Semuanya aja minjem. Gak modal banget sih lo jadi cowok," Ucap Arani pada Leo yang baru saja meminjam anak timbangan 1 gram miliknya.
Tangannya kembali sibuk mengemas puyer buatannya sebanyak dua belas bungkus.
Leo tertawa lalu mulai menimbang serbuk yang berada di dalam botol berlabel merah dengan tulisan Papaverin HCl itu.
"Saling membantu itu indah, Ran. Gue minjem sama lo, karena meja praktek kita deketan. Ya gak?" Ujar Leo seraya mengangkat alisnya menatap Arani sebentar lalu mematikan timbangannya dan memindahkan serbuk yang di timbang nya tadi ke atas meja prakteknya yang terbuat dari Porselen itu.
Arani berdecak lalu menggelemg pelan.
"Masalahnya, kerjaan lo minjem terus tau gak? Praktek Resep pinjem lem, pinjem anak timbangan, pinjem pulpen merah. Terus kalau praktek Kimia pinjem serbet lah, pinjem pipet tetes lah. Udah kayak tukang Rental aja gue," gerutu Arani yang mengundang tawa geli Leo.
"Kita kan temen,"
"Temen pala lo peyang," Ucap Arani sebelum akhirnya menulis Etiket untuk puyer yang sudah di kemas nya.
Tn Anda
3X Sehari 1 bungkus
sesudah makan
“Perfect!”
Seru Arani dengan senang. Karena Resep Ketiga nya telah selesai. Tinggal satu resep lagi.
Arani melakukan Praktek Resep satu kali dalam seminggu begitupun Praktek Kimia. Di setiap Praktek Resep nya, Arani di berikan 4 resep dan harus di selesaikan semuanya. Karena akan di anggap Hutang kalau ada resep yang belum terselesaikan. Dan Hutang itu harus di ganti dengan Praktek juga sebelum Ulangan Kenaikan Kelas agar nilai tetap aman.
Biar bagaimanapun praktek resep adalah salah satu pelajaran produktif yang memang lebih diutamakan. Jadi dalam setiap prakteknya, semua siswa dituntut untuk serius dalam menjalani kewajiban mereka tersebut. Tidak ada kata bolos saat jam Praktek. Pengetahuan yang di peroleh dari Praktek akan di terapkan dalam Dunia pekerjaan.
"Lo udah selesai?" Tanya Leo pada Arani yang sedang memeriksa jurnal nya sebelum Di serahkan pada pengawas.
Arani menggeleng lalu membawa buku jurnal dan pot plastik berisi puyer di kedua tangannya.
"Belum, Baru resep ketiga."
Arani mendatangi pengawas nya yang bernama Ibu Tetty. Arani menghela nafas pelan saat dilihatnya Antrian Teman-temannya yang juga ingin laporan pada Bu Tetty.
Lalu ia mencari Bu Linda yang biasanya juga mengawasi kelasnya Praktek. Tapi Bu linda tidak terlihat di Lab Resep itu. Akhirnya dengan sangat terpaksa, Arani ikut berbaris di belakang lima orang temannya.
Arani paling malas jika sudah mengantri begini. Karena Setiap anak pasti di Interogasi dulu oleh pengawas. Ditanya Ini dan Itu, Untuk mengetahui kemampuan masing-masing anak. Apalagi jika di dalam Jurnal ada yang salah, pasti di nasehati dulu.
Saat melihat Bu Linda masuk kedalam Lab Resep dan duduk tak jauh dari Bu Tetty, Arani secepat kilat berpindah tempat.
Berhasil.
Arani ada di posisi paling depan di antara kedua temannya yang baru datang.
Arani menoleh ke belakang dan tersenyum manis pada kedua temannya.
Arani menyerahkan obat dan jurnal nya pada Bu Linda. Bu Linda membuka Pot plastik nya lalu menghitung jumlah puyer yang ada di dalamnya seraya melirik jurnal Arani untuk mengetahui jumlah Puyer yang di minta pada Resep.
Setelah menghitung puyer Arani sebanyak dua belas bungkus, Puyer-puyer itu di keluarkan dari dalam pot plastik untuk selanjutnya di buang supaya tidak terjadi kecurangan antar siswa.
Saling meminjam Obat yang sudah jadi kepada teman untuk di serahkan kepada pengawas adalah hal yang sering terjadi di setiap kegiatan Praktek.
Arani paling anti dalam hal itu. Menurutnya, itu sama saja merugikan diri sendiri. Kalau obatnya tidak kita buat sendiri, bagaimana kita bisa tau cara membuatnya? Lalu bagaimana kalau sudah bekerja? Apakah bisa menggunakan cara licik seperti itu? Percuma bayar sekolah mahal-mahal kalau pengalaman yang di dapat dari praktek membuat obat hanya sedikit.
"Ini Label NI (Ne Iteratur) nya mana?"
Arani meringis pelan. Kecerobohannya kambuh lagi. Sifat nya yang satu ini kadang membuat Mamanya Gergetan. Arani memang sulit menghilangkan Sifat ceroboh yang di milikinya. Parahnya, kalau Nilai yang jadi korban. Kadang Arani sampai menangis kalau Nilai nya tidak sesuai Ekspetasi awal hanya gara-gara Kurang satu huruf pada Ulangan Farmakognosi, Kurang angka Nol pada ulangan Matematika, dan lain-lain.
"Oh iya lupa, bu."
Arani langsung bergegas cepat ke meja nya untuk mengambil Label NI yang sebenarnya sudah ia siapkan.
Arani langsung memasukkan label Itu ke dalam pot plastik.
"Besok-Besok jangan lupa ya. Ini masih Praktek biasa yang belum ketemu Pasien langsung, jadi gak begitu masalah. Tapi kalau obat ini udah benar-benar kamu serahin ke pasien gimana? Masa gak ada label NI ? Ini ada Obat keras nya, lho," Ucap Bu Linda tegas.
Arani langsung mangangguk patuh.
"Iya, Bu"
----------------------------------------------------------
NI ( Ne Iteratur ) --> Tidak boleh diulang Tanpa Resep Dokter
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments