Bab 3

Memberikan Berlian

"Bukankah kamu tadi berada di perbatasan?" tanya Rumina, kaget. Sesaat setelah Akila meninggalkannya, ia melihat mobil mewah berhenti tidak jauh darinya. Pemilik mobil Pagani, Bantlye, Bugatti, atau Lamborghini biasanya orang yang bergengsi. Lalu, kenapa pemilik mobil seperti itu kepedulian terhadapnya?

Tidak lama setelah itu, kaca mobil turun secara perlahan, ada wajah pria menyembul dari jendela depan dan belakang. Rumina mengenal wajah itu dengan baik, bagaimanapun posisinya karena ia sering melihatnya. Setiap Senin akhir bulan, ia menjadi pengamat wajah sang Bos dari kejauhan. Alza menonjol dari orang lain, seperti matahari yang tak bisa disaingi sinarnya.

Pria itu terlampau jauh dalam pikirannya. Sekilas, Rumina melihat pintu mobil bagian belakang terbuka dan sosok itu turun. Namun tiba-tiba, sebuah mobil lain berhenti tepat di depannya, kendaraan milik mucikari itu menjadi penghalang bagi pertemuan mereka. Akila memintanya datang setelah mereka berdebat panjang.

Akila senang ketika Rumina meminta syarat agar tidak dijatuhkan ke sungai Melhy. Sungguh kesempatan untuk menghancurkan Rumina sehancur-hancurnya. Ia pun menghubungi seorang mucikari yang sudah ia kenal lama.

Namun, Rumina menolak cara murahan seperti itu karena ingin mempersembahkan dirinya untuk pria yang ia cintai. Ia meminta syarat lain, tapi Akila marah dan menariknya ke bibir pembatas sungai. Gadis itu sangat takut saat kakaknya menekan tubuhnya ke bawah.

Sekuat tenaga Rumina bertahan hingga ia bisa membalikkan keadaan dan Akila yang kini berada di bibir pembatas sungai. Meskipun begitu, tenaga Aqila lebih kuat. Lalu, kakaknya merobek-robek bajunya hingga beberapa bagian tubuhnya terlihat.

Aqila tertawa terbahak karena dengan begitu tidak akan ada lagi alasan bagi adiknya untuk menolak menjadi wanita pesanan pria kaya dan ia-lah yang akan mengambil semua uangnya.

Setelah berhasil menghubungi penyalur wanita, Akila pergi begitu saja. Saat itulah, Rumina melihat wajah Alza yang memandang dari jendela kendaraan mewahnya.

Lalu, siapa yang menyangka takdir kembali mempertemukan mereka di kamar itu. Namun, posisi Rumina bukan lagi wanita yang perlu dikasihani, melainkan wanita murahan, demi mendapatkan sebuah berlian.

"Ah, aku pikir tadi mimpi melihat, Tuan! Ternyata itu benar, Anda!" Kata Rumina sambil tertawa kecil meremehkan dirinya sendiri, "Semua demi berlian, Tuan! Berikan aku sebuah berlian!"

"Apa maksudmu?"

"Aku nyaris mati dan masuk jurang kalau aku tidak setuju untuk mendapatkan berlian darimu!"

"Aku?"

Alzi menatap gadis di depannya dengan tatapan tidak senang karena merasa dipermainkan. Mereka baru saja bertemu dan ia sudah meminta sebuah berlian. Aneh.

"Aku? Tidak akan!" kata Alza, sambil berdiri. Jika ia menuruti Rumina, berarti dialah yang menjadi murahan.

"Apa pun akan saya lakukan, asalkan saya bisa mendapatkan berlian!" ujar Rumina sambil melucuti pakaian atasnya.

"Pakai bajumu! Aku tidak tertarik!"

Bruk!

Suara lutut terdengar saat Rumina berlutut di hadapan Alza dan menangis. Namun, pria itu masih menganggap Rumina berpura-pura.

"Anda bisa membuktikan saya jujur atau bohong! Saya benar-benar akan dibunuh kalau tidak mendapatkan berlian dari seorang pria malam ini! Saya bersyukur kalau yang harus menyentuh tubuh saya pertama kali adalah Tuan! Tapi kalau tidak mau, baiklah! Saya akan mencari laki-laki lain lagi!"

Ck!

Alza tidak terima karena ia yang memilih kamar dan juga memesan wanita bersih untuk dinikmati. Ia sudah membayar lunas semuanya dengan harga empat kali lipat lebih tinggi dari wanita pesanan biasa. Namun, jika Rumina pergi dan tidur dengan pria lain, ia akan rugi. Bukan soal uang, tapi wanitanya itu!

"Baiklah, ayo! Buktikan kalau kau memang benar!" ucap Alza.

Rumina segera berdiri sambil membenahi pakaiannya dan tersenyum. Ini keberuntungan, selain tidak jadi disentuh ia bisa bertemu dengan Alza. Bahkan, mendapatkan berlian seperti keinginan Aqila.

Alza berjalan keluar kamar dengan langkah beratnya yang terdengar seperti diseret. Rumina mengikuti di belakangnya seperti ayah dan anak atau adik dan kakak bahkan mirip paman atau keponakan.

Di mata Rumina, Alza pria matang dan sukses, pada umumnya tidak berusia muda. Namun, meskipun ia tergolong terlambat menikah, ia masih pantas kalau harus bersanding dengannya.

Mereka berjalan menyusuri koridor hotel dan menaiki lift dalam diam. Sampai tiba di parkiran, mereka tidak bicara. Seorang sopir yang sedang merokok dan bersantai duduk di atas kap mobil Bentley hitam, seketika terkejut.

Ia langsung berdiri sambil merapikan pakaian, setelan kemeja, dan dasi lengkap dengan jasnya. Rumina berpikir jika pakaian sang sopir lebih rapi daripada bosnya.

"Tuan, apa sudah selesai?" tanya sang sopir, terlihat gugup. Ia pikir tuannya akan menghabiskan waktu semalaman di kamar itu.

Lalu, sopir itu melihat Rumina. Ia memicingkan mata, ingat bahwa wanita itu yang terlihat di perbatasan dan sang Tuan memintanya untuk menghentikan mobil, untuk memperhatikan.

Sopir itu berpikir mungkin mereka tidak akan bertemu lagi karena wanita itu seperti kebanyakan orang yang sekilas saja dilalui di jalan. Namun justru mereka dipertemukan kembali di tempat seperti sekarang.

Sopir itu ingat betul tuannya bilang, "Kasihan sekali wanita itu ... hentikan mobilnya! Aku akan membantunya!"

Saat itu, dalam bayangan seseorang akan terjadi adegan seperti di film-film, di mana seorang pria melepaskan jas untuk menutup bahu si wanita demi melindunginya.

Sopir tersebut menduga tuannya akan membawa wanita itu pulang. Ia buru-buru mematikan rokok dan berjalan ke pintu belakang, untuk membukakan pintu mobil.

"Di mana rumahmu?" tanya Alza, ketika mobil sudah berjalan. Ia duduk bersebelahan dengan Rumina di kursi penumpang bagian belakang.

"Di jalan Dendang, Tuan!"

"Pergilah ke sana!" perintah Alza pada sopirnya.

"Baik, Tuan!" kata si sopir sambil memahami instruksi tuannya. Ia tahu Jalan Dendang tidak jauh dari pusat kota Mayore dan hanya berjarak belasan kilometer dari hotel tempat mereka menginap. Waktu tempuhnya sekitar 30 menit dengan kecepatan tinggi, sehingga itu hal yang mudah baginya.

Namun, lagi-lagi si sopir salah kaprah karena ternyata tuannya justru akan mengantarkan wanita tersebut ke rumahnya sendiri. Meski tuannya orang baik, ia tidak berhak berkomentar atau ikut campur dalam urusan pribadi tuannya.

Bila dilihat dari Piramida karakter pria, Alza adalah seorang alpha, sedangkan sopirnya hanyalah seorang beta atau gamma saja. Artinya, ia hanya mengambil keuntungan dari posisinya sebagai bawahan, namun tidak harus memiliki tanggung jawab sebesar tuannya.

Selama perjalanan menuju jalan tol, ketiga orang yang berada di dalam kendaraan itu tidak saling berbicara. Rumina terlalu sungkan untuk memulai obrolan meski sebenarnya ada banyak hal yang ingin ia sampaikan.

Ia tahu mengapa seorang lelaki menyewanya. Pria itu seolah memasukkannya ke dalam kamar hotel yang sudah dipesan sebelumnya dan ia yakin Alza sebenarnya membutuhkan layanan seperti itu. Namun, mengapa harus dengan seorang wanita malam? Lalu, ke mana istrinya? Sopirnya bahkan tampak memaklumi, sehingga ia merasa jijik tiba-tiba.

❤️❤️❤️❤️

Terpopuler

Comments

◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ

nanti kamu akan tau sendiri, rumina

2023-05-31

23

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!