Keberuntungan dan kebetulan

"Kenapa kamu kesiangan Fik?" Tanya lelaki yang berparas lebih tenang, memakai kacamata terkesan orang yang genius.

"Tadi aku susah cari angkutan umum sih." Jawab Fika dengan nada malas.

"Eh Edo, aku mau lihat dong tugas yang Pak Bagas aku belum paham." Lanjut Fika yang tampak sedikit pusing karena praktek TIk bukanlah ahlinya.

"Gampang kok, nanti aku bantuin ngerjainnya." Jawab Edo. "Aku duluan ya, aku mau nyari guru dulu buat mapel kedua ini." Pamitnya pada Fika, tanpa menunggu jawaban Edo sudah berlari ke arah ruang guru yang ada di lantai dua.

Semakin tidak tenang saja, bagaimana bisa Fika membiarkan tugasnya yang belum tersentuh sama sekali. Dia harus berharap pada siapa lagi untuk mengerjakan tugas yang berakhir hari ini juga.

Di dalam kelas hanya ada dirinya seorang, Fika tampak murung saja membayangkan bagaimana tugasnya akan selesai? Karena kesulitan itu Fika sampai mengabaikan untuk jajan di kantin sesaat sebelum masuk lagi ke kelas.

Tidak ada waktu, mungkin ruang komputer juga akan dipakai oleh anak kelas lainnya.

"Fik, boleh pinjam buku Bahasa Jepangnya gak?" Seseorang berbicara padanya.

Fika masih cemberut tak memperdulikan siapa yang bicara padanya saat itu. Dengan mudah juga Fika menyerahkan buku Bahasa Jepang untuk dipinjamkan.

Anggi melihat Fika dan membuatnya penasaran juga, dia hanya ingin menegurnya berbasa-basi saja sampai beralasan ingin meminjam buku.

Karena Fika tidak terlalu banyak bicara Anggi kembali duduk di belakang Fika saat itu, dia masih bertahan memandangi Fika yang tampak gelisah tidak tenang.

Tak lama suara anak-anak lain terdengar. Orang pertama yang masuk adalah Edo, ketika melihatnya Fika sangat sumringah senang apalagi dia harus mengingatkan Edo agar mau membantunya.

Fika berdiri dia hampir ingin berjalan mendekati Edo, namun perhatian Edo langsung teralihkan oleh serli saat itu dan tidak mungkin Fika mengganggu keduanya. Akhirnya dia harus menyesal dan kembali duduk di kursi.

"Fik geser dong!" Pinta Yunita saat itu. Fika hanya melihatnya saja mengabaikan apa yang diucapkan Yunita.

"Yah bad mood lagi." Gerutu Yunita dan memilih mengalah duduk di tempat kosong.

Ketika Yunita duduk di sampingnya, hal itu tidak membuat Fika bisa mengendalikan dirinya. Yang terjadi Fika sangat badmood dan tidak mendengarkan apapun yang dikatakan Yunita.

"Fik, kalau punya adat tuh jangan di habisin sendiri. Diajak ngobrol baik-baik manyun aja terus." Yunita masih menasehatinya yang mungkin itu sia-sia karena Fika tak akan mendengarkannya.

"Kenapa sih? Diputusin pacar ya?" Celetuk Yunita sengaja memancing amarah Fika saat itu.

Tampak terlihat jelas Fika langsung melotot marah. Dia paling tidak suka kalau disindir tentang pacar atau dituduh punya pacar.

"Ia maaf." Sambil tersenyum Yunita meminta maaf.

"Yun, aku gak bisa ngerjain tugas Pak Bagas nih." Cetus Fika mulai menjelaskan apa yang membuatnya merasa sangat sulit.

"Wah mampus dong, mana bisa aku juga ngerjain tugas Pak Bagas aku aja tadi dapat dari si Faras." Jawab Yunita tak terdengar sebagai suatu solusi yang baik.

Apa boleh buat selain pada Edo dan Yunita dia tidak mungkin bertanya pada anak yang lain. Dia sudah bisa menebaknya apa yang akan dia dapatkan, tentu saja sebuah ejekan.

Matanya beralih menatap Edo yang masih saja sibuk mengobrol dengan Serli. Sebuah obrolan asyik dan tak mungkin dia menjadi orang ketiga yang akan mengganggu.

"Selamat siang anak-anak." Terdengar Bu Patricia mengucapkan salam. Bu Patricia adalah guru bahasa Inggris dan dia non muslim di sekolahnya.

"Kumpulkan tugasnya sekarang!" Tiba-tiba pernyataan itu langsung membuat hati Fika semakin gemetar takut.

Dengan pelan dan hati-hati Fika membuka tasnya, mencari buku Bahasa Inggris tepat di dalamnya ada tugas yang harus diserahkan. Tapi dari awal dia merasa tidak baik-baik saja, selain sudah salah jadwal yang pasti dia juga salah membawa semua buku hari ini.

Benar saja, terlihat dari ekspresi Fika saat itu sudah menjelaskan jika dia sama sekali tidak membawa buku.

"Siapa yang belum mengumpulkan buku tugasnya?" Tanya Bu Patricia.

Semakin gentar, jantungnya berdegup seperti irama rock yang mendebarkan. Fika berdiri ragu-ragu sekaligus dia ketakutan, mengangkat sebelah tangan kanannya.

"Ada lagi?" Tanya Bu Patricia pada yang lain.

"Anggi? Loh kalau ini buku apa yang kamu kumpulkan?" Tiba-tiba Bu Patricia menyebut nama Anggi.

Fika langsung menoleh dan melihat Anggi berjalan ke depan meja Bu patricia, mengambil buku di tangan Bu Patricia.

"Itu buku kelas X Bu, saya salah bawa bukunya." Jawab Anggi enteng, kemudian dia kembali ke kursinya lagi.

Fika hanya melongo heran karena bisa kebetulan Anggi juga tidak mengumpulkan buku, namun sedikit terasa lega karena akhirnya dia ada temannya juga.

"Rupanya hanya kalian berdua. Silahkan untuk keluar!" Ucap Bu Patricia.

Seperti yang sudah diketahui oleh semua murid di SMA itu, Bu Patricia dengan keputusannya yang tidak bisa ditawar lagi, apa boleh buat Fika yang tertunduk bersalah sekaligus malu berjalan melewati semua temannya. Terkecuali Anggi yang tampak sangat senang sekali ketika bisa keluar dari kelas.

"Huuuuu..." Sorak anak-anak yang melihat Anggi tampak senang.

Fika hanya menunduk dan menganggap jika dia diejek lagi.

"Anggi! Kamu ini." Bentak Bu Patricia, namun apa yang diperbuat Anggi saat itu berhasil membuat dirinya lolos lagi dari hukuman Bu Patricia, karena Anggi langsung berlari meninggalkan kelas dan Bu Patricia tak sempat mengatakan hukuman apa yang akan diterima Anggi lagi.

"Angkutan umum tiba-tiba tidak ada, kesiangan datang ke sekolah, salah melihat jadwal, salah membawa buku, dan terakhir tugas Pak Bagas." Gumam Fika pada dirinya sendiri.

"Ke ruang komputer yuk!" Suara itu langsung membuyarkan pikiran Fika. Saat menoleh dia melihat Anggi yang entah sejak kapan dia berdiri di sampingnya.

Fika segera menjauh menjaga jarak, tak langsung menjawabnya, Fika melihat lagi Anggi yang saat itu masih tetap berjalan cuek. "Tugasnya mau dikerjain enggak?" Ucap lagi Anggi.

Fika terperanjat mendengarnya setelah diingatkan lagi. "Hah, tugas?" Ucap Fika.

Namun Anggi hanya sekali melihat Fika dan mengabaikannya, dia berjalan cepat ke arah ruangan komputer sampai Fika tertinggal di belakang.

Penasaran dengan ucapan Anggi, apakah dia bermaksud untuk membantunya untuk mengerjakan tugas Pak Bagas?

Awalnya ragu-ragu namun karena dia cukup perlu sekali dengan tugas itu, tidak ada alasan untuk bersikap jaim di hadapan Anggi.

"Em. Kamu ngerjain tugas juga?" Tanya Fika pada Anggi yang saat itu sibuk mengotak ngatik komputer.

Sepertinya sekarang adalah keberuntungannya karena ruang komputer tidak diisi oleh kelas lain, artinya Fika bisa mengerjakan tugas.

"Cepat kerjain tugasnya, nah komputernya!" Ucap Anggi sambil menunjukkan komputer yang sudah hidup tepat di sampingnya saat itu.

Fika sangat senang sampai dia tidak tahu harus mengatakan apa, dia tersenyum lebar dan tidak sungkan lagi untuk bertanya pada Anggi.

Episodes
1 Fika dan Anggi
2 Keberuntungan dan kebetulan
3 Tak bisa ditebak
4 Fika marah
5 Masalah yang disembunyikan Fika.
6 Mungkinkah masalah yang sama?
7 Diantara keduanya
8 Hal yang paling berarti bagi Anggi
9 Minggu pagi bagi Yunita
10 Pencarian ayah fika
11 Bertepuk sebelah tangan
12 Kehidupan Anggi.
13 Sesuatu yang berbeda
14 Berita duka
15 Kejanggalan yang dirasakan Anggi
16 lika-liku kehidupan Fika
17 Rencana secarik kertas
18 Insiden kebakaran
19 Kepergian Pak Han
20 Pengorbanan terakhir Pak Han
21 Adik Pak Han
22 Tangisan orang-orang
23 Pengganti Pak Han
24 "Orang yang diam-diam pintar." Pujian Bu Farida.
25 Perubahan sikap Fika, kenapa?
26 Kau benar-benar kebalikan Pak Han.
27 Apa mungkin karena Edo?
28 Fika dan Edo, sesuatu diantara mereka.
29 Janji di warung depan sekolah.
30 Kekhawatiran Fika
31 Pertemuan di tepi danau
32 Sesuatu dibalik ucapan Fika.
33 Awal, titik temu.
34 Sesuatu yang tidak wajar dibalik kematian Pak Han.
35 Tragedi mobil
36 Pelakunya adalah orang yang ada di rumah.
37 Penjaga yang hilang dari rumah
38 Fika
39 Apa yang disembunyikan Fika?
40 Tentang pembicaraan Yunita
41 Pesan tersurat
42 Agenda makan malam
43 Sikap Edo yang asli
44 Rapat sekolah
45 Kebetulan dan kebenaran yang nampak
46 Penyelidikan yang dilakukan Anggi
47 Kecelakaan kedua kalinya
48 Pertemuan Fandi dengan Fika.
49 Alasan yang ditemukan
50 Rencana Fandi.
51 Diantara Fika dan Edo
52 Masalah yang disembunyikan Fika
53 isi rekaman cctv
54 Kabar duka Nenek Yunita.
55 Persiapan acara makan malam
56 Kamera tersembunyi di kamar Fandi.
57 Kabar mengejutkan pernikahan Pak Rendra.
58 Perkenalan keluarga
59 Berita di Media Sosial
60 Semua mengkhawatirkan Fika.
61 Penuh rencana
62 Kabar Ibunya fika
63 Keberuntungan, akhirnya.
64 Pemindahan Ibunya Fika ke rumah sakit lain
65 Perubahan rencana
66 Penolakan ke 2
67 Tak berdaya
68 Bukti dari kecurigaan Fandi
69 Kemana perginya anggi
70 Fitnah yang diterima Fandi
71 Pelaku yang sudah diduga
72 Reputasi hancur
73 4 Tahun berlalu
74 cerita Yunita dan Fandi di pertemuan mereka
75 Kabar bahagia
76 Kembali ke Tanah air
77 Bunga kering
78 Hari kesedihan Fika
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Fika dan Anggi
2
Keberuntungan dan kebetulan
3
Tak bisa ditebak
4
Fika marah
5
Masalah yang disembunyikan Fika.
6
Mungkinkah masalah yang sama?
7
Diantara keduanya
8
Hal yang paling berarti bagi Anggi
9
Minggu pagi bagi Yunita
10
Pencarian ayah fika
11
Bertepuk sebelah tangan
12
Kehidupan Anggi.
13
Sesuatu yang berbeda
14
Berita duka
15
Kejanggalan yang dirasakan Anggi
16
lika-liku kehidupan Fika
17
Rencana secarik kertas
18
Insiden kebakaran
19
Kepergian Pak Han
20
Pengorbanan terakhir Pak Han
21
Adik Pak Han
22
Tangisan orang-orang
23
Pengganti Pak Han
24
"Orang yang diam-diam pintar." Pujian Bu Farida.
25
Perubahan sikap Fika, kenapa?
26
Kau benar-benar kebalikan Pak Han.
27
Apa mungkin karena Edo?
28
Fika dan Edo, sesuatu diantara mereka.
29
Janji di warung depan sekolah.
30
Kekhawatiran Fika
31
Pertemuan di tepi danau
32
Sesuatu dibalik ucapan Fika.
33
Awal, titik temu.
34
Sesuatu yang tidak wajar dibalik kematian Pak Han.
35
Tragedi mobil
36
Pelakunya adalah orang yang ada di rumah.
37
Penjaga yang hilang dari rumah
38
Fika
39
Apa yang disembunyikan Fika?
40
Tentang pembicaraan Yunita
41
Pesan tersurat
42
Agenda makan malam
43
Sikap Edo yang asli
44
Rapat sekolah
45
Kebetulan dan kebenaran yang nampak
46
Penyelidikan yang dilakukan Anggi
47
Kecelakaan kedua kalinya
48
Pertemuan Fandi dengan Fika.
49
Alasan yang ditemukan
50
Rencana Fandi.
51
Diantara Fika dan Edo
52
Masalah yang disembunyikan Fika
53
isi rekaman cctv
54
Kabar duka Nenek Yunita.
55
Persiapan acara makan malam
56
Kamera tersembunyi di kamar Fandi.
57
Kabar mengejutkan pernikahan Pak Rendra.
58
Perkenalan keluarga
59
Berita di Media Sosial
60
Semua mengkhawatirkan Fika.
61
Penuh rencana
62
Kabar Ibunya fika
63
Keberuntungan, akhirnya.
64
Pemindahan Ibunya Fika ke rumah sakit lain
65
Perubahan rencana
66
Penolakan ke 2
67
Tak berdaya
68
Bukti dari kecurigaan Fandi
69
Kemana perginya anggi
70
Fitnah yang diterima Fandi
71
Pelaku yang sudah diduga
72
Reputasi hancur
73
4 Tahun berlalu
74
cerita Yunita dan Fandi di pertemuan mereka
75
Kabar bahagia
76
Kembali ke Tanah air
77
Bunga kering
78
Hari kesedihan Fika

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!