Satu Minggu Kemudiannya
"Mila.... Mila.. Keluar kamu sayang..!"
"Mas Irfan...!" ujar Mila ketakutan yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. Ia mendengar teriakan suaminya Irfan dari luar, tepatnya di halaman rumah Pak Mahmud.
Ini untuk kedua kalinya Irfan datang ke rumah Pak Mahmud. Tempat Mila sekarang tinggal. Sejak Irfan disidang dan didenda sebanyak 1 juta, atas perselingkuhan yang ia lakukan. Pria itu terus saja memohon agar Mila mau memaafkannya dan mereka kembali bersatu. Tapi, Mila masih merasa sakit hati. Jadi, dia belum mau kembali kepada sang suami.
Ia sedang introspeksi diri. Dan sedang berusaha untuk memaafkan kesalahan fatal yang dilakukan oleh Irfan. Jadi, dia butuh waktu sendiri. Ia sedang belajar memahami dan mengatasi emosi dirinya. Sebelum memaafkan Irfan, sang suami. Ia mencoba memaafkan diri sendiri terlebih dahulu.
Kemarahan, rasa sakit, dan kebingungan jelas masih menyelimuti hatinya Mila. Rasa kesal dan tidak dihargai masih bercokol di dalam benaknya. Makanya ia belum mau bertemu dengan sang suami. Ada niat untuk bercerai, tapi karena sudah memiliki anak, Mila perlu mempertimbangkannya dengan matang.
"Mila... Keluar... Maafkan aku. Ayo kita kembali ke rumah!"
Mila yang sedari tadi tidak bisa tidur. Akhirnya beranjak dari ranjangnya. Ia rapikan rambutnya dan mengikatnya asal. Ia juga menatap sang putri yang baru saja tertidur. Karena, Salsa putrinya sakit sejak kemarin dan panasnya tubuhnya belum turun juga.
Mila mendengar suara pintu rumah itu dibuka. Itu artinya Pak Mahmud dan Bu Jannah akan menemui Mas Irfan. Kalau bertemu dengan Mas Irfan dalam keadaan mabuk, pasti akan terjadi perkelahian.
"Mau apa lagi kamu kesini Irfan. Mending kamu taubat!"
Mila bergegas keluar dari kamar. Nada bicaranya Pak Mahmud sudah tidak bersahabat lagi.
"Jangan ikut campur dalam urusan rumah tanggaku. Jangan kamu tahan-tahan anak Dan istriku di rumahmu! suruh mereka pulang!" teriak Irfan dengan sempoyongan.
Mila yang sudah ada di ruang tamu bisa melihat dengan jelas keadaan Irfan yang memprihatinkan. Tingkah Irfan yang seperti itu membuat nya takut untuk kembali pada suaminya itu. Ada masalah bukannya taubat dan mendekatkan diri kepada Allah. Ini malah mabuk-mabukan.
Irfan mengayunkan langkahnya cepat hendak menerobos masuk ke dalam rumah pak Mahmud disaat ia melihat Mila ada di belakang tubuhnya Pak Mahmud dan Bu Jannah.
"Mila.... Ayu pulang. !" Ujar nya dengan muka memerah. Tangan Pak Mahmud yang terbentang untuk menghadangnya masuk kini terhempas. Pria bertubuh kekar itu pun akhirnya mendekati Mila.
Bruuggkk
Ia ambruk di depan sang istri yang hatinya sudah hancur berkeping-keping itu. Apalagi sakit nya semakin bertambah, disaat ia didatangi Irene ke tepatnya bekerja. Irene seperti tidak tahu malu. Pelakor sok merasa terdzolimi.
"Mas.... Jangan seperti ini! kelakuanmu ini membuatku semakin tidak yakin untuk kembali padamu!" Mila menyeret kakinya mundur. Ia tidak sudih disembah oleh Irfan.
Pak Mahmud dan Bu Jannah geleng-geleng kepala melihat kelakuan Irfan yang tidak tahu malu itu. Akhirnya pasangan suami istri itu tidak mau ikut campuran lagi, toh Irfan tidak bisa dibilangin.
"Iya sayang, maafkan aku. Aku akan berubah. Aku akan bertaubat." Aku kangen kalian berdua." IIrfan masih duduk tersungkur di hadapan sang istri dengan muka memelasnya.
"Ayah.... Ayah.....!"
Salsa berlari kencang keluar dari kamar. Mila, Pak Mahmud dan Bu Jannah sangat terkejut melihat Salsa yang masih sakit terlihat semangat dan lincah menghampiri Irfan. Suasana di ruangan itu mendadak mendung. Karena pertemuan anak dan ayah itu terlihat sangat mengharu biru. Sebenarnya Mila tidak ada niat untuk membuat jarak putrinya Salsa dan suaminya. Hanya saja, ia masih merasa sakit hati atas pengkhianatan sang suami. Jadi Ia tidak sanggup untuk bertemu, berkomunikasi dengan Irfan, dalam waktu dekat ini. Kalau pun ia memilih untuk berpisah dan hak asuh anak jatuh padanya, ia tidak akan melarang Irfan bertemu dengan Salsa putri mereka.
"Anak Ayah...!" Salsa tenggelam dalam rengkuhan hangat penuh kerinduan yang membuncah dalam dekapan Irfan.
Hu hu hu hu...
Salsa menangis sesenggukan dalam pelukan ayah yang sangat ia cintai itu. Irfan yang sangat merindukan putrinya, membelai lembut punggung sang anak. Meluapkan rasa rindunya.
"Ayah kemana saja? Kenapa ayah gak pernah nelpon Salsa!" ujarnya sesenggukan. Air mata masih mengucur deras membasahi pipi gembulnya Salsa.
"Iya sayang, ayah kerja!"
"Haahh.. Kerja, bukannya ayah dalam dua minggu ini libur kerja. Kan dua minggu sebelumnya ayah sudah kerja." Celoteh Salsa dengan bingungnya.
Kini anak cantik itu sudah terlihat bahagia. Seketika wajah sedih penuh duka lenyap setelah bertemu dengan Irfan. Salsa hapal betul jadwal kerja ayahnya, yang hanya bekerja dua minggu selama sebulan.
"Iya sayang, ayah ada tugas ke luar kota!" jawab Irfan pelan, ia tidak sanggup menatap sang putri, karena ia sedang berbohong
"Huh.. Ayah, koq napasnya bauk!" celoteh Salsa, menutup hidungnya seketika dan menjauh dari rengkuhan ayahnya Itu.
Sontak tingkahnya Salsa membuat Mila, Pak Mahmud dan Bu Jannah saling pandang. Polosnya Salsa cukup menggelitik hati mereka. Karena memprotes Bauk badan serta napasnya Irfan yang bau alkohol.
"Iya sayang, ayah belum mandi. Baru saja pulang darin kota Medan!" Irfan kembali meraih tubuh sang putri, kemudian menempelkan punggung tangan nya di keningnya Salsa. "Kamu sakit Nak?" tanyanya dengan penuh kekhawatiran. Memeriksa tubuh sang anak. Irfan tidak mau anaknya itu menjauh darinya. Moment ini akan ia gunakan untuk meluluhkan hatinya Mila, agar kembali pulang bersamanya.
Salsa mengangguk lemah. Kemudian ia melirik sang mama yang berdiri di sebelahnya dengan jarak dua meter.
Irfan mengikuti pergerakan matanya Salsa yang terhenti ke Mila. Kemudian Ia kembali memperhatikan sang putri dengan detailnya.
"Sudah berobat kan sayang?" tanya nya lembut.
"Sudah Ayah!" Sahut Salsa sendu. Ia kembali merangkul ayahnya itu dengan manja. Salsa terlihat sangat merindukan ayahnya itu. Walau badan serta napasnya bauk serta
Ya, Irfan sangat baik memperlakukan anaknya. Penuh cinta dan kasih sayang.
Irfan kembali menatap sang istri yang menampilkan ekspresi wajah penuh kekecewaan. Pancaran matanya berkabut. "Salsa sakit, sepertinya dia butuh aku." Ujarnya pelan, mukanya yang memelas terlihat memerah.
"Salsa tidak butuh ayah pengkhianat!" sahut Mila cepat.
Deg
Ucapan Mila yang to the point jelas membuat Irfan tersinggung. Ekspresi wajahnya yang sedari tadi memelas kini menegang dan semakin memerah. Sepertinya efek mabuk masih ada.
"Ayah....!" Tegur Salsa bingung. Karena melihat ketegangan antata mama dan ayahnya. "Apa mama dan Ayah bertengkar?" tanya Salsa dengan penasarannya.
Huufftt..
Mila menarik napas berat. Rasanya dada semakin sesak melihat pertemuan Salsa dan ayahnya itu.
"Mas, Sebaiknya mas pulang dulu. Ini sudah malam." Ujar Mila lembut.
Irfan yang sedari tadi terduduk memeluk Salsa, bangkit dan menegakkan tubuhnya. Ia masih memeluk anaknya itu.
"Pulang.. Hore... Kita pulang!" teriak Salsa kegirangan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments