"Beristirahatlah kembali, aku akan keluar. Jika butuh apa-apa jangan sungkan dan jangan takut untuk mengatakannya padaku"
"Baik tuan, sekali lagi terimakasih banyak", ucapnya sambil menunduk hormat.
...****************...
" Huh.. Akhirnya tuan itu keluar juga dari dalam kamar ini. Jika terlalu lama disini bisa sesak nafas aku dibuatnya. Aduh jantung tolong kondisikan pada situasi dan tempat dong. Untung tuan Edward tak mendengarnya. Rasanya sudah seperti genderang yang mau perang", gumam gadis kecil itu karena merasa wajahnya menjadi panas seketika dan rasa malu menghampiri.
Namun, tanpa sadar gadis kecil itu terus membayangkan tentang sikap baik dan hangat tuan Edward terhadapnya. Karena terlalu sibuk dan asyik membayangkan dia jadi senyum-senyum sendiri seperti orang gila.
"Apa-apaan aku ini, bagaimana bisa aku memikirkan seorang pria dewasa yang bahkan baru aku kenal beberapa waktu yang lalu?"
"Tapi jika di lihat-lihat tuan Edward kelihatan baik dan tulus padaku. Caranya bersikap, berucap dan memperlakukan aku begitu hangat dan lembut."
"Kata dia aku tidak perlu takut padanya. Baiklah aku akan mencoba untuk mempercayainya", yakin gadis kecil itu pada dirinya sendiri.
" Tuan Edward, sudah baik hati, sopan dan lembut sikapnya ditambah wajahnya yang tampan, sungguh laki-laki paling sempurna dewa penolongku itu hihihi", terkagum dan masih terus membayangkan dewa penolongnya.
"Akh..perasaan apa ini? Mengapa jika berada di dekat tuan Edward rasanya nyaman sekali seperti sedang berada dalam dekapan ayah dan ibu. Huh jadi rindu", tanpa sadar air matanya mulai menetes. Mengingat baru saja dia kehilangan sang ayah.
Cepat sekali perubahan mood gadis kecil itu, dari takut, kagum dan sekarang bersedih lagi. Sungguh memang tidak bisa ditebak perasaan makhluk yang namanya perempuan itu.
Lain di kamar lain pula di ruang tengah mansion tersebut. Sejak keluar dari dalam kamar gadis kecil itu, Edward nampak kebingungan sendiri. Dia hanya duduk di sofa yang berada di ruang tengah itu sambil berfikir dengan serius.
"Ada apa denganku? Setiap berada di dekat gadis kecil itu selalu saja aku melakukan hal-hal bodoh di luar kendaliku?", menggeleng-gelengkan kepalanya tak terima dengan apa yang dia rasakan.
"Dan juga mengapa setiap kali melihat sorot matanya yang teduh itu, rasanya aku ingin terus selalu melindunginya? Terlihat sekali banyak beban yang ada di sana", terus membayangkan gadis kecil itu.
" Akh membayangkannya saja sudah membuat jantungku berdebar. Ada apa denganku? Perasaan apa ini?".
"Sejak hidup dan bersosialisasi dengan manusia belum pernah sekalipun aku merasakan hal seperti ini. Semuanya nampak biasa saja tak ada yang berbeda sekalipun itu dengan wanita yang katanya paling cantik"
"Tapi, mengapa dengan gadis kecil itu rasanya berbeda sekali? Ada rasa ingin memiliki, akh tidak tidak mungkin hanya rasa ingin melindungi ya benar", menyangkal namun terus membayangkan.
"Apa mungkin dia? ", cukup lama Edward berfikir tanpa menemukan jawaban yang pasti.
" Ah sudahlah nanti ku tanyakan saja pada Tetua. Memang rumit perasaan manusia itu", kemudian bangkit dan berlalu menuju ruang kerja pribadinya mengingat banyak hal yang sudah dia tinggalkan selama mengurus gadis kecil itu.
"Ya begini lebih baik, daripada terus memikirkan perasaan yang entah apalah itu namanya lebih baik aku mengecek setumpuk file-file yang dikirim Erwin", memilih fokus bekerja sebagaimana mestinya.
" Huh dasar Erwin mengurus begini saja tidak bisa. Selalu saja harus aku yang turun tangan menyelesaikannya. Kalau caranya seperti ini terus akan ku potong gajimu bulan depan, huhh", dengan mood yang cukup buruk setelah kejadian perasaan tadi kini dokumen dan sang sekertaris Erwin lah yang jadi sasarannya.
Di belahan dunia lain, saat ini Erwin merasa tak nyaman dengan matanya karena sedari tadi selalu berkedut.
"Aduh, ini mata kenapa lagi sejak tadi berkedut? Apa jangan-jangan ada yang sedang membicarakan ku? Pasti saat ini tuan muda sedang mengumpat ku, mengingat banyak file yang ku kirimkan padanya ",Erwin berusaha menormalkan matanya dengan sedikit memijit pelipisnya.
Bersambung...
Bantu like dan komentarnya agar author tetap semangat untuk terus berkarya dan update bab selanjutnya. Terima kasih.
Salam semangat untuk semua.
-
-
-
-
-
Edward : "Thor jelasin dulu lah perasaan apa itu, jangan main cut aja dong bikin jiwa kepo ku meronta-ronta 🤯🤯"
Author : " Kepo kayak anak jaman now aja 🤭. Lah tadi bukannya udah mau tanya dulu ke tetua mu itu 😒"
Edward : "Ya elah thor.. Tinggal kasih tau aja apa susahnya sih 😤😤😤"
Author : "Tenang bro tenang jangan asal seruduk-seruduk macam banteng aja kau ini😏😏. Okelah next episode di jelasin 😘😘"
Edward :" 😱😱😱 kapan pula itu hilal next episodenya terlihat thor ? "
Author : " Sabar sedikitlah sedang otw ini kau ganggu-ganggu dengan banyak sekali pertanyaanmu itu 😤😤 "
Edward : 🏃♂️🏃♂️ Woles thor
Author : 💆♀️💆♀️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments