Rama terkejut mendapati atasannya kembali dengan wajah yang merah padam seperti orang yang tengah menahan amarah. Rama sampai tidak berani bertanya alasan Kevin tiba lebih cepat dari dugaannya.
"Kemasi barang-barang. Kita akan kembali hari ini juga!" perintah Kevin tidak bisa dibantah.
Tidak henti-hentinya Rama mendapat kejutan dari pria itu. Sebentar Kevin uring-uringan, diminta menyiapkan tiket pesawat menuju Paris. Hingga hari ini Rama masih mendapat kejutan dari pria itu.
Jadwal mereka pulang masih besok. Rama berniat santai di hotel, menghabiskan sisa waktunya untuk istirahat. Tapi baru saja Rama merebahkan diri, Rama sudah diminta agar berkemas secepatnya.
"Ada apa lagi, sih?" gerutu Rama dalam hatinya. "Apa yang ditemui oleh Pak Kevin saat mencari makan di luar?" tebak Rama penasaran.
Beberapa hari kemudian setelah Kevin pulang dari Singapore, Kevin seolah sibuk sendiri. Ia menghubungi orang kepercayaannya untuk mencari tahu latar belakang Lucy.
Bertahun-tahun Lucu dan Kevin berkencan, tidak pernah sekali pun Lucy menyebut kerabatnya. Minimal Ibu atau ayahnya. Entah Lucy punya saudara atau tidak. Kevin pun sama sekali tidak pernah bertanya. Karena ia pikir, Lucy akan bercerita dengan sendirinya tanpa ditanya lagi.
Namun, setelah Kevin merasa dirinya telah dipermainkan oleh Lucy, Kevin berniat akan mencari tahu keluarga Lucy. Bagaimana keseharian perempuan itu setelah berjanji akan segera kembali kepada Kevin—setelah dirinya selesai memamerkan karyanya ke ajang bergengsi di Paris.
"Selamat siang, Pak Kevin." Kevin memindahkan ponselnya ke sebelah telinga. "Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanyanya.
"Ya. Ada." Kevin mengangguk walau orang yang ia ajak bicara di telepon tidak bisa melihat gerakkan tubuhnya. "Cari tahu perempuan bernama Lucy. Kemungkinan perempuan itu berada di Singapore. Dan yang paling penting, cari tahu siapa pria yang ada bersamanya di Singapore," perintah Kevin.
Di sisi lain, seorang perempuan muda tengah duduk di sebuah ruangan bercat putih. Ia mengedarkan pandangan menatap penuh iba pada sosok di hadapannya.
Namanya, Aldo. Seorang remaja pria yang didiagnosa memiliki kelainan jantung sejak masih kecil. Kondisi Aldo semakin hari kian membuat dirinya khawatir. Tubuhnya tambah kurus, kulitnya sangat pucat dan kering. Entah, sudah berapa lama sang adik terbaring di atas ranjang rumah sakit.
Ia menggenggam tangan Aldo. "Kakak tahu kamu sosok yang kuat. Kamu selalu ingin melindungi Kakak. Jadi, Kakak mohon kamu bangun, Aldo. Kalau kamu sakit, siapa yang akan menjaga Kakak?" tanyanya. Ia menyeka air matanya yang lagi-lagi menetes.
Ia tidak kuasa menahan air matanya lebih lama. Sang adik telah lama mengidap kelainan jantung sejak dulu. Puncaknya adalah ketika Aldo duduk di bangku SMA. Kondisinya semakin parah, hingga akhirnya jatuh tidak sadarkan diri. Dokter bilang, Aldo membutuhkan donor jika ingin selamat. Namun Aldo belum menemukan pendonor yang cocok sampai sekarang.
Sebagai seorang Kakak, Annet hanya ingin memberikan yang terbaik ingin sang adik.
Ia berharap suatu hari nanti Aldo mendapatkan donor yang tepat. Sehingga Annet dan Aldo bisa berkumpul lagi.
Orang suruhan Kevin bekerja dengan cepat. Baru beberapa hari yang lalu ia memberi perintah, tidak berselang lama orang suruhannya memberi kabar tentang Lucy.
Lebih tepatnya Lucy dan kehidupan perempuan itu yang sebenarnya. "Jadi, seperti kehidupan Lucy di belakangku? Apa dia menyembunyikan sesuatu dariku selama ini?"
Kevin duduk di kursi kebesarannya. Pria itu membuka kancing jasnya. Benda persegi itu berpindah ke telinga kanannya.
"Nama Lucy bukanlah nama perempuan yang sesungguhnya, Pak," beritahu orang suruhan Kevin. "Selama ini nama Lucy hanya samaran semata."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments