Chapter 5 : De Javu

“*Diri**ku masih mengingat sesuatu yang selalu menyakiti hatiku, tapi... diriku selalu bisa bangkit melakukan hal yang baru di masa depan, lagian itu 'kan hanya ingatan sempit yang akan menjadi kenangan pahit, walaupun dirimu sering kali membuat hatiku terasa terjepit, aku selalu mengabaikannya dan melihat hal yang baik dari sisimu, asalkan diriku masih bisa bangkit dan mengejarmu walau diriku harus mengejar hingga ujung dunia, aku akan tetap berusaha meraih cintamu, asalkan kita tidak membuka lembaran baru saja, itu sudah cukup bagiku*.”

...-.o°0°o.-...

“Soal Nico?” ujar Liana menuntut kelanjutan ucapan Arselia.

“Ngak ada. Yuk, skarang ke kelas!” ajak Arselia dengan desahan panjang, ditatapnya buku yang belum sempat dinikmati dan sebuah peta negeri fantasi tergambar di sana.

Dengan langkah berat ia meninggalkan buku itu dan menaruhnya kembali ke rak semula, setelah memastikan buku itu tidak terjatuh, Arselia keluar dari perpustakaan. Lalu mendadak ia berhenti.

“Kok berhenti, Sel?”

Liana yang berjarak dua langkah di depan Adelia berbalik, menyadari bahwa sang sahabat sedang mencari sesuatu.

“Kamu ngerasa ada yang ngomong ngak?”

Liana tertawa nyaring.

“Kamu ngigau lagi ya?”

Arselia masih tidak percaya dengan keyakinan bahwa ada orang lain di sini.

“Ngak sabar kerja lagi ya? Sampai ngigau mulu.” Tuduh Liana dengan sisa-sisa tawa.

Arselia tidak terpengaruh, ia merasa ada yang mengamatinya. Ia berbalik namun tidak ada siapa-siapa dan hanya ada penjaga perpustakaan kampus yang mulai mengantuk di kursi, Arselia menggeleng kepalanya pelan untuk mengusir pikiran buruk yang hinggap di kepalanya.

Sebenarnya ini bukan pertama kalinya ia merasa diawasi dan hampir dua kali hari ini, kini ia merasa hidupnya bahkan terasa tidak tentram lagi seolah-olah ada yang berusaha membunuhnya saja. Firasatnya mengatakan bahwa yang mengintainya bukan sesuatu hal yang baik.

“Ayok, Sel.” Ajak Liana lagi.

Arselia memandang punggung Liana yang mulai menjauh, ia masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Rasanya seperti de javu saja.

Sebenarnya Arselia pernah memimpikan suasana seperti ini, mari kuceritakan.

Saat Arselia hendak pulang ke rumah, ada seseorang yang mencegatnya dengan memakai tudung dan jubah gelap.

Orang itu mengatakan sesuatu yang tidak Arselia mengerti 'Penguasa Kegelapan, Circle Strength, dan Cornerstone' itulah yang masih dia ingat.

Saat itu Arselia sangat ketakutan karena orang berjubah itu mengeluarkan pedang berkilat. Kemudian menghunuskan pedang itu ke arahnya yang membuat bulu kuduk Arselia berdiri. Hal terakhir yang ia ingat adalah ia diseret ke dalam kegelapan, lalu semuanya terasa samar-samar.

Tapi ia melihat siluet tumbuh tinggi tegap menjulang melindunginya, sinar rembulan membuat Arselia tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.

Seseorang itu menoleh padanya, ia melihat kilatan dendam di sana yang berasal dari mata elangnya, dan kini semua terasa semakin samar hingga kesadarannya menghilang.

Saat ia terbangun, ia tidak dapat mengingat apa yang terjadi. Namun ia tak memusingkannya dan yang terpenting adalah ia telah selamat.

Waktu semakin berlalu dan malam-malam yang penuh dengan ketakutan sudah lama terlewati, Arselia hampir mengingat semua mimpi seperti kaset berulang. Bunga tidur hanya pemanis malam saja, itulah yang dipikirkan Arselia.

Lengan Arselia tiba-tiba menggigil dan sepasang tangan mungilnya memeluk tubuh sendiri mencoba memberikan kekuatan walau itu hanya sia-sia saja, ia melanjutkan langkahnya tanpa berniat untuk berbalik.

Jauh di sana, di dalam kegelapan, di sudut yang tidak terpikirkan siapa pun untuk duduk di perpustakaan, sebuah bayang-bayang berdiri tegak. Perlahan bayang-bayang itu membentuk suatu bentuk manusia dengan jubah gelap yang menutup seluruh tubuh. Tudungnya tampak menjuntai hingga menutupi sebagian besar wajahnya.

Hanya tampak seringai jahat yang mampu membuat siapa pun yang menatapnya mati ketakutan. Sekilas matanya berkilat merah, mata yang mampu menggetarkan orang yang sedang berhadapan dengannya.

Kak Jane mengucek-ngucek matanya beberapa kali saat pandangannya tertuju pada seseorang yang berdiri di pojok perpustakaan yang sedang mengamati pintu.

Perlahan bayangan manusia itu menghilang bersama kegelapan yang mulai menipis akibat tersapu sinar matahari. Kak Jane memastikan sekali lagi, namun itu sama saja, hilang tanpa jejak, lalu Kak Jane menggeleng kepalanya.

“Oh, kurasa aku hanya bermimpi.”

...-.o°0°o.-...

“Cinta didasari oleh ketulusan hati, bukan ambisi...”

...-.o°0°o.-...

*Info tentang novel.

De javu adalah bahasa Prancis yang artinya pernah dilihat, secara harfiah adalah fenomena merasakan sensasi kuat bahwa suatu peristiwa atau pengalaman yang saat ini sedang dialami sudah pernah dialami di masa lalu.

De javu berarti perasaan telah mengetahui dan deja vecu berarti sebuah perasaan mengingat kembali.

De javu merupakan suatu keadaan dimana merasa familiar di sekitarnya, seolah-olah sudah pernah mengalami hal tersebut dengan keadaan yang sama persis, padahal apa yang sedang dialami adalah pengalaman pertama.

Terpopuler

Comments

Lizaz

Lizaz

Aku mampir kak
Aku udah like, favorit dan rate 5 ya

Mari saling mendukung, ditunggu feedback nya 🤗

2021-07-10

0

🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati

🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati

boom like 5 episode dulu ya thor.

ditunggu feedbacknya

2021-02-04

0

potekan lidi

potekan lidi

q bingung karna banyak istilah" y q kurang fahami dan cerita y membolak balikan keadaan ap lg q punya memori y pas"an dan lengkaplah kebingungan qu😭😭😭😭😭

2021-02-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!