Kirana merasa ingin muntah ketika Indra penciumannya menghirup aroma alkohol yang begitu pekat dari dalam mobil ini, kaki Kirana menendang satu botol yang ia percayai adalah botol minuman beralkohol. Kirana melihat ke arah salah satu lelaki yang kini sedang memeganginya dengan erat kemudian salah satu lelaki yang lain sudah berada di kursi kemudi seakan siap untuk melesatkan mobil ini menuju tempat yang mereka inginkan.
Tangan Kirana membuka tas dindingnya kemudian mengambil sebilah pisau lipat dari dalam tas kerjanya, setiap hari Kirana pulang larut malam jadi iya untuk berjaga-jaga membawa pisau lipat di dalam tasnya, tidak disangka hal itu berguna juga. Kirana mengambil pisau lipat itu dari dalam tas kemudian menusukkan ke tangan lelaki yang ada di sampingnya. Lelaki paruh baya itu langsung memekik kesakitan sembari memegangi tangannya yang sudah berdarah-darah, Kirana buru-buru membuka pintu mobil kemudian berlari menjauh, Kirana masih bisa mendengar umpatan para lelaki itu, Kirana mendengar suara pintu mobil yang dibanting ia semakin percepat larinya karena tidak ingin tertangkap oleh salah satu lelaki lain yang tadi sudah duduk di kursi kemudi.
"Berani sekali kau melukai sahabatku. Aku pastikan kau akan menderita ketika berhasil aku tangkap!" ancam lelaki yang berkepala botak itu sembari mengejar Kirana dari arah belakang.
"Aku tak boleh tertangkap olehnya," batin Kirana dengan menoleh ke arah belakang.
Tubuh Kirana mundur beberapa langkah ke belakang setelah ia menabrak seseorang, Kirana menatap ke arah orang yang ia tabrak tadi dan itu ternyata pak Saka. Kirana langsung memeluk tubuh lelaki itu, isak tangis terdengar keluar dari bibirnya yang bergetar ketakutan.
"Pak Saka tolong saya ... Pak Saka tolong saya," kata Kirana tanpa melepaskan pelukannya dari tubuh kekar lelaki itu.
Salah satu tangan Pak Saka memeluk tubuh Kirana, perasaan nyaman dan juga tenang tiba-tiba mengalir di tubuh Kirana tetapi itu tidak membuat rasa takutnya melebur begitu saja. Kirana memejamkan kedua bola matanya saat ia menyadari jikalau kedua orang lelaki yang tadi mengganggunya sudah berdiri di belakangnya.
"Lepaskan dia! Wanita itu milik kami," kata salah satu lelaki paruh baya itu dengan tangan hendak menarik baju Kirana.
Tangan Pak Saka terulur untuk menggenggam pergelangan tangan lelaki itu dengan begitu erat sekali seakan Pak Saka hendak meremukkan tulang belulang lelaki kurang ajar itu dengan genggaman tangannya.
"Saya tidak mengenal mereka, saya tidak mau ikut dengan mereka, Pak Saka tolong saya," pinta Kirana sembari menengadahkan wajah melihat kearah Pak Saka. Bulir-bulir air matanya berjatuhan membasahi kedua pipi hingga membuat alis dan juga hidungnya memerah.
"Cantik," batin Pak Saka ketika melihat ke arah wajah Kirana.
"Jangan banyak bicara dan serahkan wanita itu padaku atau kami akan menghabisimu," teriak salah satu lelaki yang tangannya tadi sempat Kirana tusuk menggunakan pisau lipat.
"Jaga ucapanmu jika berbicara denganku." Sembur Pak Saka dengan kilatan mata iblis mulai nampak di kedua kornea matanya.
"Kalau begitu berarti kamu memilih mencari masalah dengan kami." Setelah bicara lelaki itu langsung menyerang Pak Saka.
Tangan Pak Saka yang satunya memeluk tubuh Kirana sedangkan tangan yang satunya lagi mulai terarah untuk memukuli Kedua lelaki kurang ajar itu tak butuh waktu lama Kedua lelaki itu langsung kabur terbirit-birit masuk ke dalam mobil dengan luka parah di bagian wajah mereka, salah satu diantara mereka bahkan sampai terpincang-pincang dikarenakan Pak Saka menendang bagian lutut depannya dan mungkin saja itu mengakibatkan kaki lelaki itu patah.
Sejak dari tadi Kirana tidak berani membuka matanya ia memeluk Pak Saka dengan semakin erat. Di dalam hati Kirana berdoa semoga saja bosnya ini bisa menyelamatkannya dari kedua lelaki tak bermoral itu.
Pak Saka memperhatikan wajah cantik Kirana, kedua bola mata wanita itu masih terpejam dengan begitu erat dan bibirnya bergetar sungguh membuat Pak Saka gemas melihatnya. Tangan Pak Saka terulur hendak menyibakkan beberapa sulur anak rambut yang menutupi wajah cantik wanita itu, tetapi ketika tangannya belum sampai menyentuh wajah Kirana, kedua manik mata wanita itu sudah terbuka. Pak Saka kembali memasang wajah datar dengan tatapan lurus ke depan.
"Kedua lelaki itu sudah pergi," kata Pak Saka.
Kirana buru-buru melepaskan pelukannya saat menyadari jikalau Kedua lelaki itu ternyata telah kalah oleh bosnya. "Auch, sakit sekali," petik Kirana ketika ia melangkah mundur dan tidak sengaja kakinya menginjak batu kecil di aspal.
Kiana menundukkan pandangannya melihat ke arah telapak kakinya yang sudah terluka dan terdapat beberapa sobekan yang mengeluarkan darah di telapak kakinya, pantas saja rasanya begitu nyeri sekali.
Pak Saka mulai memperhatikan Kirana kemudian membopong tubuh wanita itu tanpa meminta izin terlebih dahulu.
"Pak turunkan saya," kata Kirana.
"Jika aku membiarkanmu berjalan maka lukamu itu akan semakin bertambah parah dan besok kamu akan memiliki alasan untuk tidak berangkat bekerja," kata Pak Saka dengan wajah datarnya.
"Lelaki ini benar-benar tidak memiliki hati, dia tahu aku baru saja terkena musibah dan malah masih memikirkan besok aku berangkat bekerja atau tidak," batin Kirana mulai merasa jengkel dengan bosnya ini.
Tanpa bicara tak Saka membopong tubuh Kirana melangkah menuju ke mobil wanita itu.
"Mobil saya mogok, Pak. Bisakah saya menumpang mobil Anda karena saya takut berada di tempat ini sendirian," kata Kirana dengan suara sesenggukan.
"Aku tidak akan membiarkanmu sendirian! Aku akan pergi setelah suamimu datang," jawab Pak Saka sembari menatap ke arah Kirana. Air mata wanita itu sudah berhenti mengalir tetapi masih ada sisa-sisa cairan bening yang menempel di bulu lentik matanya, hal itu membuat Pak Saka semakin memuji kecantikan Kiana di dalam hati.
"Suami saya sedang pergi ke luar negeri dan mungkin dia akan sibuk bersama yang lain tanpa perduli dengan apa yang terjadi pada ...." Kirana tidak melanjutkan ucapannya ketika ia menyadari apa yang barusan dirinya katakan. Tidak seharusnya Kirana menceritakan masalah pribadi rumah tangganya kepada Pak Saka, emangnya lelaki itu akan peduli? Tentu saja tidak.
Langkah Pak Saka terhenti setelah mendengarkan apa yang Kirana katakan. Rahang tegas lelaki itu mulai mengeras hingga terlihat denyutan nadi pada pahatan rahang kokoh itu.
"Lelaki macam apa yang membiarkan istrinya di dalam bahaya dan dia sendiri pergi bersenang-senang dengan wanita lain," batin Pak Saka di dalam hati dengan sorot mata nampak menajang.
Kirana melihat ekspresi Pak Saka yang seperti sedang marah dan ini pasti karena ucapannya barusan. "Maafkan saya Pak, saya tidak bermaksud untuk menceritakan kehidupan pribadi saya tapi tadi saya hanya kelepasan bicara," kata Kirana dengan kepala yang tertunduk.
Kirana merasakan kepalanya semakin bertambah berat, Kirana memijat pelipisnya yang terasa pusing sekali hingga ia pun tidak sadarkan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments