Tapi apa yang dilakukan oleh Pak Darmawan ternyata tidak mempengaruhi hubungan Byantara dan Sella. Bahkan Anggita akhirnya mengetahui kalau Byantara memberikan sebuah Apartemen buat Sella, ketika itu Pak Darmawan sudah mulai sakit-sakitan dan sudah mulai tidak aktif lagi di PT. Luxirindo, yang mulai memegang peranan di perusahaan adalah Byantara. Bahkan Byantara sudah diangkat menjadi Presiden Direktur menggantikan Pak Darmawan.
Anggita pun tidak berani lagi melaporkan hal itu pada Pak Darmawan, Anggita tidak ingin mengganggu pikiran Pak Darmawan yang sedang sakit.
Anggita sendiri sebenarnya juga mempunyai kedudukan di PT. Luxirindo, bahkan Anggita diangkat menjadi asisten Byantara. Pak Darmawan mengerti Anggita yang pintar berbisnis, dia ingin Anggita membantu Byantara agar perusahaan mereka semakin maju.
Itulah hal kedua yang tidak disukai Byantara, Byantara merasa Anggita sepertinya ingin bersaing dengannya, dengan semua planning yang dia siapkan untuk memajukan perusahaan mereka.
"Jangan-jangan dia ingin memiliki usaha dan seluruh harta keluargamu Byan! Kalau tidak mengapa ayah mu masih belum mau mewariskan usahanya dan seluruh hartanya pada mu, mengapa harus menunggu kau menikah dengannya dulu, bahkan dengan syarat dua puluh persen menjadi miliknya", ujar Sella mulai mempengaruhi Byantara , saat Byantara menceritakan unek-unek nya karena kesal pada Anggita, dan merasa tersaingi oleh Anggita, juga merasa Anggita selalu menentang keputusannya.
Saat itu Byantara lupa kalau dia pernah menganggap Sella adalah perempuan polos yang sama sekali tidak mengerti bisnis, malah Byantara terpengaruh dengan perkataan Sella!
*********
Anggita memilih tinggal di salah satu kamar kecil karena hari sudah gelap, dia akan pergi besok pagi saat langit sudah terang. Anggita hanya membawa koper kecil dan memasukkan beberapa baju yang suka dia pakai seberapa muat koper nya saja.
Tok..tok..tok.. terdengar pintunya diketuk dari luar.
Anggita segera menghapus air matanya, Anggita wanita yang keras hati, pantang baginya kalau sampai ada yang melihat kelemahannya itu.
"Ibu", panggil Anggita saat membuka pintu kamar dan melihat Bu Darmawan berdiri di hadapannya mematung, dan sepertinya Bu Darmawan juga habis menangis, mungkin masih sedih ditinggal Pak Darmawan.
"Ayo, masuk Bu", ujar Anggita menarik pergelangan tangan Bu Darmawan dan mengajak Bu Darmawan untuk duduk di atas tempat tidur single itu.
"Maafkan ibu sayang, apapun yang ibu katakan, Byan tidak pernah mau mendengarkannya. Byan terlalu sombong, kau tahu sendiri omongan ibu di keluarga ini sama sekali tidak ada artinya. Di keluarga ini hanya pria yang berhak memutuskan dan wanita tidak bisa memberikan pendapat. Pak Darmawan mulai berubah sejak kehadiran mu, tapi Byan tidak terima dan ingin mengembalikan seperti awal lagi!", ujar ibu Darmawan dengan sedih dan memeluk Anggita.
"Maafkan Gita Bu, mulai besok Gita tidak bisa menjaga ibu lagi. Gita akan pergi dari sini Bu, sebelum mas Byan lebih marah lagi", ujar Anggita sedih.
"Anak itu terlalu, otaknya sudah dibutakan oleh harta dan kekuasaan saja!", keluh Bu Darmawan.
"Tidak apa-apa Bu, pada awalnya aku juga bukan siapa-siapa, memang harta keluarga Darmawan adalah hak miliknya semua, dia adalah anak kandung keluarga Darmawan, sedangkan saya hanya anak angkat saja", ujar Anggita berusaha tersenyum pada Bu Darmawan.
"Tapi ibu sudah menganggap kau seperti anak kandung ibu sendiri, apalagi setelah kau menikah dengan Byantara", ujar Bu Darmawan sedih
"Kau terlalu mengalah padanya. saat dia meminta kau untuk menandatangani surat itu. mengapa kau setuju? Padahal Pak Darmawan sudah dengan ikhlas mewariskan dua puluh persen harta keluarga Darmawan pada mu!", sambung Bu Darmawan menyesali tindakan Anggita
"Sebetulnya aku hanya ingin membuktikan pada mas Byan, kalau aku bukan mencintainya karena menginginkan harta dan kekuasaan keluarga Darmawan Bu, tapi ternyata aku tetap saja tidak bisa menghapus pikiran jeleknya pada ku", sahut Anggita menghela nafas.
"Tapi tidak apa-apa Bu, aku juga merasa tidak pantas, kalian sudah menjaga ku sampai aku dewasa seperti sekarang ini saja aku sudah sangat bersyukur Bu", jawab Anggita memeluk Bu Darmawan dan menepuk-nepuk punggung Bu Darmawan untuk menenangkan hati Bu Darmawan.
"Kau akan ke mana Gita? Bawalah ini bersama mu, ibu hanya bisa membantu mu ini saja", ujar Bu Darmawan memberikan sebuah amplop dengan isi yang lumayan tebal.
"Tidak Bu, ibu dan ayah sudah begitu baik pada ku selama ini saja aku sudah merasa bersyukur. Aku masih bisa mencari uang untuk keperluan ku sendiri Bu", tolak Anggita.
"Ambillah Gita, kalau kau ingin hati ibu lebih tenang kau ambil ini!", paksa Ibu Darmawan lagi menyodorkan amplop itu.
"Baiklah Bu, kalau uang ini tidak terpakai, suatu hari aku akan mengembalikan kepada ibu lagi", janji Anggita.
Anggita sangat percaya diri, dia yakin kalau dia pasti bisa menghidupi dirinya sendiri. Setidaknya pengalaman dia bekerja di perusahaan sang ayah angkat sudah pasti akan membuat dia mudah diterima oleh perusahaan manapun, apalagi dulu Anggita sering mengikuti sang ayah kalau sedang mengadakan pertemuan dengan partner kerja perusahaan mereka dan Anggita cukup mengenal sebagian partner sang ayah.
"Kau jangan pikirkan itu, ibu tidak butuh itu! Kau tahu sendiri kalau ibu mau minta pada Byantara juga mudah Gita. Pokoknya kau bawa uang itu, setidaknya untuk sewa tempat yang layak untuk kau tinggal!", pesan Bu Darmawan dengan raut wajah sedih.
"Harapan ibu suatu hari Byantara akan sadar kalau dia sudah membuang mutiara di sisinya, ibu harap saat itu kau mau memaafkan Byantara. Ibu masih berharap kau menjadi anak ibu dan menantu ibu", ujar Bu Darmawan kembali meneteskan air mata.
Demi menghibur Bu Darmawan Anggita mengangguk dan tidak memberi komentar apapun lagi.
Biarlah ku iyakan saja permintaan ibu, aku tak boleh membuat ibu lebih sedih lagi. Tapi aku janji aku tak akan menginjakkan kaki ku di Mansion ini, hanya untuk kembali kepada Byantara. Kesabaran ku sudah cukup sampai di sini. Aku juga mempunyai harga diri!, janji Anggita dalam hati.
"Andai saja saat ini kau sudah hamil, tentu Byantara tidak akan seperti itu Gita. Ibu selalu berdoa agar kau cepat punya anak, agar hubungan mu bisa jadi lebih baik. Sayang Tuhan belum mengijinkan", ujar Bu Darmawan sedih.
Anggita hanya kembali mengangguk.
Maafkan aku Bu, aku tidak bisa memberitahu mu kalau aku sedang hamil cucu mu. Sampai sekarang aku tidak pernah mengerti mengapa Byantara selalu berkata kalau itu bukan anaknya! Dia tidak mau mengakui benih di rahimku, aku juga tidak mungkin memaksa dia untuk mengakuinya. Sudah cukup sekali aku memaksa dia untuk menikahi ku. Biarlah kali ini akan menjadi rahasia ku selamanya, putus Anggita dalam hati.
Bersambung..........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
setrong, Gitaaa 💪🏻💪🏻💪🏻✊️✊️✊️💙💙💙
2024-01-06
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
walah Sella .... ternyata yaaaa ... muka bayik tp lidah ular ...
2024-01-06
0
Uthie
Saya suka kali ceritanya 👍😀
suka juga karena sikap Anggita yg tegas.. dan berprinsip 👍👍👍😏
gak mudah di sepelekan dan diinjak-injak oleh seorang lelaki, sekali pun dia adalah yg dicintainya 👍👍👍
suka kalau perempuan mau bangkit dan membuktikan pada laki yg gak tau diri soal harga dirinya tsb 👍👍😏
2023-06-21
1