Cukup Ceraikan Aku

Setelah menempuh beberapa waktu perjalanan akhirnya mobil yang Kirana kemudian sampai juga di depan gerbang besi yang menjulang tinggi dengan warna hitam, gerbang itu menghalangi mata siapa saja yang ada di luar gerbang seakan menyembunyikan rumah mewah nan megah yang ada di baliknya.

Kirana membunyikan klaksonnya dua kali dan terlihatlah dua orang satpam segera membuka gerbang tersebut. Kirana kaca mobilnya mengucapkan terima kasih kepada kedua satpam itu yang selama ini selalu membukakan pintu untuknya di tengah malam.

Kirana melangkah turun dari dalam mobil, iya menatap ke arah rumah megah yang sudah 5 tahun ini ya tempati, kapan ia akan keluar dari rumah ini? Hidup di sangkar emas benar-benar tidak pernah ia inginkan.

"Semoga sang rembulan cepat pergi dan digantikan dengan mentari pagi," gumam Kirana sembari melangkah masuk ke dalam rumah.

Kirana melangkah melewati pintu utama rumah ini, terdengarlah suara yang begitu tidak asing di Indra pendengarannya wanita itu terus melangkahkan kakinya tanpa peduli dengan apa yang sedang terjadi di ruangan tengah rumah ini. Setiap pulang bekerja Kirana sudah terbiasa melihat Brian lelaki yang ia nikahi sedang bercumbu dengan wanita malam dan yang lebih menjengkelkan lelaki itu tidak kenal tempat ia akan bercinta di manapun ia mau tanpa peduli dengan kehadiran Kirana.

"Sayang kau mau ke mana?" tanya Brian.

 Lelaki itu benar-benar sudah kehilangan rasa malunya, iya bahkan benar-benar menganggap Kirana seperti patung yang tak bisa marah ataupun membuka suara karena selama ini itulah yang Kirana lakukan semenjak menikah dengannya. Kirana hanya diam tanpa mau mengawali suatu perbincangan dengan sang suami.

Kirana menarik nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan dari mulut, wanita itu menatap ke arah Brian melalui ekor matanya. "Tentu saja aku ingin beristirahat di dalam kamar, aku tidak berniat untuk bergabung dengan kalian lanjutkanlah." Setelah bicara Kirana menaiki anak tangga rumah ini buru-buru menuju kamarnya yang ada di lantai atas.

"Ayolah bergabung dengan kita, apakah kau benar-benar tidak pernah menginginkannya?" tanya Bryan dengan kedua tangan yang masih sibuk bergerilya di tubuh wanita malam yang ada di bawah kungkungannya.

"Sayang siapa dia?" tanya wanita malam itu karena merasa penasaran.

"Dia adalah istriku," jawab Ryan kemudian lelaki itu sibuk melakukan tindakan tak bermoralnya lagi.

"Dia istri kamu? Tapi kenapa dia seakan tak perduli dengan apa yang kamu lakukan," kata wanita malam itu lagi yang masih merasa penasaran.

"Aku menikah dengannya karena wasiat kedua orang tuaku yang mengatakan jikalau aku ingin mendapatkan harta warisan keluarga ini maka aku harus menikahi wanita sialan itu," jelas Brian kepada wanitanya. 

"Jika kamu tidak mencintainya lalu kenapa tidak kamu ceraikan saja dan biarkan aku yang menggantikan posisinya, aku akan selalu membahagiakanmu setiap malam dan menyambutmu dengan senyuman," pucuk wanita malam itu sembari mengarahkan jari telunjuknya menelusuri tubuh lelaki yang ada di hadapannya ini.

"Saat ini pernikahanku baru berusia 5 tahun, setelah usia pernikahanku 10 tahun maka aku akan menceraikannya," jawab Brian.

"Kenapa harus menunggu 10 tahun pernikahan?" tanya wanita malam itu yang masih merasa penasaran.

"Jangan membicarakan wanita sialan itu lagi atau aku tak akan pernah menemuimu lagi." Sembur Brian pada wanitanya. Wanita malam itu pun langsung menganggukkan kepalanya karena ia tidak mau kehilangan ATM berjalannya ini.

***

Kirana menutup pintu kamarnya. Wanita itu melemparkan tas jinjing yang sempat ia pegang ke atas ranjang lalu ia menghempaskan tubuhnya di sofa. Kirana menepuk-nepuk dadanya sendiri dengan gerakan yang perlahan mencoba untuk menstabilkan deru nafasnya yang kini sedang bekerja ekstra, hatinya teramat sakit sekali hingga bulir-bulir air mata terus berjatuhan di kedua pipinya. Selama ia menikah dengan lelaki itu hal semacam ini sudah sering dilihatnya tetapi kenapa Kirana selalu menangis dan merasakan sakit hati.

"Mama, apakah di sana Mama menyesal karena telah menjodohkan Kirana dengan lelaki tak bermoral itu? Lihatlah Mama apa yang telah dia lakukan kepada putrimu, bukan kebahagiaan yang dia berikan kepadaku tetapi hanya duka dan juga rasa sakit bahkan mungkin setelah dia menceraikanku maka aku akan mengalami trauma seumur," kata Kirana dengan air mata yang bercucuran. Wanita itu menangis sesenggukan, bulir-bulir air mata itu tak bisa berhenti bagaikan hujan yang membasahi bumi.

Kirana mengusap air matanya ia mulai tersenyum miris meratapi nasibnya sendiri. "Cukup meneteskan air mata untuk hari ini karena keesokan hari lelaki itu pasti akan membuatku menangis lagi, bersabarlah Kirana hanya kurang 5 tahun lagi kau bersamanya." Setelah bicara Kirana langsung beranjak berdiri dari posisi duduknya seakan tak pernah terjadi apapun. Wanita itu bisa menyembunyikan semua duka yang ada di hatinya dari ketenangan yang ia tunjukkan tetapi di dalam hati rasa sakitnya sungguh tak tertahankan.

Sakit tak berdarah mungkin itulah yang cocok untuk menggambarkan perasaan Kirana saat ini.

***

"Sayang siapkan sarapan pagi untukku," kata seorang lelaki yang baru saja melewati pintu dapur ini.

Kirana yang sedang melahap nasi gorengnya langsung menaruh sendoknya di atas piring kemudian mengambilkan lelaki itu sarapan pagi. Kirana mungkin memang membenci Brian tetapi wanita itu selalu bersikap baik kepada suaminya bahkan tak pernah sekalipun Kirana menolak permintaan suaminya asalkan masih masuk akal.

"Akan aku buatkan kopi," kata Kirana dan Bryan menganggukkan kepalanya. 

Selang beberapa saat Kirana membawa satu cangkir kopi lalu ditaruh di atas meja dekat dengan Brian. Kirana benar-benar menahan dirinya supaya tidak memasukkan setetes sianida ke dalam minuman sang suami, Kirana masih terlalu waras sehingga ia bisa mengontrol dirinya sebaik mungkin agar tidak menjadi pembunuh.

"Apakah malam ini kau akan pulang larut lagi?" tanya Bryan setelah melihat Kirana membereskan sarapan paginya.

"Tergantung keadaan," jawab Kirana singkat.

"Nanti malam aku tidak akan pulang, Aku harus pergi ke luar negeri selama beberapa hari," kata Brian. "Apakah kamu mau ikut denganku?" tanya Bryan sembari melihat ke arah istrinya yang kini masih berdiri di sampingnya dengan tangan membawa piring kotor di tangannya.

"Aku rasa aku tak perlu menemanimu lagi, pasti banyak wanita yang kamu bawa sehingga kamu tak akan pernah memerlukan kehadiranku," kata Kirana. Kirana mengerjap mengerjakan kedua matanya, air mata sialan ini tidak boleh sampai tumpah di hadapan lelaki tak bermoral itu.

"Kau tahu saja jika aku sudah membawa 3 orang wanita di sisiku, jika aku pulang kamu ingin aku bawakan oleh-oleh apa?" tanya Brian dengan santai seakan apa yang ia katakan sudah menjadi hal biasa baginya.

"Cukup ceraikan aku itu sudah oleh-oleh yang terindah darimu." Setelah bicara Kirana melangkah menuju wastafel kemudian mencuci piringnya. Tubuh Kirana bergetar menahan rasa sakit yang teramat sangat di dalam hatinya.

Terpopuler

Comments

Hilman damara

Hilman damara

wes ngeri ya novel terbaru ini

2023-05-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!