Tercekat

Jam menunjukkan pukul 06.00 dan para perusuh itu sudah datang ke sekolah hanya karena mereka tau jam-jam Aluna akan datang ke sekolah.

"Woy! Lo berani banget sih..? Nampar anak yang berkuasa disekolah ini? Lo ga takut dikeluarin ya?" potong Bianca dengan mencekram dagu Aluna cukup kuat.

Aluna hanya tersenyum yang membuat 6 anak itu jijik dengan senyuman Aluna. Karena Aluna tidak ingin terlihat lemah dihadapan mereka semua.

"Karena dia salah, jadi aku berani."

Cplash!

Sebuah kertas tebal yang digulung itu disebatkan ke tangan Aluna hingga baru beberapa sebatan, tangan Aluna sudah memar-memar. "Ini akibat lo ngelawan kita, sialan!" umpat Bianca disusul dengan Jovanka mengunci pergerakan Aluna hingga Aluna terlihat meringis kesakitan.

Rana, Cecil dan juga Rachel hanya melipat tangannya didada dengan bersikap sok dan Jovanka berserta Bianca, ia membuat Aluna berlutut, "Cium kakinya, lo bakal lepas sekarang," ujar Jovanka membuat Andrew, Cecil, Rana dan Rachel tersenyum puas.

"Aku ga akan pernah berlutut dikaki siapapun terkecuali dikaki ayahku!" tolak Aluna dengan tegas.

"Oh ya, cuma mau kasih tau aja nih.. Sebenernya sekolahan libur cuma lo ga dikasih tau aja karena lo ga kita masukin digrup kelas. Karena lo itu cuma sampah!" hardik Jovanka mulai menghempas tubuh Aluna dengan kasar.

Memang. Sekolahan itu seolah tak peduli dengan perundungan karena sekolahan itu hanya peduli akan nilai dan prestasi siswa-siswi. "Lepasin aku sekarang, Jova!" jerit Aluna dengan memberontak meski pandangannya buram.

"Teriak, teriak aja! Kita gak peduli lo mau teriak yang terpenting.. Kita bakal buat lo terima akibat karena nampar Andrew," imbuh Jovanka dengan tertawa licik.

Aluna mulai diseret dan tangannya mulai diikat dengan dasi. Tangannya digantung tepat pada gantungan baju dari besi yang diukir sempurna. Tak berhenti disana, Bianca menyiapkan sebuah ponsel dan siap merekam aksi sahabat-sahabatnya itu, "Nangung banget, lucuti sekalian!" perintah Bianca diangguki oleh Cecil, Rachel, Rana dan Jovanka.

Seragam Aluna mulai dibuka paksa dengan mulut Aluna yang disumbat dengan kaos kaki busuk milik Jovanka, tubuh Aluna mulai diguyur berkali-kali dengan air dingin dan shower yang dihidupkan tepat sempurna membuat seluruh tubuh Aluna basah dan luka pada kepalanya terbuka.

Dengan sangat bahagia Bianca merekam kejadian itu, Cecil mulai merobek paksa rok Aluna hingga tersisa tanktop dan celana pendek pada tubuh Aluna yang sangat cantik, terawat dan sempurna tanpa kecacatan sedikitpun.

Aluna mengigil karena Shower itu masih tetap hidup hingga, Andrew mulai mendekat dan menciumi leher Aluna, betis hingga bibirnya. Andrew memulai aksinya namun, Aluna memberontak hingga rasanya ingin menjerit.

"Tuhan... Tolong bantu Aluna.. Aluna sudah kotor.. Tolong bantu Aluna.. Aluna mohon, tolong Aluna..." rintih Aluna dalam hati dengan terus memberontak dengan caranya.

"Diem!" bentak Andrew dengan memberi isyarat agar videonya dihentikan dan Aluna ditinggalkan.

Penampilan Aluna sudah tak karu-karuan. Ponselnya didalam tas dan sekarang ia tak tau harus bagaimana didalam sana. Dengan shower yang dihidupkan, badan mengigil dan seragamnya dirobek-robek.

Kebetulan saat Arlangga dan Reno hendak memeriksa sekolah sesuai perintah dari pembimbingnya, Arlangga melihat Andrew, Cecil, Rachel, Rana, Jovanka dan Bianca keluar dengan terburu-buru, membawa gunting dan itu membuat Reno membuka suara. "Bukannya anak SMA diliburin..? Terus mereka kenapa?? Eh bentar, lo denger suara ponsel dari kelas ini ga sih?" tanya Reno menatap Arlangga.

"Iya, udah cek aja langsung! Gua malah takut mereka tadi ngelakuin yang enggak-enggak!" sergah Reno membuka kelas yang memang tidak dikunci. Setelahnya, Reno melihat sebuah tas berwarna biru muda dengan gantungan boneka.

......................

Setelah mengetahui, Arlangga segera berlari, disusul oleh Reno yang membawa tas Aluna serta mematikan ponselnya. Sesuai dugaan. 6 anak tadi melakukan hal yang tak senonoh karena dari kamar mandi mereka membawa gunting dan penampilan mereka sangat teramat berantakan.

"Lo yakin, Ar..?" tanya Reno ragu-ragu.

"Saya yakin! Pintunya ga dikunci dan siapa yang menyalakan shower itu..?" heran Arlangga mulai mendekati kamar mandi yang pintunya terbuka dan terkejut setengah mati saat melihat Aluna.

"Ar, lo liat apaan?!"

"Arlangga! Lo liat apaan?!"

Tak ada jawaban. maka dari itu, Reno mulai mendekat dan ia mematung kala melihat Aluna dalam kondisi yang sangat teramat miris.

Arlangga dengan segera mendekat, mengalihkan pandangannya, mematikan shower, melepaskan kaos kaki dari mulut Aluna dan mulai mendekati Aluna untuk melepaskan ikatan pada tangannya namun, "ENGGAK...!!! JANGAN SENTUH AKU, ANDREW ENGGAK...!!!!" jerit Aluna histeris membuat Arlangga seketika mematung.

"Aluna, ini saya! Ini saya, Aluna..," lirih Arlangga membuat Aluna membuka matanya dan menatap Arlangga dengan sendu.

Arlangga mulai melepaskan ikatan tersebut dan mendekap Aluna erat. Ia tak tau apa yang baru saja Aluna hadapi hingga Aluna menangis sejadi-jadinya seperti itu. Bahkan, seragamnya juga hilang entah kemana.

Grep!!

"Saya disini, Aluna.. Saya disini! Ada apa? Katakan.. Ada apa, Aluna..?!" cecar Arlangga tak sabar dengan tetap mendekap tubuh Aluna erat.

"Ar, tutupin dulu tubuh Aluna," saran Reno dengan mengalihkan pandangannya dan Arlangga mulai melepas jaketnya, ia menutupi tubuh Aluna dengan jaket yang ia kenakan namun, untung saja jaket itu terlihat kebesaran saat dikenakan oleh Aluna.

Aluna hanya mematung. Ia tak bisa mengucapkan kata apapun terkecuali kepalanya sangat berisik dan tersirat ketakutan pada wajahnya.

"P-pulang.."

Hanya itu yang terucap dari bibir mungil Aluna dengan bergetar dan terbata-bata. Wajahnya sendu, matanya sebam dan saat hendak keluar, hidung Aluna mengeluarkan darah segar dengan mengucu deras. Dan itu membuat Arlangga mendongakkan kepala Aluna dan menyumbat hidung Aluna dengan tisu yang ada didalam tas Aluna.

"Reno, bawa tasnya. Saya anterin Aluna pulang dulu."

"Iya. Gua bawain, tenang aja. Jagain Aluna, gua ikutin dari belakang aja."

Arlangga setuju dengan usulan Reno. Ia tak peduli lagi akan bagaimana nantinya namun, keadaan Aluna sudah sangat teramat parah. "Bawa ke rumah sakit atau ke rumah?" tanya Arlangga meminta keputusan.

"Gua saranin, rumah dulu. Hubungi keluarganya dan gua denger, adek Aluna ga akan biarin kakaknya luka walau kena pisau, jadi.. Lebih baik kita rawat dia dirumah," usulan Reno disetujui. Karena Arlangga yang sangat pusing itu, Reno paham.

Sesampainya, Arlangga langsung turun dari mobil dan menggendong Aluna memasuki rumahnya. Memang. Rumah itu sangat teramat sepi namun, Arlangga tidak takut karena tak lama setelahnya, ia mendengar suara mobil dari luar rumah. "Kak, aku dipulangin awal, kakak udah pul ─" ucapan Mahendra terpotong saat melihat Aluna yang terbaring lemah dengan 2 pria yang menjaganya.

"Siapa kalian berdua..?"

To be continue!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!