Aku tersenyum malu-malu saat Kak Dio mengirim chat lebih dulu. Dan dia tadi manggil apa? Sayank? Omooo… meleleh hatiku…
Kita memang sering chat kayak gini, tapi baru sekarang dia manggil sayank. Apalagi dengan status kita yang sudah jadi pacar. Hariku rasanya semakin menyenangkan.
Cukup lama kita berdua saling chat, ternyata tadi setelah mengantarku pulang, dia cuma balik sebentar ke kos. Setelah itu langsung ke kampus karena ada rapat BEM.
Dari dulu Kak Dio memang selalu sibuk dengan urusan Organisasinya. Dan entah kenapa aku selalu suka kalau melihat dia sedang sibuk.
Aku jadi inget, Aku mulai suka sama dia saat OSPEK dulu. Dia sudah menjadi panitia OSPEK. Dia selalu tegas tapi tidak semena-mena. Menurutku dia Kating yang paling keren.
Pernah sekali karena nggak sarapan dan dijemur terlalu lama di lapangan, aku pingsan. Dan ternyata Kak Dio yang sibuk ngurusin aku. Sayank waktu itu dia sudah punya pacar.
Tapi nggak masalah, yang penting sekarang dia cuma milikku seorang. Kak Dio cowok gantengku. Aku jadi bayangin, gimana anak-anak kita nanti, pasti gemesin dan cantik atau ganteng. Secara orang tuanya bibit unggul semua.
"Haiish… Jauh banget sih aku mikirnya!" Aku memukul kepalaku pelan.
Tapi kemudian aku senyum-senyum sendiri. Bagaimana bisa aku sudah bayangin punya anak sama dia. Pipiku rasanya panas karena bayangin yang tidak-tidak.
***
Pagi ini terasa begitu beda, bangun tidur sudah ada chat dari Kak Dio, walaupun cuma ucapan selamat pagi. Tapi itu jelas kebahagiaan tersendiri. Aku jadi semakin semangat memulai hariku.
Aku bahkan beberapa kali ganti baju, supaya terlihat cantik di depan Kak Dio. Tapi akhirnya aku tetap memakai kostum andalanku. Celana jeans dengan atasan kemeja santai. Tapi aku sedikit menggunakan riasan, dikit banget.
"Aduh anak gadis Ayah, cantik banget pagi ini." Goda Ayah yang sudah duduk di meja makan.
Aku duduk di meja makan dengan senyum melebar, "Iya dong." Jawabku santai.
Seperti biasa, kita berempat makan dengan saling bercanda. Bunda memang mewajibkan kita untuk selalu makan bersama. Kecuali ada sesuatu yang penting. Bagi Bunda makan bareng itu jelas bikin semua anggota keluarga akrab.
"Ray, kamu mau nebeng sama Ayah?" Ayah mencoba menawari ku saat selesai sarapan.
"Nggak Yah, udah ada yang jemput." Jawabku dengan senyum-senyum.
"Siapa?" Tanya Ayah penasaran. Aku tahu Bunda dan Kak Niko juga merhatiin.
"Pacarku dong!" Ucapku dengan gaya sok cantik, kebetulan saat itu Kak Dio chat.
"Eh anak Bunda sudah jadian sama Dio?" Bunda terlihat heboh.
"Iya Bunda, itu dia udah di depan. Raya pamit ya, Assalamualaikum." Pamit ku dengan mengalami Bunda dan Ayah gantian.
"Jangan nakal!" Pesan Kak Niko saat aku berhigh five dengannya.
Aku tidak menanggapi hanya mencibirnya saja. Tapi kemudian aku tersenyum. Apalagi saat membuka pagar aku melihat Kak Dio sudah berdiri di samping mobilnya. Dia juga tersenyum ketika melihatku.
"Pagi Sayank," Sapanya dengan mengacak rambutku.
Aku langsung manyun, bagaimana tidak aku sudah menata rambutku sedemikian rupa, tapi malah di acak-acak, kan kesel.
"Jadi rusak tau Kak." Protes ku.
Kak Dio terkekeh, dia bantu ngerapiin rambutku, "Pacarku cantik banget sih." Godanya.
"Udah dong kak, aku malu tau!" Rajukku.
"Hahaha… gemesin banget sih. Langsung berangkat?" Tanyanya.
Aku tersenyum dan mengangguk, "Iya." Jawabku.
Kak Dio membukakan pintu untukku, setelah menutup pintu dia langsung berputar dan masuk dari pintu sebelah. Dia langsung menyalakan mesin mobil, mengarahkannya ke kampus.
Dia menyalakan music sebagai teman pagi kita, dia juga menyanyi kecil mengikuti lagu. Aku tersenyum, sesekali ku lirik pacarku ini yang terlihat keren.
Hari ini Kak Dio memakai celana jeans dengan atasan kemeja kotak yang tidak dibandingkan, didalamnya memakai kaos putih, terlihat begitu menawan.
"Ngapain sih lirik-lirik gitu, liat langsung aja Yank," Godanya dengan gaya menyebalkan.
"Apa sih? Nggak ya!" Elakku mencoba menutupi.
Kak Dio terkekeh, "Aku tau Yank dari tadi kamu ngelirik ke aku." Imbuhnya dengan menoel lenganku.
"GR banget sih kamu kak!" Tuduhku, pasti pipiku sekarang merah karena malu dan salah tingkah.
"Pipinya merah banget sih Yank, baper ya?" Godanya makin menjadi.
Aku manyun, "Godain aja terus, nyebelin!"
"Hahaha… Ray, kamu tau nggak sejak Ospek dulu tuh aku diam-diam suka perhatiin kamu." Ucap Kak Dio yang membuatku langsung menoleh.
"Bohong!"
"Beneran, cuma waktu itu kan aku masih ada pacar nggak mungkin dong aku deketin. Pas udah putus aku kepikiran mau deketin kamu, tapi udah minder duluan." Katanya yang terdengar jujur.
"Minder kenapa?" Heran ku.
"Secara kamu cantik, pinter, duta kampus, duta wisata Surabaya juga. Sempurna banget, kayak nggak mungkin aku gapai." Katanya penuh pujian.
"Gombal banget sih kamu kak." Kataku dengan tersenyum.
Perlahan kurasakan satu tangannya menggenggam tanganku, "Makasih mau nerima aku yang brengseek ini." Ucapnya lembut.
"Jangan ngomong gitu dong, aku juga banyak kurangnya." Kataku ngerasa nggak enak.
Kak Dio emang terkenal playboy, bahkan gosipnya dulu dia putus karena Kak Dio selingkuh. Tapi entahlah aku nggak pernah bertanya, yang penting adalah hubunganku dengannya sekarang.
"Terus ingetin aku kalau suatu saat aku lupa diri," Pesannya dengan menoleh ke arahku, kebetulan saat ini emang lagi lampu merah.
"Iya, kita berjuang bareng, aku berharap hubungan kita ini dapat berjalan sampai ke jenjang pernikahan." Doaku tulus.
"Aamiin." Sahutnya dengan tersenyum sangat manis.
Kita berdua melanjutkan perjalanan ke kampus dengan obrolan ringan. Saling bercanda juga. Dari awal dekat dengan Kak Dio kita memang sudah nyambung. Ngobrol apapun selalu mengalir.
Sampai di kampus, aku ngerasa semua mata tertuju pada kami. Jelas saja, sejak keluar mobil tadi Kak Dio terus menggenggam tanganku. Aku aja merasa malu, tapi dia terlihat cuek.
"Mau nyebrang Pak, gandengan muluu." Sindir Kak Frans, salah satu teman kak Dio. Kebetulan kita memang melewati teman-teman Kak Dio yang lagi nongkrong di taman.
"Jomblo ngiri aja." Balas Kak Dio santai.
"Hahaha… traktiran dong!" Ucapnya sambil ber high five dengan kak Dio.
"Gampang." Jawabnya.
"Kak, aku ke kelas duluan ya," Pamit ku karena merasa sungkan sama temen-temen Kak Dio.
"Aku anterin?" Dia menawarkan diri.
"Nggak usah, bareng Syahnaz aja tuh dia." Kataku yang membalas lambaian tangan Syahnaz.
"Yaudah, nanti kalau udah selesai kelas kabari." Pesannya sambil benerin rambutku.
"Iya" Jawabku dengan tersenyum.
Aku langsung berjalan cepat ke arah Syahnaz yang dari tadi udah nahan senyum. Rasanya pengen aku geplak aja tuh anak.
"Cieee cieee… yang baru jadian." Godanya dengan menjadi daguku.
"Nggak usah rese deh!" Kataku yang langsung berjalan ke arah kelas.
Syahnaz langsung menggandeng lenganku, "Akhirnya bestie gue udah bebas dari status jomblonya, gimana jantung lo? Masih aman?" Pancingnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Sery
jangan bucin...pisah nanti, sakitnya seperti tertusuk besi panas
2023-07-06
0
✒ Viee ✒
😆😂😂
2023-07-04
0
Wika Anggita
masih bucin-bucinnya
2023-06-24
1