"Arani," Panggil Areno pada Arani yang ssdang berjalan ingin menaiki tangga dengan tangan memegang Bungkus Siomay.
Arani menoleh dan melihat Areno yang berjalan ke arahnya.
"Lo hari ini ada Praktek Kimia kan?"
Arani mengangguk. Syena menyenggol lengan Arani yang membuat gadis itu menoleh.
"Gue sama Defilla Duluan ya," Ucap Syena seraya menarik tangan Defilla dengan cepat.
Arani dibuat kesal dengan mereka berdua. Tega sekali meninggalkan dirinya berdua dengan Cowok Datar itu.
"Gue pinjem jas lab lo,"
Arani membulatkan matanya.
"Gak boleh," Ujar nya tegas. Lalu kembali melanjutkan langkahnya.
"Pinjem dulu. Nanti gue balikin. Lo kan udah selesai Praktek Kimia tadi."
Areno menarik tangan gadis itu saat dilihatnya Segerombolan Siswa yang ingin naik tangga dan terhalang oleh tubuh Arani.
"Kenapa lo gak bawa Jas Lab? Udah tau sekarang jadwal nya. Salah lo sendiri lah. Gue gak mau minjemin. Haram hukumnya,"
"Lo marahin gue kayak gini, Ketauan banget Kalau lo Care sama gue. Bener kan?"
Areno tersenyum miring menatap Arani.
"Najis!" Umpat Arani dengan geram nya.
Jemari Areno manarik bibir tipis gadis itu dengan gemas.
Arani langsung mengusap kasar bibir nya seolah habis di sentuh oleh Sesuatu yang sangat kotor.
"Mulut lo!"
"Kenapa sama mulut gue?" Tantang Arani dengan berani menatap tajam mata Hazel milik Areno.
"Cewek tapi ngomong nya kasar. Lo lebih Najisin lagi. Asal Tau aja," Ucap Areno dengan tenang.
Arani kesal bukan main ketika cowok itu mengatainya Najis.
"Kalau gue najis, Kenapa lo Pacarin?! Hah?!"
"Lo banyak bacot jadi cewek. Buruan pinjem jas Lab lo sekarang!"
Areno benar-benar marah. Matanya makin menakutkan saja untuk di pandang.
Arani mendengus sebal. Lalu menutup bibirnya rapat-rapat.
"Barusan Ngomongin gue kasar. Padahal lo sendiri kalau ngomong lebih kasar."
Gumamnya sangat pelan yang ia kira hanya sampai ketelinganya, Namun Ternyata Areno pun mampu menangkap apa yang di ucapkan gadis itu
"Gue kasar ya wajar. Karena gue cowok."
Kening cowok itu mengerinyit kesal menatap cewek berkulit putih di hadapannya ini.
"Sejak kapan ada peraturan kayak gitu?"
Areno menarik nafasnya panjang
"Yaudah. Sayang, Pinjem Jas Lab boleh?"
****** ******
" Titrasi Kamu gagal,"
SRETT
Areno menatap Pak Didi sangat datar. Ia menatap malas jurnal kimia nya yang di baru saja di coret oleh Pak Didi.
"Ini terlalu merah. Kamu gimana sih? Makanya kalau Titrasi harus sabar. Jangan buru-buru. Kelewatan kan Titik Akhir nya," Dumal Pak Didi dengan Jengkel. Masalahnya, Areno sudah melakukan Titrasi sebanyak Dua kali dan semua itu gagal. Pak Didi kira untuk yang terakhir kali ini, Areno akan sedikit bersabar dalam melakukan Titrasi sehingga tidak gagal lagi.
Tapi nyatanya Areno masih saja mengulang kesalahannya.
Pak Didi mengamati Kran buret Areno. Lalu memutar nya secara Horizontal untuk mengecilkan atau menghentikan Volume air yang nantinya akan keluar dari Kran tersebut.
"Kran nya jangan di buka selebar itu, Areno! Pantesan larutan kamu udah kayak Syrup Begitu. "
Areno mengusap dahinya yang berkeringat.
"Capek nunggu nya kalau Kran buretnya di kecilin, Pak. Kan biar cepet harus di gedein lah Kran nya. "
"Titik akhir Titrasi adalah tepat pada saat terjadi perubahan warna Indikator. Makanya saat kita memutar Kran buret untuk mengalirkan Larutan Baku Sekunder (LBS) kedalam Larutan Baku Primer (LBP) dan Indikator itu harus pelan-pelan supaya kita bisa tau kapan titik akhir itu terjadi. Kalau warnanya sudah berubah seharusnya langsung kamu Hentikan Kran Buret nya supaya LBS didalamnya Berhenti keluar."
Areno si cowok paling ganteng yang terkenal pintar di sekolahnya itu memang tidak pernah Benar kalau soal Praktek.
"Ngerti kamu?"
"Hm," Gumam nya malas
Pak Didi menggeram kesal. Kalau saja Areno ini tidak pintar, sudah pasti akan mudah mengeluarkannya dari Sekolah ini. Sayangnya, biarpun dingin, Badboy dan cuek, Cowok itu masih memiliki otak yang Jenius. Sehingga tak sedikit guru yang sangat menyayangi Cowok keturunan Turki ini.
"Ini akibatnya kalau kamu gak sabaran dalam mengerjakan sesuatu. Saya rasa, Kran Buret itu kamu anggap seperti Kran air di rumah kamu ya? Ingat, Besok-Besok kamu harus bisa mengendalikan Kran Buret nya. "
****** ******
Areno melepas Jas Lab yang dipakainya lalu mengambil Tas di dalam Loker nya.
"Kantin gak lo?"
"Sakit, Anj!"
Daffa terkekeh melihat Areno yang mengumpat karena pukulannya di Pundak Areno.
"Kantin gak?" Tanya Daffa Sekali lagi. Areno menggeleng
"Ntar aja. Gue mau balikin Jas Lab Arani dulu."
Daffa melotot sempurna lalu tersenyum menggelikan yang membuat Areno bergidik ngeri.
"Lo make Jas Lab Arani? Modus Lo Nyet!"
"Gue gak bawa. Yaudah gue pinjem punya dia. Kan kebetulan kelas dia juga ada Praktek hari ini."
Daffa berdecak seraya menggeleng
"Tumben lo mau minjem punya cewek? Biasanya kalau gak bawa jas lab pasti minjemnya sama cowok," Ujar Daffa dengan nada herannya dan menatap Areno menuntut jawaban.
Areno memasang ranselnya di pudak sebelah kanan usai memasukkan semua peralatannya ke dalam Tas.
"Kan dia cewek gue. Apa salahnya?"
****** ******
"Heh!"
Areno memanggil Syena yang habis membuang bungkus siomay nya di tempat sampah depan kelas nya.
Areno mencuri-curi pandang ke dalam kelas Arani. Lalu mengalihkan matanya pada Syena yang menatapnya seraya menggigit bibir dengan salah tingkah.
"Arani mana?"
Syena langsung menepuk kepalanya membuat Areno bingung.
"Astaga, Gue lupa kalau ini cowok udah punya temen gue. Ya Allah maafin Syena ya," Ujar Syena seraya menengadahkan kedua tangannya seraya menatap langit-langit gedung sekolah.
Areno mendengar dengan jelas apa ucapan teman pacaranya itu. Ia memutar bola matanya
Sinting, Areno berdecih dalam hati.
"Mana Arani?" Tanya Areno penuh penekanan karena ia jengah menonton Drama dadakan yang dibuat Syena ini. Gadis itu masih saja bergumam sendiri.
"Arani ada di dalem. Masuk aja, biasanya juga lo seenaknya di sekolah ini," Ucap Syena setelah sadar hal gila apa yang baru saja dia lakukan. Memohon-mohon di depan pintu kelas dengan kedua tangan menengadah lalu di tatap cowok ganteng. Jelas itu sangat membuatnya malu walaupun niat awalnya memang ingin meminta ampunan pada tuhan karena hampir saja ia ingin Memakan Temannya
Areno masuk ke dalam kelas. Hal itu membuat suasana kelas hening seketika. Semua perempuan yang ada di kelas itu langsung memandang Areno takjub, Bahkan ada yang hampir menggigit tangannya saking gemas nya dengan Areno yang terlihat makin Kece dengan keringat dan wajah lusuh nya, khas anak farmasi kalau sudah lepas Tugas.
Semua Siswa memperhatikan Areno yang berjalan gagah ke arah gadis yang sedang sibuk dengan laptop nya di bangku paling depan dekat meja guru.
"WOY! MINGKEM NAPA MINGKEM!!"
Teriak Syena pada Penggemar Areno yang berada di kelas nya itu.
"Bisa banjir ini kelas kalau mereka semua pada ngiler gara-gara cowok lo,"
Syena kembali duduk di samping Arani bersamaan dengan Areno yang sudah tiba di dekat Pacarnya.
"Hah?" Tanya Arani dan menatap Syena sebentar lalu kembali fokus pada Laptopnya.
"Udah nonton nya woy! Itu ada Areno," Bisik Syena lalu mencubit tangan Arani.
Arani langsung mengangkat kepalanya saat menyadari kalau ada badan tegap berdiri menjulang di sampingnya yang sedang duduk di kursi dengan nyaman.
Arani mengerinyit bingung pada Areno yang menatapnya seperti biasa, tanpa ekspresi.
"Ngapain?" Tanya Arani malas. Dan kembali menatap laptopnya.
Areno menarik kursi yang tak jauh darinya lalu meletakkan kursi itu di samping Arani. Ia duduk dengan tenang lalu ikut mengamati Laptop Arani yang sedang menayangkan Film yang tidak ia ketahui apa judulnya.
"Ngapain sih? Sana keluar! Sebentar lagi Pak Yahya dateng,"
Areno menyandarkan punggung nya pada kursi, tak peduli.
"Nonton apaan?" Tanya Areno dengan santai.
"Gak usah kepo. Udah sana pergi! Ngapain di sini?! Ngerti dong kalau di kasih tau baik-baik," Ucap Arani dengan sewot yang mengundang senyum tipis Areno.
Semua penghuni kelas jadi penonton setia mereka berdua yang sedang berdebat.
"Lo ngasih tau gue gak baik-baik ya. Dari awal gue dateng ke sini lo udah marah-marah. Mananya yang baik? Hm?"
Arani mendelik
"Siapa yang marah?"
Areno mengangkat dagunya ke arah Arani.
"Lo lah," Ucapnya seraya memainkan tali Tas Arani yang berada di dekat laptopnya.
Arani menepuk galak tangan Areno yang lancang menyentuh barang nya.
" Gak usah pegang-pegang! Bisa Rabies nanti barang gue,"
Areno mengangkat alisnya tinggi
"Apaan sih? Sensi banget,"
Areno meraup lembut wajah cantik pacarnya.
Arani berdecak seraya mengusap wajahnya kasar untuk menghilangkan jejak tangan Areno yang tadi sempat singgah di wajahnya.
Areno tak peduli dengan sikap Arani yang semakin hari semakin mengesalkan menurut orang, tetapi membahagiakan untuknya.
Walaupun gadis itu masih keras kepala, setidaknya jika Areno berbicara tegas, keras nya kepala Arani bisa mencair. Artinya, gadis itu mulai Menurut pada Areno.
Areno membuka ransel Navy nya lalu mengeluarkan Jas Lab berwarana putih itu dari dalam. Ia meletakkan Jas Lab itu di atas meja Arani.
Lalu menatap Arani seraya mengusap puncak kepala gadis itu.
"Cuma mau balikin itu. Makasih ya,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments