan menghubungkan telepon kita dan membuktikannya!" kata Rumina saat mobil mulai menepi.
Mobil berhenti di depan bangunan sederhana yang menjadi tempat tinggalnya sejak Rumina masih kecil. Ia turun dengan cepat begitu pintu sudah bisa dibuka, lalu mengetuk pintu rumah itu dengan keras.
Setelah Rumina turun, sopir kembali menjalankan mobil hingga ke luar halaman rumah, tapi mereka masih bisa melihat aktivitas yang terjadi di sekitarnya.
Rumah itu gelap. Ponsel di tangannya menyala karena terhubung dengan Alza. Pria itu bisa mendengar segala yang dikatakannya dari mobilnya.
"Kak! Buka pintunya, ini aku sudah pulang membawa berlian yang kau inginkan!" teriak Rumina, sambil mengetuk pintu.
Rumina terus mengetuk dan memanggil Akila serta orang tua beberapa kali, tapi pintu tidak juga terbuka. Lampu di dalam dan di luar pun tetap padam.
Tidak lama setelah itu tampak mobil Akila memasuki halaman. Waktu menunjukkan pukul 11.00 malam tepat. Saat berbelok tadi, perempuan itu melihat Bantlye hitam terparkir di sisi jalan. Ia tidak yakin kalau Rumina berhasil mendapatkan berlian dari pria yang ada di dalamnya. Kalau pun berhasil, pasti pria itu sudah merusak harga diri adiknya yang putus asa, atau adiknya rela menjadi budak lelaki seumur hidup.
Akila keluar dari mobilnya dengan cepat diikuti oleh Austin, yang baru saja dijemputnya. Sepanjang jalan, Aqila sudah menceritakan semua perbuatan jahatnya untuk menghancurkan sang adik kepada suaminya.
Dalam hati, Austin tidak rela kalau istrinya berbuat jahat pada Rumina, sebab dia adik yang baik dan manis. Diam-diam ia menyukainya, tapi istrinya terlalu posesif.
Namun, sejak dulu pun Akila begitu. Bahkan, Austin tidak boleh membawa mobilnya sendiri dan mengharuskannya dijemput pulang pergi.
Setelah Akila mengajaknya tinggal bersama orang tua kandung mereka, ia baru tahu jika Rumina bekerja dalam satu perusahaan yang sama dengannya. Mereka jarang bertemu sebab sehari-hari adik mertuanya itu hanya berada di laboratorium, sedangkan dirinya selalu sibuk di bagian keuangan.
Saat pulang kerja, tanpa sengaja ia melihat Rumina terpeleset di depan kantornya, dengan segera ia menolongnya. Disaat yang sama Akila datang dan langsung melihat tangan Austin yang ada di bahu adiknya. Wanita yang telah menjadi istrinya itu marah besar tanpa menanyakan bagaimana kejadiannya.
Awalnya, Akila akan menjemput suaminya di jam pulang kerja seperti biasa, tapi ia melihat pemandangan yang membuatnya cemburu buta. Dan, yang lebih mengesalkan lagi, suaminya mengatakan akan lembur, dengan terpaksa ia membawa Rumina pulang. Setelah sampai di rumah, ia melampiaskan kemarahannya begitu saja di depan ayah dan ibu mereka.
Kini Akila sudah mengetahui kejadian yang sebenarnya dari sang suami bahwa, saat itu memang sedang menolong adiknya. Ia minta maaf pada Austin agar tidak marah, tapi ia mengakui bahwa, telah menawarkan adik perempuannya itu kepada seseorang untuk dijadikan wanita malam.
Rumina masih perawan, pasti bayarannya tinggi, hanya lelaki tertentu saja yang mencari perempuan bersih untuk ditiduri.
"Rumina!" kata Austin setelah turun dari mobil, ia terlihat khawatir. Akila sudah pasti menyakitinya lagi sebab setiap cemburu, istri lelaki itu tidak segan-segan membuat perhitungan pada perempuan yang ia kira akan merebut suaminya.
Akila melotot pada Austin.
Austin diam dan memalingkan pandangan, ia memilih aman daripada Rumina yang menjadi sasaran.
Begitu berhadapan dengan Rumina, Akila tertawa demi melihat adiknya baik-baik saja. Bahkan, tidak tampak bekas percumbuan hebat yang tertinggal di kulitnya sedikit pun. Berarti ketidakpercayaan Akila benar--kalau Rumina telah gagal mendapatkan berlian, dan ia akan membunuhnya. Biarlah Austin menjadi saksi agar tidak macam-macam dengan perempuan lain lagi.
Dalam hati Akila berpikir, mana mungkin gadis polos dan kampungan seperti Rumina berhasil menaklukkan seorang pria kaya.
"Apa kau berhasil? Tidak, kan?" katanya, dengan tatapan membara yang bisa membakar perasaan adiknya.
"Apa maksudmu tidak berhasil? Lihat ini!" kata Rumina sambil menunjukkan jam tangan bermerek dengan berlian di dalamnya.
Rumina merampas jam tangan itu.
"Apa kau yakin kalau jam ini asli? Sayang! Kamu yang bisa memastikan keaslian jam ini atau aku akan membunuhnya!" kata Akila sambil mendorong tubuh Rumina ke teras rumah dan memberikan jam itu pada suaminya.
Austin memeriksa dan mengangguk pada istrinya. Itu asli.
Begitu melihat isyarat tentang keaslian dari jam tangan yang dibawanya, Rumina tersenyum.
"Aku sudah mengikuti keinginanmu! Lepaskan aku!" katanya, sambil melepaskan tangan Akila dari kerah bajunya.
Akila melepaskan tangannya dan mengambil jam dari Austin.
"Apa kau sengaja mengunci pintunya? Buka! Aku ingin masuk!" kata Rumina.
"Rumi, sepertinya kau baik-baik saja. Apa kau tidak sakit?" tanya Akila, sambil menelisik seluruh tubuh adiknya dari ujung kaki sampai ujung rambutnya.
Sementara itu, Austin hanya menjadi penonton dan telepon yang ada di tangan Rumina masih tersambung pada ponsel Alza.
"Ahk! Aku kesakitan! Di mana Ayah dan Ibu? Segera buka pintunya!" seru Rumina dengan nada mengejek.
"Kau belum menceritakan bagaimana kau mendapatkan jam berlian ini. Apa kau menjilati sepatu pria pemilik jam tangan ini?" tanya Akila.
"Ya! Aku menjilati sepatunya, kakinya dan itunya! Apa kau puas?"
Tiba-tiba, seseorang di dalam mobil Bantlye merasa geram dan mengepalkan tangannya.
Akila terkekeh.
"Kau pikir aku percaya? Tapi itu tidak penting! Aku yakin, orang seperti dia—" Akila melirik mobil di seberang halaman rumah.
Ia melanjutkan bicara, "Tidak akan memberikan jam ini pada perempuan sepertimu dengan cuma-cuma! Oh ya, kalau kau mencari Ayah dan Ibu, jual dirimu padanya dan beri aku seratus juta!"
Akila kembali terkekeh. Ia yakin Rumina tidak akan sanggup membayarnya kecuali dijadikan budak.
"Apa kau gila? Aku tidak punya uang sebanyak itu untukmu! Di mana Ayah dan Ibuku? Akila!"
"Apa kau pikir mereka hanya milikmu? Hah!"
"Awas saja kalau kau menyakiti mereka. Ingatlah bahwa kau juga anaknya, Akila!"
"Apa yang akan kau lakukan kalau aku sudah membuat mereka menderita, ha? Mereka terlalu baik padamu, mereka selalu menanyakan di mana dirimu! Aku muak!"
Rumina merasakan kakinya lemas dan tidak mampu menopang berat badannya hingga jatuh ke lantai. Ia memegangi rok Akila sambil menangis. Tentunya ia khawatir Ayah dan Ibu celaka karena Akila.
Akila mendorong tubuh Rumina dengan kasar.
"Katakan di mana ibuku?" kata Rumina memohon.
"Beri aku seratus juta, baru akan aku tunjukkan di mana ibumu!" balas Akila.
Rumina berdiri dan mendorong tubuh Akila dengan kasar.
"Akila! Mereka ayah dan ibu kita. Kau jahat, menggunakan Ayah dan Ibu untuk memeras aku!" katanya.
"Aku tidak peduli!" Akila berkata sambil mendorong balik Rumina. Ia kecewa karena tidak mendapatkan apa pun dari kamar Rumina saat ia menggeledahnya tadi. ❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
akila gila
2023-05-31
17