EPS 4# FOTO!

Di Rumah Alfarani yang terbilang sederhana, lebih tepatnya di kamar miliknya seorang.

"Aku ingin melihat hasil foto tadi, Aah!" ujar Alfarani setelah dirinya membersihkan diri dan berbaring di kasur.

"Foto bunga koleksi ku sedikit lagi akan selesai, deh!" Girang Alfarani saat membuka album koleksi bunganya yang hampir penuh.

"Rani.. Rani.. ngambil fotonya banyak sekali! Ruang penyimpanan kameraku hampir penuh deh!" ujar Alfarani saat melihat-lihat foto hasil dirinya dengan Rani.

"Tapi, tunggu! Ini apa?" Gumam Alfarani saat melihat sesuatu di belakang dirinya saat difoto.

"Bukankah.. itu adalah.. siswa misterius itu?!!" Kejut Alfarani saat melihat tatapan siswa itu yang terus saja tertuju kepada dirinya di dalam foto.

"Mengapa dia selalu memperhatikanku?!" Gumamnya kembali sembari memperhatikan kedua bola mata merah gelap milik siswa itu yang lama-kelamaan terasa seperti melihat kearah dirinya yang sekarang.

"Astaghfirullah!" Kejutnya sembari mematikan kamera miliknya.

"Mengapa tatapan fotonya terasa begitu nyata melihat ke arahku?"

Ia mengeluarkan ponsel Android miliknya yang dibelikan sang kakak yang sudah bekerja dan pulang hanya lima bulan sekali.

Lalu, ia menekan tombol telepon di WA Rani. Rani yang baru saja selesai mandi pun mengangkat telepon Alfarani kepadanya.

"Assalamualaikum,"

"Wa'alaikumussalam, ada apa Alfa?" Tanya Rani.

"Ran, kamu tau siswa pindahan tahun lalu itu?"

"Iya, kenapa?"

"Tumben nanyain cowok.. kamu taksir ya sama dia?" Sambung Rani kembali.

"Isshh! Enggak! Aku hanya ingin tanya, dia itu siswa pindahan dari mana?"

"Entahlah.. aku juga tidak tau, karena pak hidayat, guru bahasa Indonesia saja tidak memperkenalkannya pas ia mengenalkan diri didepan kelas."

"Dan juga identitasnya sangat sulit ditemukan oleh pihak sekolah, kata ayahku (kepala sekolah)"

"Lalu, mengapa dia diterima bersekolah disekolah kita? Bukankah diwajibkan setiap siswa mempunyai identitas diri?" Tanya Alfarani.

"Aku juga tidak tau, namun yang pasti ada suatu hal penting yang membuat ayahku ingin menerimanya,"

"Namanya saja hanya Fex! Bukankah dia itu aneh?" ulang Rani yang jadi teringat siswa pindahan itu.

"Hemm.. Terima kasih,"

TUTT ...

Alfarani mematikan telepon secara sepihak, dan kembali melamun.

"Mengapa identitasnya sangat tersembunyi? atau jangan-jangan! dia anak seorang artis?"

"Hum.. tetapi, sudah pasti dia beragama Islam! karena saat pelajaran agama Islam ia tidak keluar itu!" Gumam Alfarani.

"Haahh!! Buat apa juga aku mikirin lelaki ajnabi sepertinya?!" Kesal Alfarani sembari menenggelamkan wajahnya kedalam bantal guling di sampingnya.

"Alfa! Tolong belikan gula pasir dan garam di warung pak Arman!" Teriak sang ibu yang sedang sibuk di dapur menyiapkan makan malam.

"Baik, Bu!" Jawab Alfarani seraya berlari ke dapur untuk mengambil uang dari sang ibu lalu bersiap memakai gamis serta kerudung panjang miliknya dan tak lupa pula cadar hitam yang selalu ia kenakan.

"Gula pasirnya.. seperempat.. dan garamnya.. yang berapa gram ya?" Gumam Alfarani yang sedang berjalan ke warung pak Arman sembari mengingat-ingat apa yang harus ia beli.

BREEK! Kedua kakinya mengerem secara mendadak saat dirinya melihat tiga anak muda laki-laki yang nongkrong didepan warung pak Arman.

"Astaghfirullah! Mengapa harus ada laki-laki sih?!" Gumam Alfarani yang ingin berbalik namun teringat jika ibunya sangatlah membutuhkan gula dan garam untuk makan malam.

"Tapi, mau bagaimana lagi? Ibu sangat membutuhkannya.." Gumamnya kembali seraya berjalan sedikit lambat dengan kepala menunduk kebawah tanah.

"Semoga mereka tidak melihat ke arahku.. semoga tidak melihat kesini.." Batin Alfarani penuh harap, ia terus berjalan pelan dengan berusaha agar langkah kakinya tidak terdengar oleh mereka yang sedang bermain game online.

"Hahaha!! Gue yang menang!" Teriak salah satu dari mereka dengan pandangannya teralihkan kearah seorang wanita bercadar hitam yang sedang berjalan pelan menuju depan warung pak Arman.

"Itu, Alfa, 'kan?" Gumamnya sembari menyipitkan matanya.

"Kita main lagi! Kali ini pastilah gue yang menang!" ujar lainnya sembari melirik lelaki yang menjadi pemenang itu.

"Kau, melihat apa Gabriel?" Tanya Dino, sahabat lama Gabriel sejak SD. Pandangannya ikut menoleh ke arah yang dilihat oleh Gabriel.

"Itu, Alfa, 'kan? Dia pakai cadar? Pantesan, disekolah selalu pakai masker ternyata karena itu.." Teriak Dino yang membuat langkah Alfarani semakin cepat untuk segera membeli gula dan garam lalu pulang.

"Suaranya.. terasa tidak asing.. ternyata! ketiga cowok nakal itu!" Gumam Alfarani dengan melirik sekilas kearah mereka.

"Aakhh! kenapa pula harus bertemu dengan mereka bertiga disini? tidak cukup apa jika hanya bertemu di sekolah?!"

Terpopuler

Comments

Laksana mutiara🥀

Laksana mutiara🥀

jalan cerita nya membingungkan

2023-05-30

1

Laksana mutiara🥀

Laksana mutiara🥀

Maaf kak, ini maksudnya alfarani berbicara dengan teman nya? atau diri sendiri..

2023-05-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!