Malam ini aku terlelap begitu pulas, dan terbangun pada pagi hari oleh kokok ayam tetangga yang suaranya nyaring terdengar. Terasa sakit di bagian punggung karena harus tidur di sofa yang permukaanya tak lagi rata banyak tambalan sana-sini.
Rutinitas pagi hari seperti biasa, mandi dan juga beres-beres sedikit agar tidak ada cucian dan sampah yang menumpuk, sayup-sayup terdengar suara panggilan dari seorang perempuan di kamar tidurku, bukan hantu, dia adalah Jenny yang kemarin malam ikut bersamaku ke rumah.
"Bagaimana keadaanmu?" tanyaku berharap ia sudah dalam kondisi yang lebih baik dari semalam.
"Mmmm.. sepertinya sakitnya lumayan berkurang"
"Terima kasih ya.." ujarnya dan ia mencoba bangun dan berdiri tepat di hadapanku. Badannya lemas dan juga sakit di pergelangan kakinya masih agak terasa ngilu.
Aku memapahnya sampai ke Kamar mandi dan memberikan handuk, kaos oblong warna putih dan celana training juga sikat gigi baru untuk ia pakai.
Sulit dipercaya, ada perempuan cantik di rumahku. tak pernah terbayangkan suatu saat aku akan membawa seorang perempuan untuk menginap di rumah tua ini dan Jenny adalah satu-satunya perempuan yang mau menginap disini.
Dari apa yang ia kenakan, aku tau jika dirinya wanita dari kalangan atas, bahkan ketika bertemu di tempat pencucian motor beberapa hari lalu, aku melihat mobil SUV warna merah miliknya sudah pasti bukan mobil murahan.
Selesai beres-beres aku membuat 2 porsi Roti lapis isi telor ceplok setengah matang, sayuran selada dan timun. Sarapan sederhana yang biasa ku makan sebelum berangkat kerja, karena cara memasaknya yang cukup mudah dan cepat, semoga saja dia mau memakan masakan yang tak seberapa ini.
"Wanginya enak, ini kamu masak sendiri?" tanya nya sedikit keheranan ada seorang pria yang mau repot-repot memasak sarapan untuk dirinya.
Aku mengangguk mengiyakan pertanyaan nya, tubuh molek nya sempurna menjulang berdiri di hadapanku, kakinya yang jenjang dibalut celana training dan kaos yang sedikit lebih besar dari tubuhnya itu membuatku terperangah tak percaya dengan pakaian sederhana itu pun dia terlihat sangat cantik.
"Hei! aku bukan hantu ya!".
"Eh.. Iya maaf.. Maaf kalau pakaiannya tidak nyaman untuk kamu pakai".
"Setelah sarapan, kita berangkat ke klinik. Biar ada penanganan khusus dari dokter, kita tidak tau nantinya lukamu mungkin saja akan lebih parah jika tidak segera diobati dengan benar". Ucapku mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Kamu mau antar aku kan? nanti aku pesan taksi saja jadi kamu tidak perlu repot-repot bawa motor" ujarnya.
Ia mengambil potongan sandwich dan memakannya dengan lahap, meski makanan masih penuh di dalam mulutnya, namun tak henti-hentinya ia memuji masakanku dan membuatnya tersedak.
"Ada-ada saja kamu ini, nih minum dulu" aku menyodorkan gelas berisi air yang langsung ia tenggak habiskan separuh dari isi gelas.
Ia nyengir kuda menanggapi ucapanku, dan lanjut menghabiskan sarapannya.
Dasar perempuan aneh.
...----------------...
Setelah mendapatkan penanganan dokter, aku mengantarkannya menuju apartemen mewah di wilayah selatan. Selama ini aku hanya tau kawasan ini saat melewatinya ketika harus ke kota selatan. Kini aku sudah berada di salah satu apartemen dengan kelas terbaik di antara ruang yang lain.
Baru kali ini aku melihat apartemen yang didalamnya terdapat 2 lantai, bagian bawah dan satu lantai diatas. Dinding ruangan berwarna putih terdapat beberapa ornament lukisan juga foto-foto keluarga, aku lihat dengan seksama terkagum karena kemewahan ruangan yang biasanya aku hanya melihat di film-film luar negeri.
Kami duduk berdua di sofa menghadap jendela, terbentang luas pemandangan kota dari atas sini, sangat menakjubkan, ada rasa iri hati bisa menikmati semua fasilitas mewah seperti ini, bahkan jika aku bekerja mati-matian bertahun lamanya belum tentu bisa membeli unit apartemen mewah seperti miliknya.
"Shean.. Are you ok?"
"Hari ini kamu kebanyakan bengong, ada apa?" pandangan matanya lembut menatapku, penasaran dengan isi pikiranku saat ini.
"Tidak ada.. Cuma... Mmmm" aku bingung harus menjawab apa.
"Atau kamu terbebani karena aku?, aku minta maaf untuk itu dan tidak akan merepotkan mu lebih dari ini". Ucapnya terdengar lemah, karena ia pun sadar sudah bersikap egois untuk menemaninya.
"Mungkin aku terbebani, cuma bukan itu yang aku pikirkan. Rasanya sedikit aneh dengan situasi kita saat ini, aku bingung untuk mengucapkannya".
Lama kami terdiam tak ada sepatah katapun, lidah terasa kelu ada kata yang tidak bisa tersampaikan dengan sempurna.
Jenny menyandarkan kepalanya di pundak ku, perasanku makin campur-aduk tak karuan dengan semua kelakuannya sejak bertemu sampai sekarang.
"Tolong biarkan aku seperti ini sebentar saja" Pintanya tanpa berani untuk menolak atau mengiyakan, aku terdiam untuk beberapa saat.
Waktu berlalu tanpa terasa sudah hampir jam 3 sore, kemuning cahaya di ufuk barat terasa lembut merasuk kedalam pori-pori kulit nyaman dan menenangkan. Tanpa sadar aku membelai Rambut Jenny yang hitam mengkilap, kilauannya terlihat jelas dengan pantulan cahaya matahari sore.
"Nyaman sekali, Terima kasih Shean" ia membuka matanya dan mencoba mengatur posisi duduknya.
"Kamu ternyata memiliki pemandangan seperti ini" ucapku masih terkagum dengan sore yang begitu menyejukkan hati dan pikiran.
"Iya. tapi aku jarang menikmatinya karena terlalu sibuk bekerja dan setiap akhir pekan pergi bersama teman-temanku".
Cerita Jenny membuatku sadar, jika selama ini ia tak jauh beda dengan diriku, merasa kesepian dan bosan dengan semua hal yang ada. Juga aku bosan menjadi orang yang selalu di rendahkan oleh orang lain apalagi di tempatku bekerja.
"Cukup membicarakan hidupku, bagaimana dengan kamu Shean? kamu sudah berjanji akan menceritakan semuanya, jangan-jangan kamu lupa ya?".
"Baiklah akan aku ceritakan semuanya". ucapku dan mulai menceritakan semuanya kepada Jenny.
...----------------...
Cerita ini turun-temurun dari leluhurku yang terus diceritakan ke setiap generasi. Leluhurku adalah pelaut yang terdampar di pulau tak berpenghuni di perairan laut barat.
Jean Beaufort kebangsaan Prancis adalah leluhurku, dia seorang peneliti dari armada angkatan laut negara Prancis, ketika sedang dalam misi eksplorasi, kapal diterjang badai yang menghanyutkan kapal dan menenggelamkan seluruh awak kapal dan yang selamat hanya Jean seorang.
Dirinya terombang-ambing dilautan dengan sepotong kayu pecahan dari kapal selama beberapa hari sampai akhirnya kehilangan kesadaran dan terdampar di pulau kecil yang ditumbuhi oleh pepohonan tropis.
Berbekal pengetahuan seadanya ia berhasil bertahan hidup selama bertahun-tahun sampai akhirnya bisa terselamatkan oleh armada kapal Prancis yang kebetulan melewati perairan barat yang juga sedang dalam misi eksplorasi dan meneliti kapal yang tidak kembali ke pangkalan angkatan laut Prancis.
Pada masa-masa gelapnya terdampar di pulau asing, Jean setiap harinya menjelajah pulau yang luasnya tak lebih dari 25 KM. Demi bertahan hidup ia berburu makanan yang ada tersedia di sekitar pulau. tumbuhan paku, jamur dan binatang-binatang reptil yang bisa ia temui disana.
Dari upayanya itu, dikisahkan jika ia menemukan artefak kuno peninggalan era ratusan ribu tahun yang lalu yang terdiri dari koin logam mulia, senjata yang kini ada di pajang di musium Negara Prancis.
Dari prestasinya itu ia dianugerahi gelar kehormatan dan ditunjuk menjadi pemimpin yang akan meneliti lebih lanjut dari penemuannya dalam misi kerajaan kerajaan untuk mencari peninggalan lain, namun upaya itu sia-sia.
Dikisahkan seluruh awak kapal dan tim penjelajah didera penyakit menular yang menewaskan seluruh tim penjelajah termasuk Jean dan awak kapal yang tidak ikut serta dalam eksplorasi pulau kembali ke kerajaan dan menceritakan akan wabah bahaya yang menewaskan seluruh peneliti.
Wabah pun mulai menjangkit ke seluruh penjuru kerajaan dan menewaskan jutaan warga sampai akhirnya jejak dari misi harta karun lenyap seketika dilupakan oleh banyak orang dan hanya dari keturunan dari keluarga Beaufort saja yang mengetahui kisah ini.
"Kakek sering menceritakan tentang kisah leluhur, aku ingat kakek selalu bersemangat ketika menceritakan kisah ini".
"Benar dugaanku, kamu bukanlah lelaki biasa, aku kagum padamu". ia tersenyum memandang ke bola mataku yang juga sedang memandanginya.
"Lalu bagaimana dengan peta itu?" Tanya Jenny yang kemarin sempat melihat jelas peta menuju pulau yang dimaksud oleh leluhurku.
"Entah, bisa saja itu palsu. Sejak aku menemukan peta itu 3 tahun lalu, aku coba meneliti kebenaran dari pulau harta karun, belum ada kemajuan.. Entahlah..". Jemarinya menggenggam erat tanganku sorot matanya mengisyaratkan agar aku tidak patah semangat dan terus berusaha untuk memecahkan misteri dari keluargaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments