Bab 3. Ramuan

"Perkenalkan, namaku Edward," ucapnya sambil mengulurkan tangan untuk berkenalan. Namun, tanpa diduga, gadis kecil itu justru malah menangis tersedu-sedu.

Edward bingung apa yang salah dengan cara dia memperkenalkan diri? Sebab selama hidupnya, dia tidak pernah berurusan dengan yang namanya wanita.

Gadis kecil itu yang tak kunjung berhenti menangis, membuat Edward frustasi sampai tanpa sadar, ia terus mondar-mandir dengan kebingungan. Dia terus bergumam dan berfikir apa yang harus dilakukannya.

Kesibukan Edward tersebut cukup menarik perhatian dari gadis kecil itu, sehingga membuatnya berhenti menangis dan memperhatikan Edward yang kebingungan sendiri.

Paman itu lucu sekali, bukannya menghiburku agar berhenti menangis justru dia malah sibuk berfikir sendiri, batin gadis kecil itu.

"Paman, Are you okey? " tanya gadis kecil akhirnya, menyadarkan Edward dari kebingungannya.

"Kenapa Paman terus mondar-mandir? Apa paman ada masalah?, " tanya gadis kecil itu dengan wajah polosnya, sambil menahan tawa.

"Aku tidak punya masalah. Hanya saja ada sesuatu yang aku lupakan saat melihatmu sadar. Seharusnya itu yang aku tanyakan padamu. Are you okey? "

"Lalu, tadi kamu memanggilku apa gadis kecil? Paman? Kapan aku menikah dengan bibimu? Memangnya wajahku setua itu sampai harus kau panggil paman? "

Mendengar ucapannya, gadis kecil itu merasa bersalah dan takut karena telah membuat marah sang dewa penolong hidupnya. Dia sadar betul tanpa bantuan dari tuan Edward mungkin nyawanya tak terselamatkan mengingat detik-detik saat mobilnya terjun bebas ke dalam jurang di hutan. Tapi anehnya bagaimana bisa dia dalam keadaan baik-baik saja tanpa luka sedikitpun. Sungguh benar-benar keajaiban Tuhan.

"Ma.. Ma.. Maafkan aku tuan", ya dia putuskan untuk memanggil sang dewa penolongnya dengan sebutan tuan. Itu terdengar jauh lebih baik dan lebih menghormati.

" Te.. Te.. Terimakasih sudah menyelamatkan hidupku. Tuan bisa lihat sendiri sekarang aku baik-baik saja tanpa kurang suatu apapun", jelas gadis kecil itu dengan susah payah.

"Syukurlah jika kamu sudah baik-baik saja. Oya satu lagi, kamu tidak perlu takut dan tegang begitu pada ku. Aku tidak akan melukai atau menyakitimu. Aku tidak tertarik dengan gadis kecil sepertimu", ujar Edward.

"Ahh sekarang aku ingat apa yang sudah ku lupakan tadi. Kamu tunggu disini sebentar dan jangan pergi kemana-kemana, aku akan segera kembali", setelah mengatakan itu Edward pun kembali keluar dari kamar gadis kecil itu. Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti akan perintah sang tuan.

Edward keluar dari kamar gadis kecil itu untuk mengambil ramuan khusus dalam kamarnya agar bisa mempercepat pemulihan gadis kecil tersebut.

Saat ingin mengecek kondisi gadis kecil itu, dia tak sempat membawa apapun karena menganggap bahwa gadis kecil itu tidak akan sadar begitu cepat, mengingat gadis kecil itu hanya manusia biasa. Dia cukup terkejut melihat gadis kecil itu sadar secepat itu.

Setelah mendapatkan ramuan khususnya, Edward bergegas turun kembali ke kamar gadis kecil itu. Sebelum masuk dia mengetuk pintu terlebih dahulu agar tak membuat gadis kecil itu ketakutan kembali.

"Tok.. Tok.. Tok.. Tok.. Ini aku Edward, bolehkah aku masuk? "

"Silahkan masuk saja tuan, pintunya tidak di kunci", mendengar jawaban itu Edward langsung masuk ke dalam kamar menuju ranjang dimana tempat gadis kecil itu beristirahat.

" Bolehkah aku duduk disini? ", sambil menunjuk lewat sorotan matanya ruang kosong di kasur dekat gadis kecil itu beristirahat. Gadis kecil itu hanya mengangguk tanda mengizinkan dan Edward pun tanpa ragu duduk di dekat gadis kecil itu.

"Minumlah ramuan ini untuk mempercepat pemulihan mu. Habiskan dan jangan sampai ada yang tersisa sedikitpun," kata Edward sambil menyerahkan ramuan khusus itu padanya. Gadis kecil itu menerima dan dengan segera menghabiskan sesuai dengan titah Edward.

Setelah meminum ramuan tersebut, gadis kecil itu menyerahkan botol ramuan itu pada Edward. Edward menerima dengan senyum yang menyungging di bibirnya. Tanpa sadar, tangan Edward membelai kepala gadis kecil itu dengan sayang.

"Gadis pintar", tanpa sadar sorot mata keduanya bertemu kembali. Ada perasaan menghangat di hati keduanya. Perasaan untuk melindungi dan terlindungi.

" Ehem.." ucap Edward memecah kecanggungan dalam ruangan itu dan segera bangkit berdiri.

"Beristirahatlah kembali, aku akan keluar. Lain kali jika ada yang kamu butuhkan jangan ragu untuk mengatakannya padaku"

"Baik tuan, sekali lagi terimakasih banyak", ucapnya sambil menunduk hormat.

Bersambung...

...****************...

Jangan lupa untuk like dan komennya readers. Dukung terus karya ini agar author bisa terus semangat update setiap harinya. Terimakasih😇

Salam semangat untuk semua 😇

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!