3

"Tahu apa?"

Walau Irfan sudah tahu arah ucapan Mila. Ia tetap bersikap seperti tidak terjadi apa-apa

Mila akhirnya memutar lehernya dengan perlahan. Kedua bola matanya yang indah kini terlihat menyeramkan menatap sang suami, yang kini perlahan menghampirinya.

"Lidahmu Mas mungkin menyembunyikan kebenaran, tetapi matamu tidak pernah!" Ujarnya lirih, hatinya mendadak gerimis dan matanya kini terasa panas sudah.

Mila kembali membuang cepat pandangannya. Ia sangat muak melihat ekspresi wajah suaminya yang sok polos itu. Lagi pula, ia tidak bisa menahan air matanya yang mendesak untuk keluar. Padahal ia sudah bulatkan niat untuk tidak menangis dan membahas ini di depan putri mereka.

Irfan mencoba meraih tangan nya Mila yang berada di atas pahanya. Saat ini Mila sedang duduk di tepi ranjang.

"Aku tidak sedih lagi kamu pegang Mas!" Mila hempaskan tangannya Irfan. Ia pun bangkit dari tempat duduknya. Berjalan cepat ke dekat jendela.

Irfan kembali mendekati Mila. Dan tangannya dengan cepat melingkar di perut sang istri.

"Mas.. Lepas. !" dengan isak tangis Mila mencoba melepas belitan tangan suaminya itu di pinggangnya.

"Jangan marah-marah, ada Salsa di sini. Apa kamu tidak malu bersikap seperti ini!" Ujar Irfan pelan, ia tetap kunci pergerakan Mila.

"Malu..? kenapa aku yang harus malu? Kamu yang harusnya malu Mas!" Dengan sekuat tenaga Mila lepaskan belitan tangannya Irfan dari pinggangnya. Dan kini wanita cantik itu lepas dari rengkuhan Irfan.

Suasana di kamar itu semakin tegang. Salsa terlihat ketakutan dan tertekan saat ini. Mama dan ayahnya sedang bertengkar.

Irfan kembali mendekati Mila. Dan Mila kembali menjauh. Ia bahkan mengambil koper dari atas lemari.

"Mila.. Kamu mau apa?"

Irfan ambil alih koper dari tangan sang istri.

"Kembalikan..!" dengan kesal Mila mencoba meraih koper itu lagi. Mukanya memerah sudah karena tersulut amarah.

"Tidak!" Irfan jauhkan koper itu dari jangkauan tangannya Mila, hingga Mila tidak bisa mendapatkan koper itu.

"Tega kamu Mas... Kamu telah menghancurkan impian kita. Oohh.. Tidak, bukan mimpi kita. Ternyata hanya aku yang bermimpi indah untuk hidup bersama denganmu Mas!"

Mila tidak bisa menahan emosinya lagi, Padahal sejak tadi ia sudah berusaha tenang untuk menghadapi masalah ini. Tapi, nyatanya ia tidak sanggup.

Irfan terlihat panik melihat kemarahan Mila. Ia pun hanya bisa diam kini.

"Irene... Tega kamu selingkuh dengannya. Dia itu istri orang mas, sahabatku juga!" Ujar Mila dengan beruruai air mata. Dadanya semakin terasa sakit, karena mulutnya mengatakan nama wanita selingkuhan suaminya itu. Rasanya ia susah napas, karena rasa sakit yang ia rasakan atas pengkhianatan sang suami.

Irena adalah temannya Mila. Suaminya kerja mengambil ikan di laut. Kadang pulang dua minggu atau sebulan sekali. Berkat Irene jugalah, Irfan bisa kerja di perusahaan Tambang emas. Karena, Irene yang merekomendasikan Irfan ke perusahaan itu.

"Mila, yang kamu tonton tidak seperti apa yang kamu bayangkan. Mana mungkin aku dan Irene melakukan itu."

"Diam... Sudah. Tidak usah berdelik Mas. Itu tadi buktinya sudah lebih dari cukup!" tegas Mila dengan berderai air mata.

Irfan yang kalut memilih diam. Ia dudukkan bokongnya di tepi ranjang. Ia juga sempat melirik Salsa, yang kini bersembunyi di balik pintu. Takut akan pertengkaran kedua orang tuanya.

"Pantas saja dandananmu berubah akhir-akhir ini Mas. Juga handphone yang dulu selalu tergeletak jadi selalu dalam genggaman walaupun tidur. Aku sudah curiga diawal. Tapi, aku tidak ada bukti. Dan sekarang Irene malah mengirimkan bukti nya sendiri. Ciiieehh... Kalian manusia hina. Tidak punya iman!" ujar Mila kesal.

Ia raih cepat koper yang berada sekitar dua meter di hadapannya. Kemudian ia membuka lemari, memasukkan pakaiannya ke koper itu dengan penuh amarah.

"Mau pergi kemana kamu?"

"Kemana saja, asal tidak seatap dengan pengkhianat!" Jawab Mila cepat. Ia masih menangis dan sesekali menarik ingusnya.

"Ma..Mama!" Salsa yang sedari tadi sembunyi dibalik pintu kamar, akhirnya mendekati Mila.

Mila hanya menatap sang putri sekilas. Kemudian sibuk mempacking barang-barangnya lagi.

"Mila, kamu jangan gegabah mengambil keputusan. Kamu mau ke mana?"

Irfan kembali menarik koper yang sedang Mila isi dengan pakaiannya. Hal itu membuat Mila kesal bukan main.

"Aaarrgghkkk... Jahat.. Jahat kamu Mas...!" ia sempatkan memukul bahu sang suami yang tengah menjauhkan koper miliknya.

Irfan menghindar dari serangan Mila.

Hua... Hua... Hua...

Salsa yang sedari tadi tegang melihat sang Mama dan ayahnya bertengkar, lari kencang keluar rumah. Ia takut melihat orang tuanya itu, sedang bertengkar.

Mila dan Irfan terperanjat dengan kelakuan putrinya Salsabila, yang meminta pertolongan ke tetangga.

Di halaman rumah, Salsa teriak meminta pertolongan pada tetangga mereka yang kebetulan pulang dari JJs

"Paman... Tolong, ayah dan mamaku bertengkar."

Irfan bergegas keluar rumah. Ia tidak mau orang lain ikut campur urusan rumah tangga mereka.

Sesampainya di teras rumah. Ia berlari menghampiri sang putri. Mengangkat putrinya itu masuk ke dalam rumah. Tanpa menoleh ke tetangga yang kini sudah mulai banyak di depan rumahnya.

Braakk..

Irfan mendudukkan sang putri di sofa dengan sedikit keras. Pria itu akhirnya terpancing emosinya, atas kelakuan sang anak.

"Salsa.. Kamu jangan buat malu!" teriak Irfan pada putrinya itu.

Kini Irfan terlihat penuh emosi. Ia juga dibuat panik saat melihat sang istri keluar dari kamar dengan menyeret koper.

Ia tahan tangannya Mila. "Mau ke mana kamu. Kita bicarakan baik-baik!' ujar Irfan Setelah menahan tangannya Mila.

Dengan berderai air mata, Mila menatap sedih Irfan. Sungguh ia tidak sanggup untuk menatap Suaminya saat ini. Pergumulan panas Irfan dan Irene terus saja tayang di pikirannya. Hal itu membuatnya bisa gila.

"Kemana saja, asal tidak melihat wajahmu Mas. Cepat ceraikan aku!" teriaknya, menghentak kuat tangannya Irfan dari tangannya.

"Tidak. .. Tidak akan ada perceraian!" Sahut Irfan tegas.

Mila membuang pandangan. Ia tarik tangan sang putri, agar ikut dengan nya. Tapi, diluar dugaan Irfan malah menahan lengan Salsa yang satunya lagi. Jadilah mereka memperebutkan anak yang juga dalam keadaan tertekan itu.

Hua.. Hua... Hua..

"Mama.. Yah.. Sakit...!' ujar Salsa sambil terisak.

Mila yang sadar akan kelakuan egois mereka. Melepaskan genggaman tangannya dari tangannya Salsa.

" Lepaskan tangan Salsa Mas. Lepaskan..." Mila mencoba menjauhkan tangannya Irfan dari tangannya Salsa.

"Tidak...!"

"Mas .. Jangan egois." teriak Mila.

Para tetangga kini jumlahnya sudah bertambah menonton pertengkaran suami istri itu. Rasa malu seolah hilang, diredam emosi.

"Tidak ada yang bisa pergi dari rumah ini!' tegas Irfan lagi.

" Tolong... Tolong. ..!" Mila yang kalut, teriak histeris. Ia tidak tahu harus berbuat apa lagi.

"Ada apa ini?" akhirnya pak RT dan beberapa warga komplek masuk ke rumah mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!