Saat pesanan datang, Viktor bersama Vania menikmati makanan yang dipesan, yakni ayam bakar dengan sambalnya yang pedas.
Selesai makan, Viktor mengajaknya ke suatu tempat yang biasa dijadikan tempat mengobrol dengan pasangannya masing-masing. Meski sebenarnya merasa risih, Vania tidak mempunyai pilihan lain selain menuruti ajakan dari lelaki yang selalu mengejarnya.
"Kamu mau ngapain sih, Vik? kita kan gak pacaran, entar kitanya jadi gosip loh."
Bukannya menjawab pertanyaan dari Vania, justru tersenyum padanya, dan mengajaknya untuk duduk.
Ketika keduanya tengah duduk bersebelahan, Viktor meraih tangan Vania dan menggenggamnya sambil menatapnya.
Vania yang merasa tidak nyaman dan risih, ia terus mencoba untuk melepaskan tangannya. Namun, bukannya terlepas, justru Viktor semakin mengeratkan genggamannya.
"Kamu ini kenapa sih, Van. Perasaan kamu itu selalu saja menghindar dari ku, padahal aku gak pernah jahat sama kamu."
"Bukan begitu, Vik. Pasalnya kita ini bukan pasangan kek yang lainnya, pasangan yang ada hubungan tertentu gitu. Sedangkan kita ini hanya teman, bukan pacar." Jawab Vania yang mulai malas untuk membahas soal cinta, apalagi hubungan pacaran, dirinya lebih memilih untuk membahas hal lainnya, pikir Vania.
"Van, aku harus ngomong sampai berapa kali sih. Aku suka kamu, aku cinta kamu, aku sayang kamu, dan aku akan mengajakmu menikah setelah lulus kuliah nanti. Setelah itu, aku akan memberi perhatian penuh padamu, juga apapun yang kamu mau akan aku turuti." Ucap Viktor yang entah berapa kali dalam menyatakan cintanya pada Vania.
"Vik, aku benar-benar minta maaf sama kamu. Bahwa aku itu hanya bisa menganggap mu sebagai teman, tidak lebih. Bukannya aku tidak bersyukur ada yang menyukai aku, mencintai aku, peduli denganku, tapi aku memang tidak bisa menerima mu." Jawab Vania yang kini dapat melepaskan tangannya, dan mengatupkan kedua tangannya.
Viktor yang selalu mendapat penolakan dari Vania, hanya bisa menatapnya lesu dan sedih, seolah perhatian dan kejujurannya tidak berarti untuk orang yang dicintainya.
"Vik, maafin aku ya. Tapi aku memang gak bisa, dan gak mungkin juga jika aku memaksakan diriku ini. Jadi, aku benar-benar minta maaf. Percaya deh, di luaran sana pasti akan temui perempuan yang jauh lebih baik dariku." Jawab Vania yang memang benar-benar tidak bisa untuk menerimanya sebagai kekasihnya, lantaran ingin kebebasan tanpa ada sebuah ikatan, pikir Vania yang merasa jika masa depannya masih panjang.
Viktor yang tetap ditolak Vania, pun tidak sedikitpun untuk menyerah. Meski bibir berkata ia, tetapi hatinya tetap pada Vania, perempuan yang pertama dicintainya itu.
"Tidak apa-apa, setidaknya aku sudah berterus terang padamu. Selagi aku masih melihat mu sendiri, aku akan terus bertahan dengan perasaan aku ini. Yang jelas aku akan berhenti mengejar mu jika kamu sudah resmi milik laki-laki lain. Jadi, jangan halangi aku untuk terus menyukaimu, mencintaimu, dan memberi perhatian padamu." Ucap Viktor yang tetap bersikeras untuk terus mempertahankan perasaannya meski harus berakhir luka sekalipun, pikirnya.
Vania yang mendengarnya, pun tak bisa berkata apa-apa selain pasrah.
"Oh ya, sepertinya jam istirahat udah habis deh. Aku tinggal dulu ya, takut pak dosen udah masuk."
Viktor mengangguk dan tersenyum, Vania sendiri hanya tersenyum tipis dan bergegas kembali ke ruangan untuk mengikuti materi yang akan disampaikan oleh pak dosen.
Saat hendak mau masuk ke ruangan, rupanya benar dan pak dosen sudah masuk. Vania yang tidak ingin mendapat omel, pun langsung duduk ditempat duduknya, yakni bersebelahan dengan Henifa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments