"Mondok? entahlah ...'
Pada tahun 2019. sebelum dirinya lulus dari SD ia berjualan kue untuk bisa membiayai dirinya sendiri yang ingin mondok di pesantren Al-fatih, yang berada di Tasikmalaya.
Namun, uang hasil kerja kerasnya yang telah terkumpul dan cukup membiayai dirinya mondok setelah lulus SD telah hilang setelah banjir melanda kampungnya.
"Kemana uangku?!" ujar Alfarani yang masih berumur 12 tahun, saat banjir telah surut dan uang simpanannya habis tak tersisa.
"Hikss.. hikss.. Ibu, uangku kemana.. ?" tanya Alfarani kepada ibunya sembari membawa sebuah kaleng besar dikedua tangan mungilnya.
"Uangmu tidak ada, nak?!" Kejut sang ibu dengan membuka kaleng tersebut dan ternyata bagian bawahnya telah berlubang.
"Hikss.. hikss.. Uangku kemana, ibu!!" Jerit Alfarani dengan tangisannya yang menjadi-jadi.
Uwekk! Uuwekk!
"Coba kamu carilah disungai, karena air tadi telah surut dan kembali kesungai belakang rumah kita." Jawab sang ibu yang tak tega dan ingin membantu. Namun, dirinya sedang sibuk mengurusi sang adik yang rewel.
Setelah mendengarnya, Alfarani dengan cepat berlari kebelakang rumahnya yang terdapat sungai.
Byurr!
"Dimana.. dimana.. ?" batin Alfarani saat dirinya telah menyelam ke sungai sembari mencari uangnya.
Hingga menjelang sore, Alfarani terus saja mencari uangnya itu.
"Itu!" Girang Alfarani saat melihat sebuah kertas basah yang mengambang di atas permukaan air sungai.
"Yahh! Hanya satu?!" Lesunya saat melihat uang miliknya yang sebelumnya telah terkumpul dengan begitu banyak, sekarang hanya tinggal satu?
Mentari telah berganti tugas dengan sang rembulan, Alfarani kembali pulang dengan pakaian basah dan tubuh serta kedua bibirnya yang bergetar hebat.
"Ya Allah, nak!" Kejut sang ibu seraya dengan cepat mengelap tubuh Alfarani dengan handuk.
"Ibu.. Hiks! Uangku.. hilang.. !" Alfarani kembali menangis kencang.
Wajarlah, 'ya? Anak kecil diumur 12 tahun yang kehilangan uang 3 jutanya yang ia kumpul selama beberapa tahun menghilang dalam sekejap.
Dan sekarang, ia telah berumur 14 tahun dan akan lulus dari SMP satu tahun kemudian.
Seminggu telah berlalu ..., Alfarani kembali bersekolah menggunakan sepeda matic milik sang kakak dengan ditemani sang Mily, kucing kecilnya berkhas anggora dengan santai nangkring di pundaknya.
"Jadi pusat perhatian deh gara-gara kamu!" batin Alfarani saat menyadari tatapan semua orang terhadapnya.
Setelah dirinya memarkirkan motor matic tersebut, ia menarik lembut tubuh Mily dari hijabnya yang terasa seperti di tarik oleh cakaran Mily.
"Jangan manja!" Tegas Alfarani setelah menaruh tubuh Mily untuk berjalan di tanah.
"Meong! Meong!" berkali-kali tubuh Mily terus saja berguling-guling di atas tanah.
"Baiklah! Okay!" ujar Alfarani kesal seraya menundukkan tubuhnya agar Mily bisa melompat ke atas bahunya kembali.
'Meong!' Mily yang sangat senang langsung melompat dan mencengkram cakarannya agar dirinya tak jatuh di hijab Alfarani.
Alfarani berjalan menuju kelasnya dengan dipandangi para siswi yang merasa gemas dengan Mily.
"Gemas sekali kucingnya!"
"Lucu deh, pengen gendong, boleh?" tanya seorang siswi kepada Alfarani.
Alfarani tersenyum seraya mengangguk. Namun, Mily lah yang menolaknya mentah-mentah dengan ekornya yang terhempas ke wajah siswi tersebut.
"Maaf, sepertinya Mily tidak menginginkan nya." ujar Alfarani yang gak enak hati saat melihat kelakuan Mily yang sombong.
"Baiklah.. " jawab siswi itu dengan lesu.
"Mily! Kamu jangan seperti itu dong!" bisik Alfarani kepada Mily disampingnya yang terlihat acuh.
Saat dirinya berjalan menuju kursi, sepasang kedua mata tajam nan hitam terlihat dari balik ekor matanya.
Dan dengan kedua bola mata Alfarani yang selalu terlihat tajam kepada lelaki ajnabi, ia pun menoleh dan membalas menatap tatapan tajam nan mencekam lainnya yang diperlihatkan seorang lelaki yang tengah terduduk di paling belakang.
1 detik, 2 detik, tatapan tajam siswa tersebut tak berkedip sama sekali dan tak pernah menoleh ke yang lain.
3 detik, 4 detik dan yang ke 5 detik, barulah Alfarani sadar dan menundukkan pandangannya dari siswa tersebut.
"Siswa pindahan tahun lalu itu mengapa terlihat sangat menyeramkan?" batin Alfarani saat terus menyadari tatapan siswa itu yang terasa mencekam didalam tubuhnya.
Singg!
"Meong! Khee!!" Mily secara tiba-tiba terasa terancam saat melihat siswa itu.
"Mily! Tenang!" bisik Alfarani saat melihat bulu putih dipunggung Mily terangkat naik keatas menandakan ada bahaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
վմղíα | HV💕
KK bawa iklan
2023-06-04
1
Susi Putri
tidak hanya anak kecil 🤭 yang sudah dewasa aja juga bisa menangis terseduh seduh 😁
2023-05-29
1
Laksana mutiara🥀
lanjut thor
2023-05-25
1