“Lebih baik kita tidak saling mengenal satu sama lain, daripada penderitaan ini akan semakin memburuku.”
***
Koridor menuju gedung Ekonomi dan Bisnis terasa panjang di mata Arselia. Selain gerombolan mahasiswa yang menatapnya dengan bisik-bisik, terdapat juga tatapan tajam yang menusuk punggungnya. Ketika Arselia berbalik, matanya menangkap bayangan orang berjubah hitam sedang berlari. Pakaian yang cukup aneh untuk dikenakan di kampus.
Pasalnya pakaian itu seperti baju penyihir, tahu kan penyihir? Baju yang biasa dipakai penyihir, seperti itulah sosok baju yang sedang mereka pakai.
“Sel, kamu melamun lagi ya?” tanya Nico dengan tangan melambai-lambai di wajah Arselia.
“Kak Nico?”
Nico hanya mengangguk, tidak tahu karena apa, tapi Arselia mengerti akan maksudnya.
“Maaf ya, kemarin aku gak bisa dateng.”
Arselia terkejut, ia sadar bahwa keanehan juga terjadi pada Nico.
“Tapi aku gak kenal kakak,” jelas Arselia lagi.
“Iya, benar.”
Di luar dugaan, jawaban Nico membuat kerutan di dahi Arselia bertambah dalam. Arselia pikir Nico akan mengelak seperti kak Jane, Serina ataupun Liana, ternyata tidak dan Arselia merasa lega.
“Ya udah, aku pergi dulu ya.”
“Kamu ngak ingin tahu sesuatu ya, Sel?” tanya Nico menawari, tidak ada lagi sorot jahil di matanya selain kesungguhan.
Arselia bergidik dan tanpa sadar membuat jarak di antara mereka melebar, beruntung suasana lorong semakin sepi. Jadi, Arselia tidak perlu merasa malu sekali.
“Soal?” tanya Arselia menuntut jawaban yang mungkin saja berkaitan dengan keanehan pagi ini.
“Tentang kita,” jawab Nico.
Arselia tersenyum kecil.
“Kita ngak pernah saling kenal, kak. Ngak mungkin ada apa-apa di antara kita.” Jelas Arselia, lalu terlihat Nico mendesah kecewa.
“Kamu melupakannya ya?”
“Maksud kakak?”
“Gelang ini buktinya, Sel.” Ucap Nico lalu memperlihatkan gelang yang sama persis seperti yang dipakai Arselia.
Entah Arselia harus percaya atau tidak, sekarang ia merasa bimbang dan hatinya kosong. Ia masih menganggap semuanya di luar nalar manusia.
“Ini ngak lucu tau.”
Arselia menarik tangannya dari genggaman Nico, dia tidak mempercayai gelang couple itu sama sekali.
“Sebenarnya kita pernah bertemu di kehidupan yang lalu, Arselia.”
“Ini dari Serina, bukan dari kakak!” seru Arselia membentak Nico sambil menggelengkan kepalanya.
Nico berusaha mendekat, namun menghentikan langkahnya ketika Arselia memberi isyarat untuk mundur.
“Ini bukan dunia lain. Sumpah! Aku ngak ngerti sama kalian semua!” ujar Arselia, ia merasa frustasi dan kepalanya berdenyut-denyut sekarang.
“Ini bukan dunia lain. Dunia kita memang dari dunia lain, tapi dunia kita-”
“Stop! Aku ada kelas!” potong Arselia seenaknya sendiri.
Ia menurunkan tangannya ketika Nico menatapnya dengan tatapan tajam dan mungkin kelewat tajam, rambut merahnya seperti menyala di mata Adelia.
Serupa warna matanya yang tidak lagi biru, melainkan merah darah. Arselia merasakan Nico lebih pucat dari biasanya seolah-olah laki-laki itu adalah mayat hidup kembali.
“Kamu melupakanku, My Queen,” ujar Nico dengan bisikan aneh.
Bulu kuduk Arselia meremang, Nico terlihat siap menerkamnya kapan saja. Mungkin Arselia dengan halusinasi melihat taring mencuat di sela-sela gigi Nico. Ini pasti mimpi, lalu Nico mendekat dengan hidung mengendus-endus.
“Ini pasti mimpi,” ujar Arselia resah pada dirinya sendiri sambil meredam ketakutan sendiri jika ini adalah kenyataan.
Ia hanya ingin kehidupan yang baik, kenapa begitu sulit. Mempunyai pacar idaman, lalu menikah dan mempunyai anak hingga menghasilkan cucu, dan setiap hari menyaksikan mereka bermain.
Hanya itu yang ia mau, kenapa ada orang aneh yang tidak jelas datang dan mengatakan hal yang aneh, bahkan Arselia tidak mengerti apa maksud dan tujuannya.
Saat dirasakannya panas menjaliri pipi akibat tamparannya sendiri tadi, lalu Arselia merasakan pipinya disentuh Nico. Tangannya sangat dingin seperti pipinya seolah-olah disentuh oleh es batu.
“Aku mencarimu ke mana-mana, Arselia,” ujar Nico lagi, sepertinya Arselia mulai kesal dengan kehadirannya yang mengganggu.
Sebenarnya Arselia ingin sekali menjerit, namun suaranya tiba-tiba saja berubah kelu dan bibirnya kaku. Ia tidak bisa bersuara sedikit pun dan tidak ada suara yang keluar.
“Jangan pernah mendekat!”
Setelah bisikan yang dibawa angin itu, pergelangan tangan Nico memanas layaknya dipanggang kobaran api. Dilihatnya Nico terpental jauh di pinggir lapangan olahraga, tangan kanan Nico terkelupas hingga siku.
Arselia tidak tahu siapa yang melakukannya hingga seperti ini.
‘Arselia.’ Batin Nico dari jauh, Arselia bisa mengeja kata maaf dari bibir Nico. Dia kembali normal dan tidak berbahaya lagi.
Arselia menggeleng, ketakutan menghimpitnya hingga berlari-lari melewati lorong-lorong yang panjang. Tidak peduli lagi kelas yang akan datang maupun tatapan aneh dari orang-orang, sekarang ia hanya butuh tempat nyaman untuk meyakinkannya bahwa ini hanyalah mimpi.
...-.o°0°o.-...
“Jika kalian bertanya padaku, apakah aku pernah melupakan sesuatu? Jawabannya aku tidak akan pernah melupakannya, apalagi itu adalah masa laluku yang indah, itulah satu-satunya kenangan yang masih aku punya dan simpan, jadi aku tidak akan pernah melupakan hal itu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati
kereeen
2021-02-04
0
anotherbyl
Like again....
Semangat terus ya, Kak!!
Salam dari PERJALANAN HIDUP KANIA
2021-01-29
0
Sekapuk Berduri
lanjut yang belum kelike kak hihi
2020-12-23
0