CERITA 03

"Makasih ya Kak," Ucapku masih malu-malu. 

Setelah adegan tembak menembak di pinggir pantai tadi, Kak Dio mengajakku untuk makan dan lanjut mengantar pulang kerumah. Sepanjang itu aku merasa benar-benar dijadikan ratu, dia selalu menomor satukan aku. 

Dia juga selalu membuatku baper, rasanya setiap kali dia merayuku ada kupu-kupu yang terbang dari perutku, geli-geli gimana gitu. 

Bukannya aku lebay, tapi memang seperti itu yang aku rasakan. Mungkin karena kak Dio adalah cowok yang dari dulu aku incer. Jadi waktu sekarang kita udah jadian rasanya beda, bahagia banget. 

"Iya sama-sama." Jawab Kak Dio sambil mengacak rambutku. 

Duh duh… jantung, kamu harus kuat dong, lemah amat, baru aja diginiin udah lemes. 

"Kak Dio mau mampir?" Tawar ku basa basi. 

Kak Dio melihat jam tangannya, "Nggak sekarang ya, udah malam juga ini." Jawab Kak Dio dengan wajah yang ngerasa bersalah. 

"Owh iya nggak papa." Kataku dengan tersenyum sok manis. 

"Salam ya ke Ayah Bunda, ke Niko juga." Kata Kak Dio. 

"Yaudah aku masuk dulu ya kak," Pamit ku. 

Kak Dio menahan tanganku, "Ray," Panggilnya. 

"Ya kak?" Tanyaku sambil menoleh ke arahnya. 

"Mau belajar nggak?" Tanyanya dengan senyum jahil. 

Aku mengernyit, "Belajar apa?"

"Belajar manggil Sayank," Jawabnya dengan mengusap pipiku. 

Blussh… 

Rasanya pipiku sudah memerah panas nggak karuan. Cuma gitu doang udah bikin aku salting banget. 

"Dih, kok merah banget sih pipinya," Goda Kak Dio. 

"Udah dong kak," Rajukku pura-pura ngambek. 

"Hahaha… iya iya, langsung istirahat ya." Katanya dengan mengusap kepalaku. 

"Iya." Jawabku dan langsung keluar mobil. 

Aku baru masuk ke dalam gerbang ketika mobil Kak Dio sudah hilang di belokan. Aku bernyanyi kecil dengan senyum-senyum nggak jelas. 

"Kesambet lo?" Sindir Kak Niko. 

Aku jelas kaget, sedari tadi aku memang sibuk sendiri dengan khayalan ku. Tidak memperhatikan Kak Niko yang sedang bersantai di kursi teras. 

"Apaan sih Kak? Ngagetin aja." Semprot ku yang nggak terima. 

Kak Niko terkekeh membuatku manyun, aku memilih duduk di sampingnya. Udah mulai cengar cengir, karena berniat pamer punya pacar baru. 

"Ayah sama Bunda di dalem?" Tanyaku basa basi. 

"Ayah belum pulang, kalau Bunda lagi nonton tivi kayaknya." Jawab Kak Niko cuek. 

Aku mencibir, dan melirik ke arah ponsel yang dari tadi menyita perhatiannya. Sedikit penasaran kira-kira kak dia lagi chat sama siapa. 

"Ape lo?!" Sentak Kak Niko yang langsung nyembunyiin ponselnya. 

"Astaga kak, kaget gue!" Protes ku dan langsung memukul lengannya. 

"Ngapain ngintip-ngintip?" Selidiknya dengan menatapku tajam. 

Aku nyengir, "Lagi chat sama siapa sih? Serius amat?" Pancing ku. 

"RAHASIA!" Jawabnya dan langsung masuk dalam kamar. 

"Diih kak Niko!" Teriakku yang merasa diabaikan. 

"MasyaAllah anak-anaknya Bunda, kenapa sih berisik amat, udah malam ini." Tegur Bunda saat aku masuk dalam rumah mengekori Kak Niko. 

Aku langsung duduk disebelah Bunda, salim serta mencium kedua pipinya. Kebiasaan yang selalu ditanamkan Bunda dan Ayah dari kecil. 

"Raya tuh Bunda, ngintip-ngintip aja kerjanya, mata lo bintitan baru tau rasa!" Adu Kak Niko yang duduk di sofa tunggal. 

"Habisnya kan aku kepo, lagian kak Niko pake rahasiaan sama aku." Protesku. 

"Privasi dong!" Balas Kak Niko. 

"Udah udah malah tengkar, Ray, kamu mandi dulu sana. Habis dari mana sih kucel gitu wajahnya." Kata Bunda dengan menelisik penampilanku. 

"Dari pantai." Jawabku sambil nyengir. 

"Astaga… sana-sana mandi dulu, malah duduk sini." Ucap Bunda sambil mendorong badanku. 

Aku manyun, acara pamer pacar akhirnya harus ditunda dulu. Sebenarnya keluargaku sudah tau kalau aku sedang dekat dengan Kak Dio. Karena memang beberapa kali kita pernah jalan bareng, dan Kak Dio sudah aku kenalin ke Ayah juga Bunda. 

Bahkan beberapa kali aku ngajak Kak Dio gabung ngafe bareng sama Syahnaz dan Kak Niko. Selama ini sambutan mereka baik terhadap Kak Dio. Dan itu yang membuat aku berani untuk melangkah lebih lanjut dengan Kak Dio. 

Sebagai seorang Kakak, apalagi kita kembar, Kak Niko jelas protektif denganku. Dia mempunyai penilaian tersendiri terhadap cowok yang dekat denganku. 

Saat aku dekat dengan Kak Dio, Kak Niko tidak banyak komentar. Dia tidak bilang suka atau enggak, tapi selama dia tidak protes aku menganggap dia sudah memberi lampu hijau. Toh mereka juga sering ngobrol bareng. 

Masuk kamar aku langsung mandi, sedikit berendam untuk menyegarkan tubuhku. Cuaca Kota Surabaya akhir-akhir ini sangat panas, membuat badanku terasa makin lengket karena keringat. 

Keluar kamar mandi aku dikagetkan dengan Kak Niko yang sudah rebahan di ranjang ku. Untung aku sudah terbiasa langsung memakai baju di dalam kamar mandi. 

Dari dulu Bunda memang selalu membiasakanku ganti di kamar mandi. Apalagi aku mempunyai kembaran cowok, meskipun kita saudara kandung, tapi kita sudah sama-sama dewasa. Harus bisa menjaga dan membatasi semuanya. 

"Baru jalan sama Dio?" Pancing Kak Niko tanpa melihat ke arah ku, dia malah asyik mainin boneka ku. 

Aku senyum-senyum, "Iya dong." Jawabku sambil duduk di sofa, ngecek ponsel. 

Ku lirik Kak Niko yang mencibir, "Kemaren aja uring-uringan." Sindirnya. 

Aku melengos, "Namanya juga pacaran, wajar dong kalau marahan terus tiba-tiba baikan." Ceplos ku yang memang sengaja. 

Kak Niko langsung duduk, "Apa? Pacaran?" Tanya kak Niko penasaran. 

Aku ketawa, "Eh,Keceplosan, hahaha…" Jawabku sok manis. 

"Udah yakin lo sama dia?" Kak Niko mencoba menanyaiku. 

"Yakin! Gue udah sering bilang kan dia itu gebetan gue dari maba dulu, idaman gue banget pokoknya kak." Curhatku ke Kak Niko. 

"Ya tetep aja elo harusnya jangan buru-buru, ketahuan banget kalau elo ngebet sama dia. Jaim dikit dong!" Semprot Kak Niko sambil nyentil kepalaku pelan. 

Aku manyun sambil mengusap kepalaku yang kena sentil, "Biarin, lagian dia sendiri yang tadi tiba-tiba nembak, ya gue terima aja, masa di tolak." Kataku membela diri. 

"Iya, tapi harusnya elo ngulur waktu kan bisa." Protes Kak Niko. 

Aku jadi sedikit berfikir, "Alah bodo amat! Yang penting sekarang aku udah  jadian sama dia." Kataku memantapkan hati dan pikiran. 

Terdengar Kak Niko menghela nafas panjang, "Pokoknya lo ati-ati, jaga diri baik-baik. Awas aja kalau kalian macem-macem." Pesan Kak Niko sambil ngacak rambutku. 

Setelah mengatakan itu dia pergi dari kamarku, aku sedikit heran dengan sikapnya. Kak Niko memang dari dulu orangnya kayak gitu, nggak bisa ditebak. Tapi aku ngerasa dia sedang nyembunyiin sesuatu, tapi entah apa. 

Aku menghendikkan bahu, mulai menghalau segala pikiran yang merasuki ku. Aku mencari ponselku yang dari tadi masih anteng di dalam tas. 

Senyumku terbit ketika mendapati banyak chat, terutama dari geng gongku. Tapi ada satu nama yang selalu membuatku tersenyum, tentu saja chat dari Kak Dio. 

Kak Dio : Hai Sayank… 

Terpopuler

Comments

✒ Viee ✒

✒ Viee ✒

cieeee.. 😆😂

2023-07-04

0

Anonymous

Anonymous

kak niko tau kaLo dio gk baik n pLayboy

2023-06-27

1

Wika Anggita

Wika Anggita

bener tuh kata Niko, jangan nampak banget kalo cinta mati

2023-06-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!