Pada hari tes masuk UNILA, Alifa merasa tegang dan ragu-ragu. Keyakinannya semakin memudar, dan pikiran negatif mulai muncul. Ia merasa bahwa kemungkinan besar tidak akan diterima di universitas tersebut. Meskipun berusaha mengusir pikiran tersebut, rasa cemas tetap menghantuinya.
Saat tiba di lokasi tes, Alifa bertemu dengan seorang teman baru. Meskipun demikian, ia masih merasa asing karena tidak ada orang yang dikenalnya di sekitar. Perilaku calon mahasiswa baru lainnya terlihat cuek dan tidak terlalu mempedulikan lingkungan sekitar.
Meskipun Alifa mencoba berpikir positif dan berharap untuk menjalin hubungan dengan teman baru tersebut, pikiran negatif masih muncul dari waktu ke waktu. Alifa mulai meragukan dirinya sendiri dan mempertanyakan apakah ia cocok dengan lingkungan UNILA, apalagi ia merasa kurang minat dengan universitas tersebut dan bingung memilih jurusan yang tepat.
Saat tes akhirnya dimulai, Alifa mencoba fokus pada soal-soal yang diberikan. Ia berusaha keras untuk memberikan yang terbaik meskipun pikirannya terkadang terganggu oleh ketidakpastian dan kecemasan. Setelah selesai, Alifa merasa lega karena dapat melewati tes dengan baik, meskipun tidak yakin akan hasilnya.
Setelah beberapa minggu menunggu, Alifa akhirnya menerima pemberitahuan hasil tes masuk UNILA. Semua keluarga terutama orang tua Alifa, sudah sangat menantikan kabar bahagia usai pengumuman, berharap Alifa diterima di kampus tersebut. Ayah dan Ibu Alifa menyuruh untuk membuka pengumuman yang dibagikan di website salah satu universitas negeri yang paling populer di Lampung.
Ketika abang Alifa memberitahu bahwa adiknya tidak diterima di kampus UNILA, suasana di rumah menjadi hening sejenak. Raut wajah orang tua Alifa mencerminkan sedih dan kekecewaan yang mendalam. Namun, mereka segera mengumpulkan kekuatan dan memberikan dukungan serta semangat kepada Alifa.
Ayah dan Ibu Alifa mendekati Alifa dengan penuh kelembutan. Mereka menggenggam tangannya dan mengucapkan kata-kata yang penuh kasih sayang. Mereka menjelaskan bahwa kegagalan ini bukanlah akhir dari segalanya, tetapi merupakan peluang untuk belajar dan tumbuh lebih kuat.
"Dek, kami tahu betapa kerasnya kamu berusaha dan kami tahu betapa besar harapanmu untuk diterima di UNILA. Terkadang dalam hidup, kita menghadapi rintangan dan kegagalan, tetapi jangan biarkan itu menghentikanmu," kata Ayah Alifa dengan lembut.
Ibunya menambahkan, "Kamu adalah anak yang cerdas dan berbakat. Jangan biarkan satu kegagalan menghalangimu untuk meraih impianmu. Kami akan selalu mendukung apa pun yang kamu pilih."
Alifa meskipun masih merasakan kekecewaan, tetapi ia merasa tersentuh dengan dukungan dan semangat yang ditunjukkan oleh orang tuanya. Mereka memberikan harapan baru dan meyakinkannya bahwa kegagalan ini tidak akan menghancurkan impian dan potensinya.
Dalam momen itu, keluarga Alifa saling berpelukan, memberikan dukungan emosional satu sama lain. Mereka menyadari bahwa kegagalan adalah bagian dari perjalanan hidup dan yang terpenting adalah bagaimana mereka bangkit kembali dan melanjutkan perjuangan.
Setelah beberapa saat, semangat yang baru mengalir dalam diri Alifa. Meskipun mungkin terasa sulit pada awalnya, tetapi ia merasa termotivasi untuk mencari alternatif dan melihat peluang di universitas lain atau mengeksplorasi minatnya di jalur lain.
Dukungan dan semangat yang diberikan oleh orang tua Alifa memberikan keyakinan baru. Alifa tahu bahwa mereka akan selalu ada di sisinya, siap untuk mendukungnya dalam perjuangan berikutnya. Ia menyadari bahwa kegagalan ini tidak akan menghentikan perjalanannya menuju kesuksesan, tetapi akan menjadi batu loncatan untuk tumbuh dan mencapai lebih banyak lagi.
Dengan semangat yang baru, Alifa bersiap untuk mengeksplorasi opsi lain, mencari universitas atau jalur pendidikan yang tepat untuknya. Ia belajar untuk menerima kegagalan sebagai bagian dari proses, dan dengan dukungan keluarga, ia siap untuk bangkit serta melangkah maju dengan tekad yang tak tergoyahkan.
Sejenak ia berpikir, "Apa mungkin karena hatiku tidak yakin dengan pilihan masuk di kampus ini, ya? Itu sebabnya, aku tidak diterima. Entahlah, yang aku tahu, Allah pasti akan memberikan takdir terbaik untuk nasibku ke depannya."
Ayah seakan bisa membaca apa yang sedang aku pikirkan.
"Masih ada kampus lain. Kamu mau coba daftar kampus tempat kakak kuliah tidak?" tanya ayah Alifa sambil menepuk bahu anaknya itu, seakan sedang memberikan kekuatan untuk melanjutkan pendidikan.
Dengan senyum mengembang, Alifa sangat antusias karena ingin daftar perguruan tinggi yang selama ini hanya dilihat di stasiun televisi saja. Berbagai prestasi telah didapatkan di kampus tersebut.
Sang Juara! Kata ini telah melekat, hingga menjadi jargon kampus Teknokrat. Yah, kampus Teknokrat telah banyak mendapatkan penghargaan karena melahirkan mahasiswa yang cerdas dan berbakat. Terlepas dari itu, semua kampus di Lampung pun memang memiliki segudang ilmu dan prestasi yang sudah diraih. Namun, entah mengapa Alifa lebih semangat ingin menjadi bagian dari kampus yang memiliki slogan, 'Kampus sang juara' tersebut. Apalagi ia pernah melihat langsung, bagaimana kebersihan di kampus tersebut. Alifa tipikal orang yang selalu mengecek kebersihan pada lingkungan yang akan dikunjungi atau tinggali. Baginya, salah satu yang membuat seseorang betah di suatu tempat adalah kebersihan.
Tidak ada yang mustahil jika kita mau mencoba dan terus mencoba. Pun dibutuhkan kesabaran untuk bisa mendapatkan apa yang ingin dicapai. Kuncinya adalah berusaha, berdoa, dan bersabar. Semangat Alifa luar biasa dalam hal meraih apa pun yang menjadi mimpinya. Termasuk menjadi bagian dari kampus yang selama ini dikagumi. Ambisinya dalam mengenyam pendidikan tak diragukan lagi. Otaknya yang terus berpikir dan berpikir bahkan sedang tidur pun ia berpikir, membuatnya terkadang merasakan sakit kepala yang luar biasa. Mungkin karena otak yang terlalu lelah, tetapi selalu dibiarkan berpikir, layaknya keyboard tanpa spasi. Alifa memang tipikal orang yang pemikir dan terlalu keras dengan diri sendiri.
Dengan berbekal semangat baru, Alifa mulai menjelajahi jurusan-jurusan yang ditawarkan oleh Perguruan Tinggi Teknokrat Bandar Lampung dan berdiskusi dengan teman-teman barunya untuk mencari tahu lebih banyak tentang jurusan yang tepat untuknya. Ia menyadari bahwa lingkungan baru dapat membawa kesempatan untuk mengembangkan diri dan mengejar minatnya.
Berbeda saat daftar di kampus sebelumnya, kali ini Alifa sangat yakin bahwa ia akan diterima di kampus Teknokrat. Ia telah meneliti program studi dan persyaratan masuk dengan cermat, serta merasa memiliki kualifikasi yang kuat. Alifa memiliki nilai yang sangat baik di sekolah menengah atasnya dan telah berpartisipasi dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang relevan.
Pada hari pendaftaran, Alifa datang ke kampus dengan harapan tinggi. Namun, setelah melihat antrean panjang calon mahasiswa di depan ruang pendaftaran, kepercayaan dirinya sedikit tergoyahkan. Ia merasa gugup dan khawatir bahwa persaingan untuk masuk ke kampus Teknokrat mungkin lebih ketat daripada yang diperkirakan.
Ketika giliran Alifa tiba, ia memberikan dokumen-dokumen yang diperlukan kepada petugas pendaftaran dengan harapan bahwa semuanya akan berjalan lancar. Namun, petugas pendaftaran memberitahunya bahwa ada kekeliruan dalam aplikasinya. Alifa diberi tahu bahwa salah satu dokumen yang diserahkan belum lengkap dan ia harus mengurusnya terlebih dahulu sebelum pendaftarannya dapat diproses.
Alifa merasa shock dan kecewa. Ia tidak pernah berpikir bahwa akan ada masalah dengan aplikasinya. Dalam kebingungannya, ia bertanya kepada petugas pendaftaran bagaimana cara mengurus dokumen yang kurang tersebut. Petugas memberikan instruksi yang jelas dan mengatakan bahwa Alifa dapat mengajukan dokumen yang kurang dalam waktu satu minggu.
Walaupun Alifa merasa tertekan dengan situasi tersebut, ia memutuskan untuk tidak menyerah. Ia langsung pergi ke tempat yang diminta petugas pendaftaran untuk mengurus dokumen yang kurang. Alifa berusaha sebaik mungkin untuk mempercepat proses pengurusannya agar bisa mengajukan dokumen tersebut secepat mungkin.
Setelah mengurus dokumen yang kurang, Alifa mengirimkannya ke kampus (ditemani kakaknya) dan menunggu dengan harapan bahwa ia akan diterima. Ia belajar dengan giat untuk menghadapi ujian masuk yang dijadwalkan beberapa minggu kemudian.
Waktu berlalu dan akhirnya hasil pengumuman diterbitkan. Alifa sangat gugup saat melihat daftar nama calon mahasiswa yang diterima di kampus Teknokrat. Ia mencari namanya dengan hati yang berdebar-debar. Dan akhirnya, ia menemukan namanya di antara calon mahasiswa yang berhasil diterima.
Kegembiraan dan rasa lega menyelimuti Alifa. Semua usaha dan ketekunannya selama proses pendaftaran dan persiapan ujian telah membuahkan hasil yang diinginkan. Ia merasa sangat bersyukur dan bersemangat untuk memulai perjalanan pendidikannya di kampus Teknokrat.
Alifa memang anak yang tidak mudah menyerah dalam hidupnya, ia selalu mengatasi kesulitan tersebut dengan tekad dan determinasi. Akhirnya, Alifa berhasil mencapai tujuannya dan diterima di kampus yang diimpikan. Alifa merasa lega dan bahagia. Hal ini membuatnya menyadari bahwa pikiran negatif yang muncul sebelumnya hanyalah khayalan dan ketidakpercayaan diri semata.
***
Dengan hati yang berdebar-debar, Alifa membuka halaman kosong di buku hariannya. Saat sedang menulis, matahari terbenam di dalam kamar melalui jendela kecil, menghiasi ruangan dengan warna-warni yang lembut. Namun, pandangan Alifa tetap terpaku pada buku hariannya.
Hingga pada malam yang sunyi, lampu kecil di sebelah tempat tidurnya menjadi satu-satunya sumber cahaya. Ia menatap kertas putih yang menantangnya untuk mengungkapkan mimpinya. Dalam setiap kalimat, ia mencoba menangkap esensi dari setiap impian yang muncul dalam benaknya.
Dengan ujung pena yang ringan, Alifa mulai menuliskan baris pertama. Kata-kata mulai mengalir dari dalam dirinya, membawanya dengan impian-impian yang sudah lama tersembunyi. Ia menulis tentang visi-visi yang berputar dalam benaknya, mimpi yang tinggi dan tak terhingga.
Perlahan, tapi pasti, Alifa mengekspresikan keinginannya yang paling dalam. Ia menuliskan tentang keinginannya untuk menjadi penulis yang terkenal, menghiasi halaman-halaman majalah dan buku-buku dengan kisah-kisahnya sendiri. Ia menggambarkan setiap detail dunia imajinasinya, menciptakan karakter-karakter yang hidup dalam pikirannya.
(Tulisan yang ada di dalam buku harian Alifa)
Dalam sunyi malam, aku bermimpi
menjadi penulis yang berkaliber tinggi.
Menyusun kata dalam harmoni,
mengukir kisah yang tak akan pudar dari ingatan jiwa.
Impianku tersemat dalam pena,
menari di atas kertas, mengalun di balik hampa.
Mengarang kata demi kata, merangkai kalimat jelita,
membentuk dunia baru yang penuh harapan.
Sepuluh jari ini menari di atas keyboard,
mengungkapkan isi hati yang tak pernah terucapkan.
Dalam keheningan malam, kata-kata menjelma,
menyatu dengan jiwa, mengalir seperti sungai tak terbendung.
Kisah-kisah tersembunyi ingin kuungkapkan,
dalam cerita yang menghentak dan menawan.
Aku ingin menjadi pelukis kata-kata,
yang mampu merangkai imaji dan membawa perubahan.
Dalam kata-kata, aku menemukan kekuatan,
menghadirkan dunia yang berbeda dan menginspirasi.
Melalui tulisan, aku ingin menyentuh hati manusia,
mengajak mereka memahami dan berempati.
Berpuluh ribu halaman ingin kuwarnai,
dengan sentuhan imajinasi dan pengalaman hidup yang nyata.
Biarlah kata-kata mengalir bebas seperti sungai,
menghubungkan jiwa dan membawa kebahagiaan yang hakiki.
Impian menjadi penulis takkan pudar.
Aku percaya, dalam setiap kisah, ada mukjizat yang tercipta.
Aku akan terus menulis, tanpa henti,
menembus batas-batas dan menggapai bintang.
Sajak ini adalah doaku yang terucap,
dalam setiap kata dan huruf yang tertuang.
Impian menjadi penulis takkan terhenti,
karena tulisan adalah jiwa yang abadi, dalam setiap hati yang terbuka.
Tinta di pena Alifa terus mengalir, seperti sungai yang tak terbatas. Ia melukiskan keinginan untuk mengembara ke tempat-tempat eksotis, mengeksplorasi budaya yang berbeda, dan menyentuh hati orang-orang dengan tulisannya. Mimpinya mencapai titik yang lebih tinggi saat ia menuliskan tentang keinginannya untuk menyebarkan kebaikan dan membuat perbedaan positif dalam dunia ini.
Di saat-saat ketika kelemahan dan keraguan melanda, Alifa tetap kuat. Ia mencatat di bukunya tentang keinginannya untuk melawan rasa takut, menghadapi tantangan, dan mencapai potensi terbaiknya. Ia menuliskan tentang ketekunan, kerja keras, dan kegigihan yang akan dibutuhkan untuk mewujudkan mimpinya.
(Tulisan yang ada di dalam buku harian Alifa)
Dalam lembar-lembar buku harian ini, kuabadikan impian yang tak terlukis. Ketika kelemahan merayap dan keraguan hadir, kuatlah aku tetap berdiri. Aku menuliskan tentang niat untuk menghadapi rasa takut dalam menghadapi tantangan dengan hati yang penuh keberanian, tanpa ragu.
Kata-kata yang kutuangkan di setiap halaman,
mengingatkanku akan ketekunan dan tekad yang tak tergoyahkan. Kerja keras adalah teman sejati di sepanjang jalan menuju mimpi. Aku siap melangkah dengan penuh semangat, tak ada yang dapat menggoyahkan diri.
Dalam coretan-coretan tinta, kuukir tentang kegigihan yang kumiliki. Tak akan ada rintangan yang mampu meruntuhkan tekadku ini. Aku tahu perjalanan ini tak akan mudah, tapi aku tetap berani menghadapi kegagalan dengan kepala tegak, tak mengenal kekalahan.
Setiap kata yang terpatri dalam pikiranku adalah reminder bahwa aku mampu mencapai potensi terbaikku, mewujudkan impian yang telah kurancang. Aku tak akan menyerah pada kelemahan yang mencoba menggoda. Karena aku tahu, hanya dengan ketekunan dan kerja keraslah aku dapat berjaya.
Jadilah buku ini saksi perjalananku yang penuh tantangan. Namun tetap kubawa hati yang kuat, penuh dengan keyakinan. Setiap halaman adalah langkah ke arah masa depan yang cemerlang. Aku akan menuliskan kisah keberhasilanku dengan tinta yang penuh semangat.
Tak ada yang dapat menghentikan mimpi ini, tak ada batasan yang dapat membelenggu. Karena aku tahu, kekuatan terbesar ada di dalam diriku sendiri. Keraguan mungkin mencoba mengintai, tapi aku siap untuk melawan. Ketika kelelahan melanda, kegigihan akan terus menguatkan diri.
Di dalam buku ini, aku menuliskan tekad dan impian untuk melawan rasa takut, menghadapi tantangan, dan mencapai kejayaan. Ketekunan, kerja keras, dan kegigihan menjadi senjata utamaku untuk mewujudkan impian ini menjadi yang terbaik, tak ada kata menyerah.
Akhirnya, Alifa menutup buku hariannya dengan lembut. Ia merasa lega, seolah membebaskan impian-impian tersebut dari dalam dirinya dan menghadirkannya di dunia nyata. Buku harian tersebut menjadi saksi bisu dari mimpinya yang indah dan menjadi pengingat untuk terus berusaha mewujudkannya.
Dalam keheningan malam, Alifa merasakan kekuatan dan semangat yang membara di dalam dirinya. Ia memejamkan mata dan membiarkan mimpinya melintas di depan matanya, menyala-nyala seperti bintang-bintang di langit malam. Dengan tekad yang kokoh, Alifa bertekad untuk melangkah maju dan menjadikan impian-impian itu kenyataan satu per satu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Iis Sugiyanti
kampus Unila ,wah dari Lampung ya KK penulisnya
2023-11-13
1