Bayiku Jatuh

Esok harinya, Mira nampak senyum setelah habis mandi. Di sana Arka yang sudah nampak shalat sunnah, ia merasakan keceriaan Mira yang setelah memandikan Ciya, bahkan bayinya sudah diam di babywalker tertidur, mungkin sudah kenyang sehabis minum susu.

"Dik, apa tidak ada lauk?" tanya Arka yang saat itu sedang mencuci botol susu.

"Bang, semalam abang cuma kasih Mira uang 65 ribu loh, udah habis buat beli beras, dan minyak goreng. Terus telur satu biji, tadi pagi pagi sekali, Mira rebus dan maaf ya bang! udah habis. Belum lagi popok Ciya, abang lupa uang segitu enggak cukup." cetusnya semakin kasar.

"Ah! maafkan abang ya Dik, semoga cuaca hari ini cerah. Abang minta maaf!"

Arka saat itu mencoba sabar, mengelus pundak dan mencium istrinya. Rasa laparnya sejak sore lalu ia tahan, dengan minum air putih. Arka sendiri enggan bicara pada ibunya, jika ia sedang kesulitan ekonomi. Tapi mengingat keadaan, mau tidak mau Arka akan makan di rumah orangtuanya, sebab ia tidak mau membebani Mira saat ini yang sudah repot dengan bayi mereka saat ini, pasca melahirkan memang akan membuat ibu muda berubah mood.

"Bang ada bubur semangkok, tapi cuma kecap aja bumbunya. Mira masih sisain mangkuk buat siang, abang kalau udah penglaris di loundry, cepat anterin makan buat Mira ya bang! ketimbang abang makan di rumah ibu, nanti Mira lagi yang kena damprat."

"Iya dik, abang pasti akan cepat pulang." senyum Arka yang kala itu bibirnya terlihat pucat.

Arka mencium kening istrinya, dan tak lupa Mira hormat mencium tangan suaminya, tak lupa Ciya yang saat itu tertidur pulas, Arka mendoakan putrinya dan membacakan surat al ikhlas, di ubun ubun bayinya yang terlelap agar tenang menjaga bundanya.

"Abie pergi dulu ya sayang! Jaga bunda, jangan rewel. Jadi putri Abie dan bunda yang baik." kecup pipi yang seperti bakpau.

Mira sendiri mengantar bang Arka sampai gerbang, lalu setelah tak terlihat, ia memetik daun pepaya, disekitar halaman rumahnya, melupakan Ciya di dalam seorang diri yang gusar menangis pelan, tangisan bayi itu pun benar benar pelan tak terdengar oleh Mira.

Mira bahkan memetik daun pepaya, dan sejengkal tanah lempung di samping rumahnya, karena semenjak ibu berpulang ke pangkuan ilahi, Mira selalu ikut bantu tanaman yang mungkin bisa banyak manfaat. Hingga Mira pun asik memetik, lalu sampai belakang rumah, ia baru sadar suara tangisan anak kecil.

Beberapa Puluh Menit Kemudian.

"Aduh itu anak siapa sih, emaknya gila apa ya. Dasar tetangga enggak peka, punya anak nangis bukan di diemin." lirihnya, membuat Mira slow masih memetik dedaunan, selama belasan menit ia segera ke depan rumahnya.

Eeaaak .. Eaaak ..

"Astagfirullah. Ciya anak bunda, ya allah maapin bunda nak!"

Mira memeluk anaknya, yang sudah ada dilantai, dengan babywalker terguling begitu saja. Beruntung wajahnya tidak tertutupi, hanya kakinya yang tertindih membuat Mira merasa bersalah.

"Maafin bunda ya nak!" peluknya kala itu, membuat Ciya masih saja menangis keras.

Mira membuatkan air hangat, dalam gendongan, hari itu pun benar benar membuat Mira lemas, karena Ciya benar benar tidak mau berhenti menangis.

Mira nampak tidak tega, ketika dan merasa bersalah karena meninggalkan baby Ciya, sebab karena ia memetik daun demi bisa memasak, endingnya bayinya terluka tanpa pengawasan.

'Sebenarnya aku kenapa ya, kenapa aku bisa sampai lupa meninggalkan Ciya di baby walker.' batin Mira, yang menggendong menenangkan Ciya yang habis terjatuh.

TBC.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!