Mobil yang dikendarai oleh Yoas berhenti tepat didepan sebuah restourant mahal. Alan turun dari mobil. Pesona pria berusia dewasa tersebut tak lekang oleh usia. Meski dengan usia yang sudah sangat matang tetap tak mengurangi aura ketampanan dari pria tersebut.
Alan masuk kedalam restourant, para pengunjung berbisik-bisik menganggumi wajah nya yang tampak meskipun dingin. Para wanita seperti berlomba-lomba hanya untuk naik ranjang bersama nya. Menghabiskan malam-malam panas berdua, saling memuaskan dalam kehangatan.
"Apa kau sudah lama menunggu?" tanya Alan duduk.
"Sudah hampir setahun," jawab Ruan kesal. Ruan adalah sahabat baik Alan yang memiliki garis keturunan Tionghoa, matanya sipit, kulit putih seperti susu.
Alan terkekeh pelan dan duduk dengan tenang.
"Kau pesan apa? Aku sengaja belum pesan makanan karena menunggu mu," jelas Ruan.
"Terserah padamu," sahut Alan.
Alan dan Ruan adalah sahabat baik sejak Alan duduk dibangku sekolah menengah atas. Keduanya menjalin hubungan cukup lama, apalagi Ruan merupakan pengusaha ternama yang memiliki omset ratusan hingga miliaran juta perbulan nya. Dia memiliki tingkat ekonomi diatas rata-rata.
"Kenapa dengan wajahmu?" tanya Ruan menyelidik.
"Tidak," kilah Alan.
Ruan tersenyum, "Ayolah Alan, aku mengenalmu sudah belasan tahun. Tentu aku tahu bahwa sekarang kau sedang ada masalah. Jika butuh teman curhat, katakan padaku. Barang kali aku bisa membantu. Atau ini masalah Anne?" tebak Ruan.
Alan menghela nafas panjang. Dia sebenarnya bukan tipe pria yang suka menceritakan masalah nya pada orang lain. Tak kala pria itu hanya memendam sendiri dalam dada sehingga meledak dan mengundang emosi yang membuncah dada.
Pesanan mereka berdua datang. Keduanya tampak menikmati makanan mahal di restourant ini. Alan memang sangat dekat dengan Ruah dan begitu juga sebaliknya.
"Alan," bisik Ruan.
"Kenapa?" tanya Alan heran.
"Itu," tunjuk Ruan.
Alan menoleh kearah tangan Ruan. Lelaki itu biasa saja ketika melihat istrinya bersama pria lain tengah bermesraan. Bukankah memang sudah biasa seperti itu? Sang istri yang meminta di cintai. Namun, wanita itu juga yang seperti meminta dia pergi. Begitulah kehidupan rumah tangga nya kini. Keduanya hidup serumah namun dalam lingkup yang berbeda.
"Biarkan saja," jawab Alan tak peduli. Dia melanjutkan makannya.
Ruan menghela nafas panjang, sebagai sahabat dia sebenarnya kasihan karena hubungan rumah tangga sahabat nya. Tapi apalah yang bisa dia lakukan. Dia pun orang asing yang hanya bisa memberi nasehat saja.
"Tidak di bicarakan baik-baik?" tanya Ruan melirik Alan yang tampak makan dalam diam.
Alan menggeleng, "Keputusan menikahinya adalah hal yang salah," jawab Alan menyeruput jus dalam gelas nya.
"Apakah keputusan terakhir mu berpisah?" tanya Ruan lagi. Kadang dia berpikir aneh, pernikahan yang memiliki usia sepuluh tahun tersebut tidak ada perubahan sama sekali. Keduanya masih bertahan dalam perasaan yang tak ada. Namun, enggan untuk mengucapkan kata pisah.
"Aku tidak bisa membatalkan surat perjanjian tersebut," sahut Alan.
Ruan terdiam. Lelaki tampan bermata sipit itu tampak berpikir keras. Inilah yang membuat dia enggan untuk menikah. Dia tak mau mengalami kejadian rumah tangga yang sulit seperti sahabat nya itu. Tidak apa hidup sendiri, toh dia masih bisa mencari kesenangan dengan membeli para wanita bayaran untuk memuaskan nafsu nya.
.
.
.
Alan melangkah masuk kedalam rumah mewahnya. Dia memang hanya tinggal berdua saja dengan sang istri. Sejak menikah dia memutuskan hidup terpisah dari kedua orang tua nya.
"Alan," panggil Anne.
Langkah Alan terhenti lalu menatap jijik wanita yang berjalan didepan nya ini. Tadi wanita ini bermesraan dengan pria lain. Sekarang malah menebar pesona padanya. Apa wanita ini tak mau, bertatap muka langsung dengan dia? Setelah bersentuhan dengan pria yang bukan suami nya.
Kening Alan berkerut, sebagai pertanyaan tanpa menjawab panggilan Anne.
"Malam ini aku ingin mengajak mu ke pesta ulang tahun temanku," ajak Anne manja sambil merangkul lengan Alan dengan posesif seolah hanya ada pria itu didalam hidupnya.
"Aku tidak sempat," jawab Alan dingin. Dia tak mencintai wanita ini tapi kenapa hatinya sakit ketika Anne berkhianat.
"Alan, ayolah. Teman-teman ku selalu menanyakanmu," ucap Anne manja.
Alan hanya mengangguk, demi menjaga nama baik keluarga kadang dia harus mengikuti ucapan Anne. Hanya satu yang dia tidak bisa, yaitu mencintai wanita tersebut.
"Terima kasih, Sayang!" seru Anne mengecup pipi Alan.
Tak ada rasa atau gairah saat istrinya mencium pipinya. Namun, berbeda dengan wanita malam itu. Bahkan ketika tangan wanita itu menyentuh tangan nya, tubuh Alan langsung bereaksi dan sesuatu yang berdiam nyaman dibalik celananya sontak saja berdiri.
Lelaki itu masuk kedalam kamarnya. Mereka tidur sekamar. Namun, jarang untuk bertegur. Apalagi Alan yang dingin seperti es, tak juga bisa dicairkan oleh Anne yang notabene perempuan cerewet.
Diranjang tidur pun mereka memiliki pembatas dan Alan tidak pernah menyentuh tubuh istrinya itu diluar batas. Selama sepuluh tahun pernikahan, mereka belum pernah melakukan malam pertama. Bukan tak ingin, tapi junior Alan sama sekali tak bergairah meski mungkin istrinya itu tanpa sehelai benang didepannya.
Alan pun tak mengerti, kenapa bisa seperti itu? Namun, berbeda dengan wanita yang menghabiskan malam panjang dengan nya. Malam itu dia buas sekali sehingga tak membiarkan wanita itu beristirahat barang sejenak, sampai akhir nya mereka sama-sama ambruk dengan peluh yang menetes di bagian dahi mereka.
"Sial, kenapa bayangan wanita itu tak bisa hilang dari kepalaku," umpat Alan kasar.
Alan membersihkan diri didalam kamar mandi nya. Selalu saja pikirannya seperti di dominasi oleh perempuan pertama yang membuat gairahnya memuncak. Lelaki itu membahasi tubuh atletis nya dengan air dingin, berharap bayangan rekaman itu bisa menghilang dari kepalanya. Barang kali dia bisa menghapus dari kepalanya.
"Hem, apa aku akan bertemu dia lagi? Seperti nya dia wanita yang unik," gumam Alan sembari tersenyum seperti orang gila mengingat wajah Aerin yang basah malam itu.
"Kenapa aku baru ingat, jika malam itu aku tidak menggunakan pengaman. Aku juga tidak mengeluarkan cairan tersebut. Astaga, bagaimana kalau dia hamil?" seru Alan. Bukannya sedih atau takut, lelaki itu malah tersenyum bahagia. Membayangkan dirinya menjadi seorang ayah dari darah daging nya sendiri, adalah hal yang membuatnya bahagia.
"Kalau dia benar-benar menggandung anakku, aku tidak akan melepaskan dia. Aku akan mengejar nya sampai ke ujung bumi," ucap Alan tersenyum sumringah.
Lelaki itu melanjutkan mandinya. Pikirannya yang tadi kacau karena Anne, kini kembali senang setelah membayangkan wanita yang tidur dengan nya hamil. Alan berjanji akan bertanggungjawab dan menikahi wanita tersebut, meski kemungkinan resikonya sangat tinggi. Bisa saja wanita itu dalam bahaya karena keluarga Anne dan keluarga nya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Febria Fitriani
💪😎😎
2023-06-25
0
Puspa Trimulyani
harusnya direkam,dan berikan rekamannya pada ibunya,agar tahu menantunya itu wanita jalang
2023-05-26
1