Waktu Laksana Pedang

Alifa, sang mahasiswa tangguh, menggunakan waktu luangnya dengan bijak. Seperti seorang burung rajawali yang menjulang tinggi di angkasa, ia melahap materi pelajaran sebelumnya. Dengan buku di tangan dan catatan di depannya, ia menyelami konsep-konsep yang penting. Seperti halilintar yang menyambar, ia merasa puas karena merasa lebih siap dan yakin untuk menghadapi pelajaran berikutnya.

Saat waktu kuliah semakin dekat, Alifa menyaksikan teman-teman sekelasnya berdatangan. Seperti bunga mawar yang mekar, mereka menyambut Alifa dengan senyum dan bertanya mengapa ia tiba lebih awal hari itu. Dengan hati yang berseri-seri, Alifa tersenyum dan menjelaskan bahwa ia ingin memanfaatkan waktu lebih banyak untuk mempersiapkan diri dan mengulangi materi.

Hari itu, Alifa berjaya dalam pelajaran. Seperti seorang samurai yang mempertajam pedangnya, ia merasa lebih fokus dan siap menghadapi tantangan baru di dunia properti. Ketekunan dan usaha kerasnya untuk tiba lebih awal, membuktikan betapa pentingnya persiapan dan dedikasi dalam mengejar tujuan.

Dari pengalaman yang membanggakan itu, Alifa belajar bahwa upaya ekstra dan komitmen untuk tiba lebih awal dapat menciptakan perbedaan yang besar dalam produktivitas dan kepercayaan diri. Seperti titik di ujung jari yang mengukir jejak, ia berencana untuk terus menjaga kebiasaan itu dan menerapkannya dalam aktivitas-aktivitas lain di kehidupannya.

Alifa, pemimpin masa depan yang gemilang, telah menemukan kunci kesuksesan: waktu adalah emas, dan ia bersedia meraihnya dengan sepenuh hati. Dengan usaha tak kenal lelah, ia melangkah maju, siap menghadapi badai dan menggapai mimpi-mimpi tinggi di cakrawala kehidupannya.

Saat jam kosong, Alifa berdiskusi kelompok dengan teman-temannya pada mata kuliah Dasar-Dasar Akuntansi di gelanggang GSG.

"Hai, teman-teman! Apa kabar kalian? Aku berpikir kita sebaiknya membentuk kelompok untuk membahas materi Dasar-Dasar Akuntansi. Apa kalian setuju?" Alifa memberi saran.

"Tentu, Alifa! Aku setuju sepenuhnya. Kelompok ini pasti akan membantu kita dalam memahami konsep-konsep yang rumit," ujar Farah, menyetujui.

"Aku pun sangat setuju! Aku merasa sulit menghadapi mata kuliah ini sendirian. Dengan adanya kelompok, maka kita bisa saling mendukung dan belajar bersama," ujar Atiqah dengan semangat. Ia sejak dulu memang kalau urusan tugas, suka ketergantungan kepada orang lain. Padahal ia mampu mengerjakan sendiri kalau ada kemauan.

"Aku juga setuju. Mengingat materi yang begitu banyak, bekerja dalam kelompok akan mempercepat proses pemahaman kita. Kita bisa saling menjelaskan konsep yang sulit agar semuanya lebih jelas," ujar Hanin dengan logat Jawa yang lembut.

Alifa menautkan alis dan tersenyum senang melihat semangat teman-temannya.

"Bagus sekali, teman-teman. Jadi, bagaimana kita akan membagi tugas? Apakah ada ide atau saran?" tanyanya.

"Mungkin kita bisa membagi materi menjadi beberapa topik dan setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari dan menjelaskan satu topik. Kemudian, kita bisa bertemu lagi untuk saling berbagi pengetahuan," saran Farah. Walaupun kadang terlihat tidak serius dalam belajar karena sering banget mengganggu konsentrasi Alifa dalam belajar, tetapi Farah termasuk anak yang pintar dalam bidang akuntansi. Itu sebabnya, dalam hal ini, Farah dibilang bisa mengungguli teman-teman sekelasnya.

"Setuju. Selain itu, kita juga bisa membuat catatan singkat atau rangkuman untuk memudahkan pemahaman kita. Catatan tersebut dapat digunakan sebagai referensi saat kita ingin mengulanginya," tambah Atiqah.

"Aku setuju dengan ide tersebut. Selain itu, mungkin kita bisa menggunakan sumber daya online seperti video tutorial atau materi tambahan untuk mendukung pemahaman kita." Jawaban Hanin benar-benar cerdas, memanfaatkan teknologi sebagai media pembalajaran adalah saran yang baik di era digitalisasi yang kini semakin berkembang.

Dalam hal ini, Alifa selalu bijak mengambil keputusan. Ia sangat tegas kalau sudah menyangkut pembelajaran.

"Ide-ide kalian sangat bagus! Aku senang melihat semangat dan kolaborasi kita dalam menghadapi mata kuliah ini. Mari kita tetap terhubung dan memastikan setiap anggota kelompok mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan."

"Benar sekali, Alifa. Dengan kerja sama dan saling mendukung, aku yakin kita akan berhasil melewati mata kuliah ini dengan baik," ujar Farah dengan yakin dan semangat yang menggelora.

Atiqah mengibaskan rambutnya yang lurus berwarna hitam pekat itu dengan lembut dan berkata, "Aku setuju. Aku sangat berterima kasih memiliki teman-teman seperjuangan seperti kalian."

Kibasan rambut Atiqah mengenai muka Hanin. Ia menggerutu. "Duh, Tiq, rambutnya bisa biasa aja kan, ya? Kena muka aku, nih!" ujarnya dengan muka sedikit bete.

Alifa dan yang lainnya tertawa keci melihat mimik muka Hanin. Meskipun kesal, tetap saja Hanin tidak ada muka galak-galaknya karena tampang wajahnya sudah diatur sama Allah agar selalu teduh. Sekalipun amarahnya menggebu, tetapi nada bicaranya tetap lembut.

"Ya, maaf, Hanin. Aku kan tidak sengaja," ujar Atiqa, tersenyum dengan memperlihatkan giginya.

"Sudah, cukup! Sekarang kita fokus saja dengan tugas kuliah. Mari kita bekerja keras dan mencapai hasil yang gemilang dalam mata kuliah ini," ujar Alifa, melerai perdebatan kecil antara Hanin dan Atiqah.

...***...

Di dunia yang penuh dengan misteri dan keajaiban ini, waktu menjadi kekuatan yang kuat seperti sebilah pedang. Seperti pedang yang tajam dan mematikan, waktu mampu melukai dan menghancurkan, atau melindungi dan menyembuhkan. Waktu adalah senjata yang tidak dapat dipegang, tetapi bergerak dengan kecepatan yang luar biasa.

Seperti seorang pejuang yang mahir dengan pedangnya, manusia berusaha memahami dan mengendalikan waktu. Mereka mengikuti alur waktu seperti gerakan pedang yang terampil, mencoba memotong dengan tepat di saat yang tepat. Namun, seperti senjata yang liar, waktu juga bisa menghancurkan siapa pun yang tidak berhati-hati.

Ketika waktu berjalan cepat, seperti serangan pedang yang cepat dan berbahaya, kita terkadang terjebak dalam pusaran kesibukan dan tekanan. Rasanya seperti sebatang pedang besar yang menghantam kita tanpa ampun, memaksa kita untuk terus bergerak tanpa kenal lelah. Namun di saat yang sama, waktu juga dapat menjadi teman setia yang melindungi kita. Ia memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan, mengubah nasib, dan menemukan kebahagiaan.

Waktu laksana pedang yang memiliki sisi magis. Ia dapat membawa kita ke masa lalu, mengizinkan kita untuk menyelami sejarah dan mengambil hikmah dari pengalaman yang telah berlalu, serta melalui imajinasi kita, waktu membuka pintu ke masa depan, memungkinkan kita untuk bermimpi dan mencapai tujuan yang belum terwujud.

Namun, seperti pedang yang dapat melukai dirinya sendiri, waktu juga bisa menjadi musuh bagi kita. Kita tidak dapat menghentikan langkahnya dan setiap detik yang berlalu adalah detik yang tidak akan pernah kembali. Saat kita menyadari berlalunya waktu, kadang-kadang terasa seperti luka yang mendalam di hati kita, mengingatkan kita akan keterbatasan hidup dan ketidakabadian.

Sebagaimana pedang yang mengharuskan keahlian dan keterampilan untuk dikuasai, begitu juga dengan waktu. Kita perlu belajar menghargai setiap detik yang dimiliki, menggunakan waktu dengan bijak, dan memahami bahwa hidup adalah perjuangan yang tidak dapat dihindari.

Dalam perjalanan hidup ini, meski waktu laksana pedang, tetapi ia akan selalu ada di sisimu. Tantanganmu adalah menghormatinya, menggunakannya dengan bijak, dan menjadikannya alat untuk mencapai kebahagiaan dan kesuksesan. Karena hanya dengan memahami kekuatan waktu dan menghormatinya, kita dapat menemukan arti sejati dalam hidup kita.

...****...

Episodes
1 Buku Harian Alifa
2 Babak Baru Kehidupan Alifa
3 Beradaptasi dengan Lingkungan
4 Berkilas Balik
5 Waktu Laksana Pedang
6 Menikmati Peran Menjadi Mahasiswa
7 Terhimpit Kenangan
8 Dialog Interaktif
9 Pulang Kampung
10 Ayah: Cinta Pertama Anak Perempuan
11 Menggapai Jejak Pengetahuan
12 Memburu Waktu
13 Dialog Dalam Senandung Air Mata
14 Tersenyum dalam Luka
15 Mengarungi Badai Kesakitan
16 Akhirnya Tumbang Juga
17 Menyisir Jejak Hidup
18 Gemintang Kehangatan
19 Perjuangan Menuju Kesembuhan
20 Ambisi Lulus Tiga Tahun
21 Doa di Sepertiga Malam
22 Nilai Persahabatan
23 Persahabatan Bagai Kepompong
24 Ambisi yang Mencabut Kesehatan
25 Menemukan Rumah Baru
26 Cahaya di Balik Badai
27 Kejutan yang Hampir Gagal
28 Kebersamaan yang Abadi
29 Rekonsiliasi yang Hangat
30 Persiapan PKL
31 Hari Pertama PKL
32 Tantangan Dunia Kerja
33 Tantangan Kepercayaan
34 Perpisahan Termanis
35 Bimbingan di Hari Pertama
36 Kasih Ibu
37 Kondisi Alifa Membaik
38 Menggapai Mimpi dengan Bijaksana
39 Mulai Jenuh
40 Melengkapi Berkas Laporan PKL
41 Setitik Rindu di Setiap Kelas
42 Kebiasaan Penghilang Stress
43 Ditolak Dosen Pembimbing
44 Jarum Suntiknya Betah
45 Tidak Boleh Makan Buah Dulu
46 Semangat Baru
47 Ketegaran Alifa
48 Ketekunan Alifa Menginspirasi
49 Kado Ulang Tahun
50 Sidang Proposal
51 Akhir Semester Lima
52 Tinggal Selangkah Lagi
53 Perjuangan Akhir
54 Harapan Seakan Sirna
55 Akhir Perjuangan Alifa
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Buku Harian Alifa
2
Babak Baru Kehidupan Alifa
3
Beradaptasi dengan Lingkungan
4
Berkilas Balik
5
Waktu Laksana Pedang
6
Menikmati Peran Menjadi Mahasiswa
7
Terhimpit Kenangan
8
Dialog Interaktif
9
Pulang Kampung
10
Ayah: Cinta Pertama Anak Perempuan
11
Menggapai Jejak Pengetahuan
12
Memburu Waktu
13
Dialog Dalam Senandung Air Mata
14
Tersenyum dalam Luka
15
Mengarungi Badai Kesakitan
16
Akhirnya Tumbang Juga
17
Menyisir Jejak Hidup
18
Gemintang Kehangatan
19
Perjuangan Menuju Kesembuhan
20
Ambisi Lulus Tiga Tahun
21
Doa di Sepertiga Malam
22
Nilai Persahabatan
23
Persahabatan Bagai Kepompong
24
Ambisi yang Mencabut Kesehatan
25
Menemukan Rumah Baru
26
Cahaya di Balik Badai
27
Kejutan yang Hampir Gagal
28
Kebersamaan yang Abadi
29
Rekonsiliasi yang Hangat
30
Persiapan PKL
31
Hari Pertama PKL
32
Tantangan Dunia Kerja
33
Tantangan Kepercayaan
34
Perpisahan Termanis
35
Bimbingan di Hari Pertama
36
Kasih Ibu
37
Kondisi Alifa Membaik
38
Menggapai Mimpi dengan Bijaksana
39
Mulai Jenuh
40
Melengkapi Berkas Laporan PKL
41
Setitik Rindu di Setiap Kelas
42
Kebiasaan Penghilang Stress
43
Ditolak Dosen Pembimbing
44
Jarum Suntiknya Betah
45
Tidak Boleh Makan Buah Dulu
46
Semangat Baru
47
Ketegaran Alifa
48
Ketekunan Alifa Menginspirasi
49
Kado Ulang Tahun
50
Sidang Proposal
51
Akhir Semester Lima
52
Tinggal Selangkah Lagi
53
Perjuangan Akhir
54
Harapan Seakan Sirna
55
Akhir Perjuangan Alifa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!