Arlangga dan Reno saling pandang. "Kita yang nemuin kakakmu ditindas orang," sahut Reno dengan menatap nanar ke arah Aluna.
Sedangkan Arlangga, ia tak bisa membayangkan apabila ia akan kehilangan gadis yang bersamanya lagi. Bahkan, pikirannya melayang pasca ia bertengkar dengan isi kepalanya.
"Kak, kakak bangun, kak..!" seru Mahendra dengan menguncang tubuh Aluna dan sesekali memeriksa denyut nadi kakaknya.
Tak lama, Aluna bangun dengan berteriak histeris dan menutup telinganya. Menatap dengan tatapan takut dan mendorong tubuh Mahendra saat Mahendra hendak memeluknya.
"Kak? Ini aku, kak."
"GAK...!! JANGAN SENTUH! JANGAN IKET LAGI, AKU GAMAU MASUK KAMAR MANDI ITU LAGI, AKU BUKAN ******! AKU BUKAN CEWEK GAMPANGAN, AKU BUKAN WANITA MURAHAN! AKU BUKAN ─"
DEG...!!!
Jantung Mahendra seolah berhenti tatkala mendengar jeritan Aluna yang mengiris hati itu. Apalagi saat Mahendra mendekapnya, Arlangga menahan tangisnya. Emosinya seketika memuncak dan Reno hanya bisa menggiring Arlangga keluar dari rumah tersebut.
"Kak...," lirih Mahendra lagi dan lagi dengan mendekap tubuh mungil Aluna dengan sangat teramat erat.
"Kakak boleh menangis, menangislah kak. Agar beban dalam hatimu itu terlepas.."
Aluna mencekram kuat baju belakang Mahendra dan mulai menangis sejadi-jadinya dengan teriak lalu meronta sehingga membuat Mahendra hanya bisa mematung mendengar tangisan kakaknya.
Saat ini suasana kacau. Bahkan, Mahendra heran. Mengapa Aluna mengenakan jaket yang besar itu sehingga menutupi seragamnya, "Kak.. Kakak buka jaketnya dulu, biar aku ambilin selimut," ujar Mahendra lirih dengan menyandarkan Aluna disofa dan berjalan ke kamar untuk mengambil selimut.
Saat kembali, Mahendra terkejut setengah mati! Karena, dibalik jaket yang kebesaran itu.. Aluna hanya mengenakan tanktop dan celana pendek. Tubuhnya yang basah kuyup dari rambut hingga kaki, bekas cumbuan juga terdapat pada lehernya sehingga, selimut yang dipegang Mahendra terjatuh.
Mahendra segera mengambil selimut itu dengan raut wajah yang muram. Menyelimuti tubuh mungil Aluna dengan selimut lalu, Mahendra merebahkan Aluna disofa. "Kak, siapa yang melakukan ini..?" tanya Mahendra penuh penekanan.
"KAK ARLANGGA, KAK RENO, SIAPA YANG BERANI MELAKUKAN INI KEPADA KAK ALUNA, HA?! SIAPA?! JAWAB, KAK!!!! AYAH MENJAGANYA TAPI KENAPA KAK ALUNA DIPERLAKUKAN SEPERTI INI?!"
"Reno, tenang! Gua gatau pasti tapi.. Cecil dan ─"
"Persetan dengan hukum. Kakakku sudah seperti ibu yang merawatku dia tak pernah mengeluh dan dia diperlakukan seperti ini..? Jangan harap mereka tidak membayar semuanya, bajingan sialan!" umpat Mahendra dengan mengepalkan tangannya dan hal itu membuat Reno kalut. Karena Arlangga dan Mahendra itu sama. Kalau marah semua bakal hancur dalam hitungan menit atau bahkan, detik.
"Kedua adikku sekarang dibawa oleh ayah yang katanya akan dirawat oleh seseorang lalu.. Kak Aluna pulang dalam keadaan seperti ini..? APAKAH BAJINGAN ITU TIDAK MENGETAHUI BAHWA KAK ALUNA PUNYA TRAUMATIS DAN KAK ALUNA ADALAH PENGIDAP SKIZOFRENIA?!"
JDAR!!!
Gila. Mahendra menendang pintu hingga pintu itu remuk. Bahkan, Arlangga hanya membisu. Ia menahan amarahnya yang membludak dan karena Mahendra sudah meluapkan rasa kecewanya, Arlangga mulai mengepalkan tangan dan mengebrak meja didepannya hingga meja itu hancur. Bayangkan! Bagaimana cara agar Reno tidak panik disaat-saat seperti itu?
Tak terasa, ternyata sudah hampir tiba malam. Arlangga dimintai tolong oleh Mahendra untuk menjaga Aluna dan Arlangga juga sudah mengabari adiknya terlebih dahulu.
"Kamu mau kemana, Mahendra?"
......................
Mahendra berlari hingga ia tiba disebuah rumah. Rumah dengan bagunan megah sama seperti rumahnya hanya saja..
PYAR..!!
"KELUAR LO ANDREW SIALAN!" umpatnya dengan melempari kaca rumah Andrew dengan batu.
"Eh, kamu ini anak siapa?! Malam-malam buat rusuh saja!"
"TANYA ANAK LO! TANYA KE DIA SAMA LIMA TEMEN-TEMENNYA, DIA UDAH APAIN KAKAK GUA SAMPAI KAKAK GUA KETAKUTAN LIAT GUA...!!! TANYA DIA! JANGAN HARAP KASUS INI KELAR KALAU LO SEBAGAI BAPAK CUMA BUTAIN MATA SAMA KASUS PERUNDUNGAN DISEKOLAH SETAN!" umpat Mahendra habis-habisan. Ia tak peduli mau siapa saja yang ia hadapi saat ini.
Mahendra itu seperti ayahnya. Emosinya akan membludak apabila semua yang terjadi menyangkut yang tersayang.
Tak lama, Andrew keluar karena memang, Mahendra yang teriak-teriak hingga membuat satu rumah keluar. Suaranya itu sangat keras.
"Siapa lo? Bocah kemaren sore mau sok lawan gua?"
BUGH..!! BUGH..!! BUGH..!!
Mahendra memukuli Andrew tanpa aba-aba sampai membuat semua orang rumah tak ada yang berani mendekat.
"WALAU GUA BOCAH, GUA TAU MANA YANG BENER DAN MANA YANG SALAH, SIALAN! JAWAB GUA.. LO APAIN KAKAK GUA?! LO BAJINGAN YANG MASIH HIDUP, GUA UDAH BILANG.. JAUHIN KAKAK GUA DAN JANGAN GANGGU KEHIDUPAN DIA, COWOK BRENGSEK KAYA LO GAK BERHAK DAPETIN KAKAK GUA YANG SELEMBUT SUTRA!" maki Mahendra membuat Andrew kewalahan.
Bahkan, tidak ada yang berani mendekat. Satpam yang tadinya hendak memisah, tak berani mendekat akibat tatapan setan dari Mahendra yang menakutkan.
Saat hendak Mahendra menyelesaikan, ia ingat pesan Aluna. Pesan dimana ia tidak boleh menyakiti orang meski orang itu telah jahat dan menindasnya habis-habisan.
"Gua anggap masalah ini clear pas lo udah mati."
Hening.
Semua bergeming saat Mahendra pergi dan masih sempat menendang meja hingga meja itu terpental dan terbelah. Mereka membayangkan bagaimana jika Andrew tadi dihempas seperti meja itu? Pasti akan hancur tulang-tulangnya.
Mahendra tak langsung pulang, ia masih mengunjungi sebuah apartment yang merupakan tempat bernaung Bianca and the gank.
"CECIL, BIANCA, RACHEL, RANA, JOVANKA, KELUAR ATAU GUA ROBOHIN GEDUNG INI?! KELUAR LO...!!!"
Yang tadinya tenang dan asyik menonton berubah suasana mencekam. Bianca keluar dari apartment dan terkejut saat melihat Mahendra berada didepan apartment mereka. "Heh bocah! Lo ngapain malem-malem ini ganggu orang istirahat?!" sentak Bianca disusul oleh Cecil, Rana, Rachel dan Jovanka.
GUBRAK!!!!
"JAWAB GUA.. LO APAIN KAKAK KESAYANGAN GUA?! LO APAIN DIA?!"
Kaget. 5 gadis itu seketika membeku saat mendengar bentakan Mahendra dan gebrakan yang membuat pintu apartment itu rusak.
"Gausah gila! Ini udah malem!"
"Gua ga pernah nyakitin cewek tapi demi kak Aluna, gua rela ngebunuh orang."
Sungguh! Semua dibuat takut dengan amarah Mahendra yang meledak sehingga membuat banyak orang kocar-kacir ketakutan. Bahkan, hanya menendang bangku... Bangku itu hancur.
"Tak bisa apabila jauh dari seseorang itu nyata. Tapi buat cowok yang ga tega pukul cewek itu cuma kiasan kata. Lo tau gak..? Kalau kakak gua gak lo gituin.. Gua ga akan pernah gila kaya gini dan gua minta.. LO HAPUS VIDEONYA ATAU LO BAKAL GUA HABISIN DISINI DAN NASIB LO KAYA ANDREW...!" ancam Mahendra membuat kelima gadis itu gemetar. Tak bisa bergerak dan...
"Gimana rasanya ditindas, ga enak kan..?"
To be continue!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments