Kicauan burung menemani pagiku dengan lambaian daun yang tertiup angin. Fajar pun hadir seperti biasa; menyapa dengan hangat. Aku bergegas untuk berangkat ke kampus. Kakak sudah menyiapkan sarapan berupa tumis kangkung dan tahu (sambal) kesukaanku.
“Aku langsung ke kampus, Kak!” Alifa mencium tangan kakaknya (Humaira) dengan terburu-buru, sambil memperhatikan arlogi di tangan kirinya.
“Sarapan dulu, Dek!” saran Humaira dengan rasa cemas; khawatir adiknya sakit karena terlambat makan.
“Nanti Alifa makan di kantin aja, Kak! Udah telat, nih!” jawab Alifa yang langsung membuka pintu dan berjalan cepat.
Jarak antara kosan dan kampus Alifa tidak terlalu jauh, hanya ditempuh dengan berjalan kaki yang berjarak sekitar ± 5 menit.
Masih suasana penyesuaian, selalu introver kalau belum terlalu kenal. Dari banyaknya teman di kelas, hanya satu yang Alifa kenal karena teman putih abu-abunya. Namanya Atiqah. Namun setelah beberapa hari, Alifa mulai membuka diri untuk berkenalan dan mengakrabkan diri dengan teman-teman sekelasnya.
Ada sosok gadis yang menjadi pusat perhatian saat kali pertama masuk di kelas Aplikasi Komputer. Riasan wajah yang begitu mencolok bak penyanyi dangdut dan dengan gigi yang dikasih behel, rambut smoothing, dan berkulit cokelat. Gadis itu tampak bingung ingin duduk di mana. Rasa belas kasih dalam diri Alifa meronta-ronta, hingga akhirnya ia melambaikan tangan dan mempersilakannya duduk di sampingnya.
“Hey! Duduk di sini!”
Gadis bermata cokelat itu menghampiri dengan senyuman yang memperlihatkan gigi berbehelnya.
“Namaku, Farah!” ujarnya memperkenalkan diri dengan mengulurkan tangan.
“Alifa!” Mereka saling berjabat tangan dan memutuskan untuk berteman baik, sejak perkenalan itu.
Sorot mata Alifa tertuju pada seorang gadis yang duduk di depannya, lebih tepatnya di samping Atiqah.
Alifa tersenyum dan mulai menyapa dengan memperkenalkan dirinya kepada gadis manis berkulit cokelat itu. Wajahnya tampak teduh dan Alifa yakin kalau gadis tersebut orang baik. Hatinya pasti selembut sutra.
"Halo, namaku Alifa. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mengucapkan salam padamu. Nama kamu siapa?" tanyanya.
Hanin terkejut dengan keramahan Alifa. Ia tidak menyangka bahwa ada juga orang yang begitu baik, ingin menyapanya lebih dulu dan berkenalan, seakan tidak ada spasi di antara mereka.
"Halo, Alifa. Namaku Hanin. Senang bertemu denganmu."
Alifa dan Hanin saling berjabat tangan.
"Senang bertemu denganmu juga, Hanin. Aku melihatmu duduk di sini dan merasa penasaran untuk mengenalimu lebih jauh. Wajahmu teduh, hal itu yang membuatmu terlihat seperti orang yang baik hati dan aku yakin kalau kamu memang baik," puji Alifa dengan senyuman.
Hanin tersipu malu mendengar pujian tersebut.
"Terima kasih, Alifa. Itu pujian yang sangat baik dari kamu. Aku juga merasa bahwa kamu orang yang ramah dan hangat." Hanin balik memuji Alifa. Ia tersenyum, memperlihatkan gigi gingsulnya di bagian atas, sebelah kanan.
"Terima kasih atas pujianmu. Aku percaya bahwa tidak hanya penampilan luar saja yang penting, tetapi juga hati dan sikap seseorang. Dan dari tatapan mata dan senyummu, aku merasa yakin bahwa hatimu lembut seperti sutra." Alifa tak henti-hentinya memuji Hanin dengan majas personifikasi. Ia begitu lihai dalam memilih diksi untuk membuat orang merasa senang ketika mendengarnya.
Hanin tersenyum bahagia.
"Wow, kamu pandai memberikan pujian yang indah! Aku merasa sangat dihargai olehmu. Bagaimana denganmu, Alifa? Apa hobimu atau apa yang kamu sukai?"
"Aku suka membaca dan menulis. Saat membaca, aku bisa merasakan dunia yang berbeda dan menggali pengetahuan baru. Sedangkan menulis, membuatku menemukan cara untuk menyampaikan pikiran dan perasaanku. Bagaimana denganmu, Hanin?"
"Aku suka bermain musik. Aku bisa memainkan beberapa alat musik seperti gitar dan piano. Musik memberiku kebahagiaan dan kesenangan yang tak tergantikan."
"Itu sungguh luar biasa, Hanin! Aku sangat mengagumi orang yang memiliki bakat musik. Mungkin suatu saat nanti, kita bisa berbagi minat dan saling mendukung dalam hobi masing-masing, bahkan kita bisa bersinergi, seperti aku membaca puisi dan kamu mengiringinya dengan alat musik. Ini pasti akan menjadi sebuah kolaborasi yang baik. Aku yakin itu."
"Tentu, Alifa. Aku sangat senang bisa memiliki teman baru sepertimu. Kita pasti akan memiliki banyak kesempatan untuk berbagi pengalaman dan kebahagiaan bersama."
"Sama-sama, Hanin. Aku berharap persahabatan kita terus berkembang dan kita bisa mengenal satu sama lain lebih dalam lagi."
Tidak butuh waktu lama untuk menyesuaikan diri dengan orang-orang baru. Semua teman-teman di kelas sungguh asyik, seakan sudah kenal lama. Alifa pun lagi-lagi memiliki teman yang (mungkin) akan menjadi sahabat karena mereka membentuk sebuah grup eh ... geng kali, ya, bahasa gaulnya. Iya, seperti masa putih abu-abu Alifa yang memiliki sahabat beranggotakan lima orang. Namun, sekarang anggotanya ada empat orang, yaitu Alifa, Atiqah, Farah, dan Hanin.
***
Beberapa bulan kemudian, aktivitas Alifa benar-benar disibukkan dengan tugas-tugas kampus. Saking padatnya jadwal kuliah dari pagi sampai sore hari, tubuh mulai terasa lelah tapi masih bisa ditahan agar tidak (lagi) tumbang seperti pada masa putih abu-abu. Karena yang kuingat adalah harus menyelesaikan kuliah selama tiga tahun, sesuai target sebelum menjadi mahasiswa di kampus ini.
"Ternyata materi perkuliahan itu tidak terlalu sulit," batinku sambil mengerjakan tugas kuliah.
Bisikan hati mulai mengajak bicara pikiran untuk membahas target apa yang harus dicapai selama kuliah dan setelah lulus kuliah.
"Mimpi memiliki buku atas nama sendiri harus tercapai setelah lulus kuliah. Fokus, Fa! Fokus!"
"Sambil menyelesaikan kuliah, berselingkuh dengan kosakata untuk meramu kalimat menjadi sebuah cerita utuh, kurasa lebih baik daripada ide disimpan layaknya air yang dibekukan, tapi tidak pernah ada niat untuk mencairkannya."
"Mencoba mengirim kembali tulisan-tulisan ke media massa seperti koran atau media online, siapa tahu diterbitkan."
"Produktif menjadi bloggers walaupun belum membeli domain. Setidaknya bisa mengungkapkan apa yang tak bisa diucapkan oleh lisan."
Begitulah target-target yang harus dicapai, termasuk ketika lulus kuliah nanti, Alifa ingin menjadi pengusaha. Ambisi memiliki usaha sendiri untuk meniti karier sungguh besar karena tidak ingin bekerja dengan orang lain. Namun, semua itu tak semudah yang dibayangkan. Butuh kerja keras dan waktu yang tak sebentar dalam menggapai mimpi-mimpi tersebut. Itu sebabnya, untuk mengingat semua target yang harus digapai, Alifa menuliskannya di kertas, lalu ditempel di mading pribadi yang ada di kamarnya. Pun buku harian sebagai catatan perjalanan Alifa dalam merangkai kata, meraih asa.
Dalam momen ketenangan di atas kasur, Alifa merasakan kelegaan setelah bekerja keras untuk mencapai impiannya. Pikirannya mungkin dipenuhi dengan segala jenis tugas, tantangan, dan upaya yang dia lakukan untuk mewujudkan impian tersebut. Dia telah menempuh perjalanan yang panjang, dan saat ini dia merasakan betapa pentingnya istirahat untuk meremajakan tubuh dan pikiran.
Dalam momen ini, Alifa dapat merenung tentang perjalanan yang telah dia lalui dan menghargai kerja kerasnya sendiri. Dia mungkin berpikir tentang rintangan yang berhasil dia taklukkan, pelajaran yang telah dipelajarinya, dan pertumbuhan pribadi yang telah dicapainya. Meskipun ada rasa lelah, Alifa juga merasakan kepuasan yang mendalam karena tahu bahwa dia telah berusaha sekuat tenaga.
Dalam ketenangan ini, Alifa juga bisa memanfaatkan waktu untuk memulihkan energi fisik dan mentalnya. Dia bisa melakukan aktivitas relaksasi seperti mendengarkan musik, membaca buku, atau hanya merenung dan menghilangkan pikiran yang membebani. Istirahat yang cukup akan memberikan kekuatan baru untuk melanjutkan perjuangannya menuju impian.
Momen ini juga bisa menjadi waktu yang berharga bagi Alifa untuk merencanakan langkah-langkah selanjutnya dalam mencapai impian tersebut. Dia bisa memikirkan strategi baru, mengevaluasi progresnya, atau mengatur prioritas untuk langkah-langkah berikutnya. Dengan mengambil waktu sejenak untuk merenung dan beristirahat, Alifa akan siap menghadapi tantangan di masa depan dengan semangat dan kekuatan baru.
Semoga Alifa bisa mendapatkan istirahat yang baik dan kembali dengan semangat yang membara untuk terus berjuang menuju impian yang diinginkannya.
***
Seiring berjalannya waktu, Alifa mulai mengenal karakter teman-temannya di kampus, termasuk Farah dan Hanin. Alifa sudah mengenal Atiqah sebelumnya karena mereka bersekolah di tempat yang sama. Mereka sering terlihat kompak dan selalu bersama-sama ke mana pun pergi. Namun, meskipun begitu, mereka tidak menutup diri terhadap orang lain yang ingin mengenal mereka lebih jauh.
Tidak hanya terbatas pada kelompok kecil mereka, Alifa dan teman-temannya juga terlihat kompak dengan teman-teman sekelas mereka. Mereka sering kali melakukan hal-hal yang menyenangkan di kelas, terkadang menguji kesabaran dosen dengan tingkah laku mereka. Meskipun itu terasa seru, Alifa menyadari bahwa perilaku seperti itu sebenarnya salah dan tidak baik untuk dicontoh.
Menghormati dosen dan menghargai waktu belajar adalah hal yang penting dalam lingkungan akademik. Meskipun suasana yang ribut dan seru terkadang dapat terjadi, Alifa menyadari pentingnya menjaga kesopanan, kedisiplinan, dan fokus selama jam belajar. Mereka menyadari bahwa perilaku mereka sebelumnya tidak pantas dan tidak mencerminkan sikap yang baik dalam belajar.
Dalam hal ini, Alifa dan teman-temannya berkomitmen untuk lebih bertanggung jawab dalam perilaku mereka di kampus. Mereka menyadari bahwa kebersamaan dan keakraban tidak boleh mengorbankan nilai-nilai etika dan pendidikan yang penting. Dengan demikian, mereka berusaha untuk menjadi contoh yang baik dan menjaga sikap yang lebih baik dalam menghadapi situasi belajar di kampus.
Sangat penting bagi kita untuk menjaga hubungan yang baik dengan teman-teman di kampus dan tidak menutup diri terhadap orang lain. Mengenal karakter masing-masing teman dapat mempererat ikatan persahabatan dan membantu dalam berinteraksi dengan mereka. Komitmen untuk saling mendukung dan berada dalam kelompok yang kompak adalah hal yang positif, namun penting juga untuk membuka diri terhadap kesempatan baru dan menghormati teman-teman sekelas.
Meskipun suasana yang seru dan penuh keakraban bisa terjadi dalam lingkungan kampus, penting juga untuk menjaga etika dalam belajar. Menghormati dosen dan menghargai waktu dan usaha yang mereka berikan adalah sikap yang penting untuk dikembangkan. Menjaga kedisiplinan dan fokus selama jam belajar adalah hal yang baik untuk mengoptimalkan pembelajaran dan mencapai tujuan akademik.
Jadi, meskipun keakraban dan kekompakan antara teman-teman bisa memberikan suasana yang menyenangkan di kampus, tetaplah berhati-hati untuk menjaga kesopanan, sikap yang baik, dan konsentrasi dalam belajar.
Alifa mengambil tempat duduk di ruang kuliah dan mengeluarkan buku catatan.
"Hari ini sepertinya akan ada materi yang menarik. Ayo kita fokus memerhatikan dosen agar kita bisa benar-benar memahami materinya," ajaknya dengan semangat menggelora.
Atiqah mengangguk setuju dan berkata, "Betul, kita harus memaksimalkan waktu di kelas ini. Aku sudah siap dengan buku catatan dan pulpen."
Sambil menyiapkan buku catatan, Farah menanggapi, "Aku juga tidak ingin melewatkan informasi penting dari dosen. Apa kita bisa saling membantu kalau ada yang kurang paham?"
Hanin menautkan alisnya. "Tentu saja! Kita bisa saling mengingatkan atau bertukar catatan jika ada yang terlewat. Kita tim yang solid, kan?" ujar Hanin seraya tersenyum.
"Pasti, Hanin. Kita saling mendukung dalam belajar. Jadi, mari kita mulai fokus dan perhatikan dengan baik apa yang akan dosen sampaikan," ujar Alifa.
Dosen mulai mengajar, Alifa dan teman-temannya diam, agar bisa memerhatikan dengan saksama. Mereka mencatat poin-poin penting dan berusaha untuk benar-benar memahami materi yang disampaikan.
Alifa mengangguk. Lalu berkata, "Ah, aku mulai memahami konsep yang diajarkan. Bagaimana dengan kalian?"
Atiqah dengan percaya diri, berkata, "Aku juga mengikuti dengan baik. Materi ini sangat berguna untuk tugas besar nanti."
"Aku setuju. Kita harus benar-benar memahami agar bisa mengerjakan tugas dengan baik," ujar Farah yang sibuk membenarkan rambutnya.
"Aku sedikit terkejar, tapi berkat catatan kalian, aku bisa mengejar ketertinggalan. Terima kasih, teman-teman," ujar Hanin.
"Tidak ada masalah, Hanin. Kita selalu siap membantu satu sama lain. Jadi, mari kita terus fokus dan berusaha memahami setiap bagian materi ini," ujar Alifa.
Dengan semangat, Alifa dan teman-temannya melanjutkan mendengarkan dan mencatat materi perkuliahan dengan penuh perhatian.
Namun, ternyata ada sekelompok mahasiswa di kelas yang masih berisik. Entah apa yang sedang mereka obrolkan. Dosen pun memperhatikan kelompok teman-teman yang sedang tidak fokus.
"Maaf, bolehkah saya menyampaikan sesuatu? Saya memperhatikan dari tadi, kalau beberapa dari kalian terlihat sedang sibuk dengan hal lain. Saat ini, kita sedang berusaha memahami materi yang penting. Saya ingin meminta semua orang untuk fokus pada pembelajaran ini agar kita dapat memaksimalkan waktu yang dimiliki. Terima kasih atas pengertian dan kerja samanya," tegur dosen itu.
Akhtar merasa tersadar. Lalu, buru-buru menanggapi teguran tersebut. "Maaf, Pak Dosen. Kami akan segera memperbaiki fokus kami dan kembali ke pembelajaran," ujarnya dengan menyatukan kedua tangan.
Atma mengangguk setuju. "Benar, kami minta maaf atas ketidaktelitian kami tadi," ujarnya yang menyadari kesalahan mereka.
"Kami menyadari kesalahan kami, Pak Dosen. Kami akan memastikan agar tidak terulang lagi," ujar Akhtar.
Dengan rasa malu, Atma berkata, "Terima kasih atas teguran dan pengingatannya, Pak Dosen. Kami akan lebih berhati-hati di masa mendatang."
Mahasiswa lainnya yang juga terlibat dalam keributan tersebut pun meminta maaf dan tidak akan mengulanginya. Mereka merasa ketakutan karena dosen yang satu ini cukup tegas dalam bertindak. Beruntungnya kali ini mereka hanya mendapatkan teguran, entah apa kalau mereka dikeluarkan dari kelas dan tidak diizinkan mengikuti sampai akhir perkuliahan. Bisa-bisa mereka tidak akan mendapatkan nilai dan secara otomatis, harus mengulang mata kuliah tersebut di semester pendek atau selanjutnya.
Dosen itu senang karena mahasiswanya menyadari kesalahan mereka dan meminta maaf.
"Terima kasih atas tanggapan kalian. Saya tahu bahwa semua orang bisa fokus dan belajar dengan baik. Mari kita lanjutkan dengan semangat dan keseriusan kita dalam memahami materi ini," ujarnya dan kembali memberikan materi perkuliahan.
Setelah mendapat teguran dari dosen, semua mahasiswa di kelas segera memperbaiki fokus mereka dan kembali mengikuti pembelajaran dengan penuh perhatian. Mereka belajar dari kesalahan dan berkomitmen untuk tetap fokus selama sesi perkuliahan berlangsung.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments