Semua yang sudah antusias untuk menyambut kedatangan seorang pemuda yang tampan yang statusnya sebagai CEO, pun tengah berdiri di hadapan banyaknya mahasiswa yang tengah duduk di hadapannya.
Vania yang melihat sosok laki-laki yang berdiri di depannya itu, pun mendadak melotot, yakni seperti menerima kejutan yang tidak pernah diduga sebelumnya.
"Apa! lelaki kurang ajar itu?"
Tanpa disadarinya, Vania cukup keras saat dirinya kembali emosi. Henifa sendiri dibuatnya bingung atas Vania yang seperti orang tengah mengigau.
"Van, sadar dong, Van." Panggil Henifa sambil menepuk punggungnya agar tersadar dengan apa yang dilakukannya.
"Itu Hen, lelaki itu yang sudah membuatku jatuh tadi pagi. Benar-benar kurang ajar dia, awas saja kalau sudah turun, bakal aku jadikan adonan donat biar kapok itu orang."
"Itu kakaknya Viktor, Van. Masa iya, mau kamu jadikan adonan donat, bisa kena marah nantinya kamu sama Viktor." Ucap Henifa mengingatkan.
Saat itu juga, Vania baru tersadar dengan apa yang dikatakan oleh Henifa. Begitu juga dengn Henifa, dirinya teringat saat dirinya ikutan kesal saat mendapati temannya yang terluka oleh perbuatan orang yang tidak mau bertanggung jawab.
Karena acaranya hanya sebentar, waktu dalam memberi pidatonya pun hanya sebentar saja. Henifa yang belum sempat memuji dan memperhatikannya dengan fokus, alhasil tidak sesuai yang diharapkan tadi. Justru, Henifa malah ikutan kesal seperti Vania, lantaran tidak bertanggung jawab atas perbuatannya saat membuat Vania terjatuh hingga mengenai trotoar.
Saat acaranya selesai, semua berdesakan meminta untuk berfoto. Namun tidak untuk Vania, justru dirinya tengah membawa dua botol air mineral dengan sengaja menyemburkan di tengah-tengah para mahasiswa yang meminta berfoto agar menyingkir.
"Minggir! kalian semua." Teriak Vania ditengah tengah keramaian, dan sempat menyemburkan air minum yang ada dalam botol minuman.
Benar saja, Vania yang diketahui tengah melakukan hal tersebut, semua tengah menyingkir satu persatu.
Kini, Vania dan laki-laki yang diketahui seorang CEO dan kakak dari Viktor, tengah berhadapan satu sama lain.
"Ini hadiah untuk kamu, hadiah yang sudah menjatuhkan aku di jalanan." Ucap Vania dengan lantang, juga disaksikan banyak mahasiswa lainnya, termasuk Viktor yang benar-benar sangat terkejut dengan apa yang sudah dilakukan oleh Vania, perempuan yang disukainya itu.
Dengan aksinya yang nekad, Vania langsung menyemburkan air dalam botol minuman dengan sangat kuat dan menyembur di wajah lelaki yang ada di hadapannya itu.
Viktor kembali membulatkan kedua bola matanya ketika melihat aksi yang tengah dilakukan oleh Vania kepada kakaknya.
Semua yang melihat aksi dari Vania, pun tidak pernah menyangka dengan apa yang sudah dilakukan oleh Vania dengan beraninya.
Lelaki yang ada di hadapannya itu, langsung mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. Saat itu juga, langsung menyambar lengan miliknya Vania dan langsung menariknya dengan kasar.
"Lepaskan! kamu itu benar-benar laki-laki kurang ajar. Sudah membuatku jatuh, sekarang mau menyiksaku." Ucap Vania dengan berteriak cukup kencang.
Tanpa pikir panjang dan tidak menjawab ucapan dari Vania, semakin kuat saat menarik paksa tangannya Vania.
Kemudian, dengan kuat mendorong tubuh Vania masuk kedalam mobil dengan kasar."
"Aw!" pekik Vania meringis kesakitan saat kepalanya membentur jendela kaca mobil.
Dengan laju kendaraan yang cukup kencang, akhirnya sampai juga di suatu tempat yang sepi. Kemudian, ia langsung turun dan membuka pintu mobil.
Setelah itu, langsung menarik paksa kepada Vania untuk keluar dari mobil. Saat sudah keluar, kerah bajunya Vania di cengkram sangat kuat oleh lelaki yang katanya kakaknya Viktor, bernama Erganta.
"Maksud mu itu apa? berani-beraninya memperlakukan aku didepan umum dengan menyemburkan air lewat botol minuman, ha! kamu ada dendam apa denganku? ayo! katakan."
"Dih! pakai pura-pura lupa segala. Kamu gak sedang amnesia, 'kan?"
"Kamu bilang apa tadi? aku amnesia? jaga bicaramu. Sekarang katakan, kamu disuruh siapa untuk menyerang ku, ayo! jawab."
Bukannya takut, justru Vania tertawa lepas saat mendapat bentakan dari lelaki yang tengah mencengkram kerah baju miliknya.
Setelah mencengkram kerah bajunya, kali ini mencengkram rahangnya dengan sangat kuat, hingga Vania merasa kesakitan.
"Katakan padaku sekarang juga, siapa yang menyuruhmu untuk menyerang ku, ayo! jawab."
Dengan kuat, Vania memberontak untuk meminta dilepaskan cengkraman tangannya.
Saat itu juga, cengkraman tangannya langsung dilepaskan.
"Nih! lihat, kamu yang tadi pagi sudah membuatku jatuh dan terluka. Juga, kamu tidak mau bertanggung jawab, dan kamu pergi begitu saja. Jadi, impas, bukan?"
Saat melihat luka yang ada di bagian siku miliknya Vania, dirinya baru teringat saat adiknya ngomel tidak jelas saat diminta untuk mendatangi kampus yang dimana adik keduanya tengah mengenyam pendidikannya.
Tentu saja, dirinya baru mengetahui kenapa perempuan yang ada di hadapannya itu telah menyerang dirinya.
"Oh, jadi luka ini. Makanya, kalau mau jalan atau berhenti, atau istirahat, tuh mata dipake. Jadi, kamu tidak menjadi terluka seperti ini, paham. Kata kamu tadi sudah impas, sekarang juga pergi dari hadapanku. Sekali lagi kamu muncul di hadapanku dan membuat onar terhadapku, jangan harap kamu akan bisa lari dari kenyataan." Jawabnya yang tak lupa untuk memberi sebuah ancaman pada Vania
"Dih! Seharusnya yang bicara seperti itu aku, bukan kamu." Ucap Vania sambil mengusap bagian rahangnya yang terasa sakit akibat ulah dari lelaki yang ada di hadapannya itu.
"Kakak! Vania!" teriak Viktor sambil berjalan dengan langkah kakinya yang gesit untuk menghampirinya.
"Siapa dia, pacar kamu?" tanya sang kakak.
"Bukan, Vania temanku. Kalian ada masalah apa sebenarnya? kenapa sampai heboh seperti tadi?"
"Tanyakan saja sama teman kamu ini, karena aku sendiri tidak tahu. Antar dia pulang, jangan sampai melakukan kesalahan yang kedua kalinya. Yang ada seperti zombie dianya, sangat berbahaya." Jawabnya dan langsung bergegas pergi dari hadapan Vania.
Sedangkan Vania sendiri menyimpan rasa kekesalannya pada kakaknya Viktor, lelaki yang ia ketahui sudah membuat terluka dan tidak bertanggung jawab.
Viktor yang masih menyimpan rasa penasaran, dan lupa dengan keributan yang dibuat oleh Vania.
"Van, sebenarnya kamu dan kakakku ada masalah apaan sih? apa sebelumnya kamu itu sudah saling kenal? atau jangan-jangan kamu pernah pacaran dengan kakakku."
Vania yang mendapat banyak pertanyaan dari Viktor, pun langsung menoleh padanya. Tatapannya masih terasa kesal.
"Kakak kamu itu yang sudah menjatuhkan Vania hingga membentur trotoar, dan tidak mau bertanggung jawab. Jadi, karena kebetulan bertemu di kampus, maka dendam lah si Vania sama kakak kamu itu." Timpal Henifa yang akhirnya angkat bicara.
Seketika, Viktor sangat terkejut mendengarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments