“Degungan yang mutlak itu kembali lagi, kembali lagi terdengar hingga memekikkan telinga.”
...-.o°0°o.-...
Mata Arselia memburam dan terasa samar, beberapa kali juga tangan mungilnya mengelus-elus matanya. Sepertinya ada yang salah, lalu seketika ia menguap, rasa kantuknya kembali menghantuinya, matanya ingin menutup terus sejak tadi.
Iris mata cokelat gelapnya itu mengerjap dan suasana perpustakaan tidak seramai pagi tadi. Hampir 2 jam ia menghabiskan waktu di sini dan terdampar bersama buku-buku yang cukup tebal. Sebenarnya kejadian kemarin masih membuatnya ketakutan.
‘Fokus, Sel. Kemarin itu cuma ilusi doang.’ Ujar Arselia sambil menyemangati dirinya sendiri.
Tatapannya tertuju pada buku yang tadi diambil asal. Seingat Arselia, ia mengambil novel remaja tadi, sekarang berubah jadi novel fantasi?
“Ini mimpi lagi ya?” tanya Arselia sambil mendongak.
Matanya bertubrukan dengan sepasang mata elang yang menatapnya tajam, ada getaran aneh yang terasa mencekik di lehernya. Entah karena kalungnya yang mengerut atau hal lain.
Tapi pastinya ini karena lapar menyerangnya, tadi pagi ia bangun terlalu siang sehingga ia harus bergegas untuk pergi ke kampus dan akhirnya ia tidak ada waktu untuk sarapan.
Baru pukul 11.00 siang dan masih ada waktu setengah jam untuk mengisi perut, sekarang perutnya terus keroncongan meminta untuk di isi. Mungkin beberapa potong roti bisa mengganjal perutnya sambil berjalan berjalan kembali ke kelas.
“Kok masih di sini, Sel?” pertanyaan itu datang dari Liana, perempuan berambut sebahu dengan warna pirang itu mendekati Arselia.
Arselia sedikit tidak percaya dengan penampilan Liana yang mirip dengan kutu buku, alih-alih most wanted girl. Penampilan yang mirip dengan Serina.
“Kamu bukan Serina?” Arselia memastikan.
Barangkali dia bermimpi lagi, seharusnya yang menyapanya itu Serina. Penampilan itu milik Serina dan kacamata yang dipakai Liana adalah pemberian Arselia saat ulang tahun Serina.
Jadi sahabatnya itu Liana? Arselia merasa frustasi dan bingung sekarang.
“Aku Liana, Sel. Masa kamu lupa nama sahabatmu.” Jawab Liana dengan tangan menepuk punggung Arselia, lalu Liana memundurkan langkahnya dengan wajah pias. Arselia merasakan keanehan pada suara Liana.
“Oh ya, gelang dari aku itu Nico yang kasih saran. Ah, kalian couple-an jadinya. Ah, kalian so sweet banget.” Cerita Liana sambil pipinya yang semakin menggebu-gebu.
“Dari Nico?” tanya Arselia tidak percaya, selalu saja ada orang yang bercerita dengan hal yang tidak mungkin Arselia percayai.
“Emang Nico siapanya aku?”
“Bahkan kamu lupa sama gebetan kamu? Ini benar-benar amnesia namanya!” kata Liana sambil menepuk dahinya sendiri.
“Aku ngak amnesia loh.” Tolak Arselia tidak terima dengan pernyataan konyol ini.
“Kenapa kamu ngelupain aku, Sel? Bahkan lupa sama Nico juga.” Tuduh Liana tepat sasaran sambil melipat tangannya di depan dada.
Arselia bersumpah bahwa ia tidak lupa pada siapapun dan ingatannya masih baik-baik saja saat ini. Kenapa bisa begini?
“Aku ngak lupa! Kalian aja yang berubah.” Tuduh Arselia balik.
Matanya mendelik ke arah Liana yang juga dibalas pelototan tajam, ini juga kebiasaannya dengan Serina ketika beradu pendapat.
“Otak kamu udah bener-bener geser, Sel. Apa perlu kupanggilin Nico supaya kau ingat lagi?” tanya Liana sambil menahan jengkel, wajahnya sudah keki setengah mati saat merasakan Arselia berubah aneh hari ini.
Arselia menggeleng dengan cepat, saat ini Niko adalah orang yang dihindarinya.
“Jangan!” cegah Arselia saat Liana sudah menggenggam gawainya, terpampang nama Niko di panggilan suara dan kekhawatiran Arselia bertambah banyak.
“Udah diangkat nih. Halo Nico, tunangan ka-”
Gawai Liana terpental dan terpelanting ke ubin yang keras, pecah hingga berkeping-keping dengan isi berceceran di lantai. Bunyinya sangat memekikkan telinga meski di perpustakaan hanya mereka berdua, sekarang suasana kembali menjadi mencekam.
Arselia melongo berserta Liana juga, kenapa tiba-tiba bisa jatuh padahal tidak ada yang menabraknya ataupun mendorongnya, selalu ada hal yang aneh terjadi, Arselia merasa kesal akan hal itu.
“Yah...jatuh.” Ujar Liana tidak merasa kaget sama sekali.
Minimal pun itu, ia harusnya sedih benda kesayangannya pecah berkeping-keping. Apalagi pelakunya tidak tahu itu siapa dan mengingat tidak ada penghuni lain di sini, Arselia merasakan badannya menggigil ketakutan.
“Kok bisa jatuh sih?” komentar Arselia penasaran, memastikan tidak ada siapa pun selain mereka.
“Ada yang ngak mau aku hubungin Nico kali ya.” Jawab Liana dengan menyengir lebar.
Mulai menata buku yang tadinya berada di samping Arselia dan membawanya santai seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu.
“Bukan aku yang jatuhin, beneran dan aku berani sumpah.” Ujar Arselia.
Dia tidak mungkin menyenggol Liana tadi karena jarak mereka hampir 2 meter dan rasanya tidak mungkin itu terjadi.
“Aku ngak nuduh kamu kok, Sel.” Ujar Liana dengan bahu mengedik.
Dahi Arselia berkerut dalam.
“Maksud kamu ada orang lain gitu?” tanya Arselia penasaran.
“Pasti dimana-mana selalu ada orang lain, Sel.” Jawaban Liana tidak memuaskan keheranan Arselia.
“Ngak mungkin kan yang nyenggol itu hantu?”
Sebenarnya masuk akal sih, mana bisa hantu menyenggol orang sampai gawainya pecah, Arselia menepis pikirannya sendiri.
“Soal Nico-”
“Tidak ada lagi soal Nico!!”
Telinga Arselia berdengung kembali dan suara serak mengalun pelan di telinganya, tanpa sadar Arselia berjingkat kaget dan bau tanah sehabis hujan pun kembali tercium lagi meski hanya sebentar.
Arselia merasa cukup waspada meskipun itu bukan ancaman, walaupun begitu, Arselia merasa pernah mendengarnya hingga rasanya ia selalu ingin menuruti perintahnya, apapun itu.
...-.o°0°o.-...
“Dunia ini begitu besar hingga aku tidak bisa meraihnya, namun selalu ada bisikan dari alam bawah sadar yang mengharuskan diriku meraih bintang fajar tersebut.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Karamelia
hmmm menarik
2022-10-10
0
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati
👍👍👍👍
2021-02-04
0
Eva Santi Lubis
boomlike mendarat dengan sukses
2021-01-27
0