Rumah Keluarga Rumina (Awal Mula Kejadian)
“Kakak! Apa maksudmu sih? Aku ini adikmu, aku tidak pernah menggoda suamimu. Itu hanya salah paham!” kata Rumina sambil memegang kedua tangan Akila, kakak perempuannya yang berkacak pinggang, dengan tatapan mata yang nyaris membunuh.
Rumina sangat kecewa dengan sikap sang kakak yang diluar dugaannya, padahal ia begitu bahagia begitu Akila tinggal bersama di rumah orang tua mereka.
Mereka kakak beradik, saudara kandung, tapi memiliki sifat yang sangat berlawanan. Jarak usia yang terpaut cukup jauh mungkin menjadi penyebabnya. Mereka juga dibesarkan di lingkungan yang berbeda bersama orang yang berbeda pula.
Akila menepis tangan adiknya kasar sambil memalingkan muka. Ia muak dengan Rumina, adik kandung yang secara tidak langsung membuatnya terusir dari rumah. Oleh karena itu, ia membencinya. Dirinya harus hidup dengan paman mereka sejak gadis bertubuh kurus itu lahir.
Walaupun Rumina tidak bersalah, ia tetap ingin mengusirnya pergi dari rumah. Sudah cukup baginya sang adik tinggal di sana bersama ayah dan ibu, sedangkan ia harus tinggal dengan orang lain.
Rumina gadis manis yang mudah menangis hanya karena hal sepele. Seperti sekarang ia sudah berlinang air mata, padahal tidak dipukul. Ia gadis berusia 26 tahun dengan pengalaman kerja yang bagus. Hatinya dipenuhi rasa sedih karena saudara yang seharusnya saling menyayangi, justru membenci.
Ia mengusap kasar pipi cabinganya yang sudah dipenuhi air dari mata bulatnya.
“Kakak! Percayalah, aku hanya tidak sengaja jatuh dan suamimu menolongku, jangan salah sangka! Tanyakan saja padanya!” Rumina membela diri.
“Dasar penggoda! Mana mau mengaku?” kata Akila seraya mencibir.
“Aku bukan penggoda!”
“Ibu tahu nggak dia pantasnya kerja di mana? Jadi babu! Atau waitress di Moda Barclub! Cuma itu kerjaan yang pantas buat perempuan seperti dia! Masa, suami kakak ipar sendiri mau diembat!”
Akila, perempuan bertubuh tinggi dan berpakaian berwarna terang, itu berkata pada ibu dan ayah mereka. Sepasang suami istri yang berumur sekitar 55 tahun dan tidak tahu harus berbuat apa pada anak kandung yang baru beberapa bulan saja tinggal bersama.
Mereka tidak mengira kalau Akila akan tumbuh menjadi gadis yang kasar dan senang memakai riasan tebal, juga pakaian yang mencolok. Selama ini mereka pikir pamannya membesarkan dengan baik.
“Akila, kamu harus sabar ... bukankah kalian bersaudara dan sekarang sudah tinggal bersama, jangan bertengkar! Malu di dengar tetangga,” kata Soyu. Ia adalah wanita yang lembut, bertubuh gemuk, dan pandai memasak. Sejak melahirkan Rumina, ia lumpuh dan tidak bisa berbuat banyak. Ia hidup bersama Abe--suaminya yang penyabar.
Dahulu, mereka merasa tidak sanggup mengurus dua anak, karena penyakit stroke yang diderita Soyu. Walaupun Abe tidak mengeluh, tapi adik perempuannya kasihan hingga menawarkan diri untuk merawat salah satu anak perempuannya. Setelah dipertimbangkan, ia memilih Akila yang sudah besar.
“Akila, dengar kata ibumu! Berbaktilah mulai sekarang, sebab paman dan bibi yang merawatmu sudah tiada, jadi kami yang menjadi pengganti mereka!” kata Abe lembut, ia sangat menyayangi dua putrinya.
“Ayah! Apa Ayah percaya begitu saja dengan Rumi?”
“Kalian selesaikan saja sendiri, tunggu suamimu pulang dan tanyakan langsung, bagaimana kejadiannya!” kata Abe lagi, sambil mendorong kursi roda istrinya masuk ke kamar.
Setelah ayah dan ibunya tidak ada, Akila menyeret Rumina ke luar rumah. Rumah kecil yang penuh dengan kenangan manis itu tampak seperti punya tangan dan melambai padanya. Seolah-olah ia akan pergi jauh saja.
“Kak! Akan kau bawa aku ke mana?” tanya Rumina sambil menahan sakit di pergelangan tangannya karena Akila memegangnya dengan sangat kuat. Ia menoleh antara rumah dan kakaknya.
Akila berbalik sambil melotot pada Rumina dan berkata, “Diam kau! Ayo ikut aku!”
“Lepaskan dulu tanganku sakit!”
Akila tidak perduli dengan permohonan Rumina dan terus membawa adiknya itu ke mobil tuanya. Itu kendaraan yang menjadi warisan dari paman dan bibi yang sudah membesarkannya dengan cukup keras. Dari pendidikan seperti itulah, kemudian gadis kecil yang diasuh dengan suka rela, menjadi wanita yang kasar juga.
Rumina pasrah, ia duduk dengan tegang dan sesekali melirik Akila yang duduk di belakang kemudi. Cara menyetir kakaknya buruk, apalagi sebentar-sebentar menghisap sebatang rokok dari sela jari. Ia tahu kalau wanita itu pasti berniat buruk.
Ia dimasukkan secara paksa ke dalam mobil tua itu setelah dicubit dengan sangat keras di pangkal lengan. Namun, anehnya, Rumina yang lemah dan gampang menangis itu tidak menitikkan air mata, ia takut kalau terlihat lemah justru Akila akan lebih senang menyiksanya.
Kini mereka duduk berdampingan, mobil berjalan dengan kecepatan tinggi yang tak tentu arah. Sementara perasaan mereka sangat jauh satu sama lain. Saudara macam apa mereka.
“Kenapa Kakak seperti ini padaku, aku salah apa?” tanya Rumina dengan lagak tak berdosa. Ia belajar kuat begitu keluar dari rumah ayahnya sebab dalam hati ia menduga, jika mulai saat ini, semuanya tidak akan baik-baik saja.
Mereka baru hidup bersama selama dua purnama setelah sekian tahun terpisah. Hanya satu bulan sekali paman dan bibinya mempertemukan mereka. Namun, setelah tinggal satu atap, bukannya bahagia yang diperoleh Rumina, tetapi kesedihan sebab Akila selalu saja menuduhnya menggoda Austin--suaminya. Pria itu memang tampan dan mapan, tapi Rumina tahu diri dan batasan.
“Apa? Kau bertanya mengapa kita seperti ini?” tanya Akila sambil memukul stir mobil dengan keras. ❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
YuraNidi
kamu nyebelin amat toh mbak. tapi sifatnya yang kasar juga pasti memiliki alasan dan awalan...
2023-06-05
24
YuraNidi
wah.. namanya kek orang Jepang 😂
2023-06-05
18
El_Tien
Aku juga cari dia tadi gak ada 😅😅😅
2023-05-28
19