"Aku tuh masih menyusui bang! abang ini kenapa enggak terima kerjaan jadi pegawai lain aja sih bang, atau yang pernah hubungi abang itu loh! gak apa kalau jadi karyawan, emang masalah?"
"Astagfirullah dik, teman abang itu enggak nerima abang karena ga enak, karena abang pernah jadi bos dan klien mereka. Di tambah, abang sedang hindari yang namanya bunga, abang anti dik. Maafkan abang, yang hanya bisa ikut usaha loundry."
Arka sendiri nampak kewalahan, ketika Ciya menangis, ia segera membuatkan air hangat dan membuat susu untuk anaknya itu.
Sehingga nampaklah pikiran Mira membuat ia meraih ponsel suaminya diam diam.
'Tidak ada nama istri pertama suaminya! sebenarnya si istri tua itu kemana ya? kenapa tidak ada nomor mbak Diyan disana,' gumam Mira, entah pada siapa ia bicara sendiri.
Arka nampak kembali, dengan telaten memberikan susu pada putrinya. Nampak sehat dan gembil, namun ia kaget ketika pelipisnya merah membiru.
"Dik, Ciya kenapa ini kok biru, apa dia jatuh?"
"Enggak! mana mungkin anak kita yang aku banggakan, bisa jatuh. Abang lupa, anak itu kan kemauan abang dan keluarga. Ya pasti Mira jagalah sepenuh hati." ketusnya, sambil membuka sambal.
"Astagfirullah! Dik, sudah semestinya karena kamu ibunya. Oh iya, ibu abang enggak jadi datang minggu ini. Nanti kalau ibu datang, tolong suruh tunggu abang ya dik! tunggu sebentar kalau abang akan pulang cepat, dari loundryan."
"Iya bang. Emang kapan ibu mau datang?"
"Nengokin kabar kamu, juga nengokin sekalian Ciya, Senin depan katanya dik. Ya udah, Ciya udah bobo nih. Abang lanjut mandi dulu ya, kamu makan duluan aja!"
Mira pun mengangguk, dan melahapnya makanan soto dengan nasi tanpa sisa, melupakan Arka untuk porsinya saling setengah.
Sungguh Mira memang mencintai amat dalam pada suaminya itu, sampai sampai ia membuat Istri pertamanya menyingkir, dan itu adalah hal terbahagia Mira. Namun siapa sangka, kehamilan Mira yang membuat dirinya bedrest, dan penyakit istri tuanya itu membuat perusahaan koleps. Sementara butik dipasaraya sudah dijual oleh istri pertamanya, tanpa sepeserpun Mira dibagi.
"Dasar istri tua, semua karena dia. Karena mbak Diyan yang sok manis, sok baik. Kehidupan bang Arka 90° berubah drastis, aku harus pulih pasca lahiran, supaya aku bisa kerja dan ninggalin Ciya, biar sama bang Arka aja." cetusnya membuat Mira kesal setiap hari, entah kenapa dirinya seolah tidak menerima keadaan.
Arka yang selesai mandi, ia niatnya mengajak Mira untuk shalat berjamaah. Namun tampak sekali lahapnya Mira, semua makanan habis berisi air teko setengah saja. Arka sendiri berusaha sabar, dimana ia yang sebenarnya lapar harus mengalah demi istrinya yang masih penuh asupan gizi.
"Bang udah mandinya, abang udah makan belum?" menoleh Mira, ke arah hordeng pintu.
"Udah kok dik. Abang mau ajak kamu jamaah shalat isya."
Eeeugh!
Berdahak Mira, membuat Arka sendiri tampak kaget, apakah setiap ibu melahirkan akan berubah sikap karena bawaan lelah ia mempunyai bayi.
"Abang duluan aja, nanti Mira nyusul, sebab masih flek lagi deh, gagal shalat."
Arka mengangguk, terlihat Mira merapihkan piring, gelas kotor dan plastik kebagian dapur. Sementara Arka sendiri, ia nampak menggendong Ciya, untuk masuk ke dalam kamarnya, karena ia dibiarkan begitu saja di sofa.
"Maafin Abie ya nak! Abie belum bisa berikan yang terbaik, yang terpantas untuk kamu dan bunda." menetes Arka, sesaat bayi itu dalam pelukan Arka sangat pulas dan merasa nyaman, tak menangis.
Arka kembali shalat, dimana sujud syukurnya ia meminta Tuhan, memberikan kemudahan di setiap langkahnya untuk membahagiakan istri dan buah hatinya.
Memohon ampunan semua dosa yang mungkin ia lewati tak sadar, telah menyakiti dan inilah balasan atau bentuk hukuman Arka yang akan ia terima, sampai masa hukuman darinya telah habis, karena telah menyianyiakan Diyan.
'Ya rabb, ampuni kesalahan dosa saya sebagai suami yang tidak adil, mudahkan urusan saya mencari rejeki untuk anak dan buah hati saya, bahkan sembuhkan luka serta kesedihan istri saya, yang baru ditinggal ibunya, sepekan lalu. Saya yakin, Mira sangat terluka dan kebingungan karena tidak ada ibunya lagi saat ini, tunjukan saya menjadi imam yang lebih baik untuk keluarga saya. Agar saya tidak gagal menjadi suami dan imam.' batin Arka, kala itu bersujud, berjanji dalam keadaan apapun tidak akan meninggalkan Mira.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments