Sikapnya Aneh Sekali

Kirana mendudukkan tubuhnya di kursi kemudian ia menyandarkan kepalanya di kursi putar dengan kedua bola mata yang terpejam, beberapa kali terlihat wanita itu menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya perlahan. Perasaan bahagia dan juga tenang selalu Kirana dapatkan ketika ia sudah sampai di perusahaan ini, mungkin bagi sebagian orang datang bekerja ialah hal yang paling menyebalkan tetapi berbanding terbalik dengan Kirana justru ia lebih betah berada di perusahaan karena tidak bisa melihat lelaki yang ia cintai sedang bercumbu dengan wanita lain di dalam kediaman mereka sendiri.

"Selamat pagi Kirana," kata seorang wanita paruh baya yang akrab dipanggil dengan nama Rosa. Usianya sekitar 30 tahun dan dia merupakan satu-satunya teman baik Kirana di perusahaan ini.

Kirana membuka kedua matanya kemudian tersenyum manis ke arah Rossa. "Selamat pagi juga Rossa," balas Kirana sembari menarik punggungnya dari kursi putar.

"Aku merasa malas sekali jika datang bekerja setiap hari tidak bisakah kita datang di hari Minggu saja dan setiap hari kita berada di rumah," canda Rossa yang langsung dijawab gilingan kepala oleh Kirana.

"Aku justru ingin berada di perusahaan ini setiap hari dan jikalau bisa aku akan membawa semua baju-bajuku ke perusahaan ini agar aku tak perlu menjejakkan kaki di rumah mewah itu," balas Kirana dengan wajah yang nampak serius.

Rossa merasa iba sekali ketika melihat bibir Kirana tersenyum tetapi Rossa tahu dengan sangat jelas jikalau di dalam hati sahabatnya itu pasti sedang menangis meratapi takdir yang tak berpihak padanya.

"Kamu pasti akan bisa melakukan itu jika menikah dengan Pak Saka," jawab Rossa asal bicara.

"Rossa, jaga ucapan kamu nanti sampai Kalau Pak Saka dengar gimana?" tanya Kirana kepada sahabatnya itu.

"Kalau sampai Pak Saka dengar maka aku akan memintanya untuk menikahi kamu, siapa tahu kamu tidak perlu menunggu sampai 10 tahun pernikahan untuk bercerai," kata Rossa sembari tersenyum manis ke arah Kirana.

"Apakah aku menggaji kalian hanya untuk berbicara saja di perusahaan ini." Sembur seorang lelaki yang tidak lain adalah Pak Saka.

Tubuh Kirana dan juga roxa langsung menegang sempurna ketika mendengarkan orang yang sedang mereka bicarakan ternyata ada di belakang mereka. Kirana dan juga Rossa segera beranjak berdiri dari posisi duduknya dengan kepala yang berbentuk.

Atmosfer di dalam ruangan ini langsung berubah menjadi pengap seakan ikut terkena intimidasi dari surat Mata tajam Pak Saka. Para pekerja lain segera menyibukkan diri mereka dengan layar berbentuk pipih yang ada di hadapannya, beruntunglah semua orang yang tadi sempat berbicara satu sama lain segera menutup mereka rapat-rapat ketika melihat Pak Saka masuk ke dalam ruangan ini dan Asia posisi Rosa dan juga Kirana membelakangi pintu masuk sehingga mereka tidak menyadari jikalau orang yang sejak dari tadi mereka bicarakan sudah mengamati keduanya sejak beberapa waktu lalu.

"Ma-maafkan kami, Pak." Hanya kata itulah yang terlontar dari dari bibir Kirana dan juga Rossa dengan kepala yang masih tertunduk.

"Lanjutkan pekerjaan kalian!" Perintah Pak Saka. Sekilas lelaki itu bersitatap dengan Rossa dan ia bisa melihat dengan sangat jelas jika kedua lupuk mata wanita itu nampak bengkak seperti menunjukkan jika dia habis menangis semalam.

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan pernikahannya? Dan Kenapa juga harus menunggu 10 tahun untuk bercerai?" Tanya Pak Saka pada dirinya sendiri. "Untuk apa aku mengurusi karyawanku mau dia bercerai ataupun menangis itu tak ada sangkut pautnya denganku." Dengan wajah datar dan juga angkuh Pak Saka melangkah menjauhi tempat ini.

***

"Kirana kamu mau ke mana?" tanya Rossa pada Kirana yang saat ini sedang sibuk membereskan peralatan kerjanya yang ada di atas meja.

"Tentu saja aku ingin pulang lebih awal," jawab Kirana.

"Tumben sekali kamu pulang lebih awal? Biasanya juga datang paling awal dan pulang paling akhir," ledek Rossa sembari berjalan di samping Kirana yang hendak keluar dari ruangan ini.

"Brian mengatakan jika ia akan pergi ke luar negeri selama beberapa hari, jadi tidak ada alasan untuk aku kerja lembur sampai tengah malam," jawab Kirana sembari mengetikkan salah satu matanya ke arah Rossa. Melihat suaminya pergi jauh dari rumah, itu sungguh membuat Kirana merasa bahagia sekali seakan ia baru saja menang undian.

"Kalau aku ditinggal suamiku pergi luar kota maka tidak bisa dipastikan memilih untuk kerja lembur di perusahaan ini," jawab Rossa pada Kirana.

"Rossa jangan samakan aku dengan kamu," kata Kirana sembari memutar kedua bola matanya malas.

Ketika Kirana dan juga Rossa hendak melewati pintu ruangan ini tiba-tiba saja Pak Saka muncul dari balik pintu dan menghentikan langkah Rossa, tapi tidak disangka justru Kirana terus melangkah hingga tubuhnya pun menabrak sosok tak Saka yang kini sedang berdiri angkuh di ambang pintu masuk ruangan ini.

"Aduh, siapa sih yang berjalan tidak lihat-lihat dulu, asal nyelonong masuk saja," kata Kirana yang tidak mengetahui jikalau Pak Saka lah orang yang sedang dia umpati sekarang.

"Kirana tutup mulutmu," berisik Rossa di dekat telinga sahabatnya itu dengan suara yang lirih 

Kirana mulai mengangkat pandangannya dan ia sangat terkejut sekali ketika netranya ini menangkap sosok Pak Saka sedang menatapnya tajam.

"Ikut ke ruangan saya sekarang!" Perintah Pak Saka sembari menatap tajam ke arah Kirana. Tanpa menunggu sahutan dari Kirana lelaki itu langsung memutar tubuhnya dan melangkah menjauhi ruangan ini.

"Kenapa Pak Saka manggil aku? Ini kan sudah waktunya pulang kerja?" tanya Kirana kepada Rossa.

"Tentu saja akan memberikan kamu hukuman, siapa suruh kamu tadi mengumpatinya seperti itu," jawab Rossa dengan mengulas senyuman manis. Rossa berharap jikalau tak Saka akan menyukai sahabatnya dan mungkin hanya dengan begitu saja Kirana bisa segera bercerai dari suaminya tanpa menunggu 5 tahun ke depan.

"Sepertinya mulutmu itu perlu aku ambilkan lakban kemudian akan aku tutup biar kamu tidak bicara macam-macam lagi," jawab Kirana yang mulai kesal melihat tingkah Rossa. "Sudah sana pulang lah aku akan pergi ke ruangan Pak Bos," sambung Kirana sembari mendorong Rossa ke arah kiri sedangkan dia berjalan ke arah kanan untuk menuju ruangan bosnya.

Kirana melihat ke arah para pegawai yang mulai berjalan menuju ke lobi utama sedangkan dirinya justru menaiki lift untuk menuju ke ruangan Pak Saka yang ada di lantai paling atas gedung ini. Entah sudah berapa kali ia bertemu dengan Pak Saka dan lelaki itu juga nampak begitu aneh menurutnya.

Saat ini Kirana sudah berdiri di depan pintu ruangan Pak Saka, tangannya sudah terangkat hendak mengetuk pintu bercat putih tulang di hadapannya, tetapi yang tidak disangka pintu itu justru terbuka dan terlihatlah Pak Saka berdiri di hadapannya sekarang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!