"Mama...!" Salsa kini berada dalam pelukan Mila. Anal gadis itu menangis sesenggukan dalam dekapan sang ibu.
Sedangkan Irfan masih nampak panik dan kesal, karena para tetangga ikut campur dalam urusan rumah tangganya. Ia yang kalut dan bingung, terlihat tidak tenang berdiri di hadapan anak dan istrinya. Ia bahkan tidak mau buka suara atas pertanyaan pak RT.
Dan diwaktu itu juga, beberapa warga komplek yang ada di rumahnya Mila, mendapatkan pesan WA, yang berisi video mantap-mantapnya Irfan bersama Irene.
"Astaghfirullah. ... I, ini.. Auuww....!" Seorang Wanita paruh baya histeris, setelah menonton video unboxingnya Irfan bersama Irene. Dan kemudian disusul oleh umpatan beberapa ibu-ibu berikutnya. Hanya bapak-bapak yang memilih diam saat menonton video pergumulan panas itu.
Pak RT yang tidak membawa ponsel dibuat. bingung dengan warganya yang sebagian histeris dan beberapa orang lagi nampak serius menatap layar ponselnya.
Sedangkan Irfan dibuat malu dan kesal, karena mendengar suara aneh-aneh yang keluar dari mulutnya serta Irene.
Suasana di rumah itu semakin memanas. Mila, sangat malu akan semuanya. Akhirnya masalah rumah tangganya jadi konsumsi publik.
"Suara apa itu?" kini Pak RT menghampiri bapak Badrun, tetangga sekaligus teman kerjanya Irfan di perusahaan tambang emas.
"Ini bapak lihat saja sendiri. Kalau gak mau kena serangan jantung." Pak Badrun menyerahkan ponselnya kepada Pak RT.
Dengan penasarannya Pak RT menerima ponsel itu, suara penuh birahi membuatnya semakin tidak sabar untuk menonton video yang sudah disebar itu.
"Astaghfirullah... La Ilaha Illalloh...!" Pak RT terus saja mengucap, tapi matanya menatap lekat ke layar datar itu. Terlihat Pak tua itu menikmati dan sangat penasaran dengan adegan hot nya Irfan dan Irene.
"Ya Allah Pak... Nyebut cepat kali. Tapi, matanya lengket ke layar hape. Hadeuhh.. Ingat umur pak!"
Pak Badrun, menarik ponselnya dari genggaman pak RT.
Bbrrr..
Pak RT menggeleng-gelengkan kepalanya kuat. Berharap adegan yang buat kepala atas dan bawanya yang kepanasan itu bisa hilang dari pikirannya.
Suara sumbang dari para warga membuat Irene jadi semakin malu. Ia pun hanya bisa memeluk sang putri sambil menangis sesenggukan. Rasanya sangat memalukan sekali, akan apa yang menimpa rumah tangganya. Aib sang suami sudah jadi konsumsi publik.
"Pak Irfan, perbuatan anda ini sudah mencoreng nama baik komplek kita. Jadi, sebagai konsekuensinya bapak harus membayar denda atas pelanggaran aturan dan norma yang berlaku di tempat kita ini." Ujar Kepala RT tegas.
Irfan yang panik hanya diam dan menunduk. Ia sesekali terlihat mengusap usap wajahnya hingga menyisir rambutnya dengan jemari ya kasar.
"Iya, Bapak harus membayar denda. Dan masalah ini juga akan dibawa ke pihak berwajib."
Deg
Irfan terperanjat mendengar ucapan Pak Doni. Ia pun menatap tajam Pak Doni.
"Jangan memperkeruh keadaan pak. Tidak usah terlalu ikut campur dalam masalah saya. Bapak tidak usah sok suci. Kejadian seperti ini bukanlah hal baru. Banyak orang yang selingkuh, tapi tidak ketahuan. Nasib ku saja yang apes "
Deg
Sakit sekali hatinya Mila mendengar penjelasan suaminya itu, seolah tidak malu akan perbuatan kejinya. Rasanya suaminya itu telah memberi bara api serta larva gunung berapi di hatinya. Sungguh tega.
Mila yang yang hancur itu. Akhirnya bangkit dari duduknya, setelah melihat Pak Mahmud dan Istrinya Bu Jannah masuk ke dalam rumah mereka. Pak Mahmud adalah bapak Kost tempat Mila dulu saat anak gadis. Ya, Mila adalah orang perantau. Ia datang dari kabupaten lain. Di tempat ia merantau, ia bertemu dengan Irfan. 4 tahun berpacaran, akhirnya mereka menikah.
"Pak, Bu...!" Mila yang masih merangkul anaknya menghampiri Pak Mahmud dan bu jannah. "Bawa aku dari sini Pak!" ujar Mila dengan berderai air mata. Ia sangat malu sekali. Mereka jadi tontonan sekomplek.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments