Jantung Kirana hampir saja meloncat dari tempatnya setelah mengetahui jikalau Pak Saka membuka pintu ruangan ini, lelaki itu mempersilahkannya masuk. Sungguh Kirana sampai gemetar hingga kedua kakinya terasa lemas, Kirana mencoba untuk tetap berdiri tegap supaya tubuhnya tidak sampai ambruk di lantai marmer ruangan ini.
Setelah Kirana masuk Pak Saka langsung menutup pintu. Kirana mengedarkan pandangannya ke sekitar, ruangan Pak Saka terlihat begitu rapi dan juga bersih, dindingnya berwarna abu-abu sedangkan perabotan yang ada di dalam ruangan ini berwarna hitam dengan gorden berwarna abu-abu senada dengan dindingnya.
Kirana tersenyum miris ketika ia menyadari jika ini untuk kali pertama dirinya masuk ke dalam ruangan kantor Pak Saka sedangkan dirinya sendiri tidak pernah masuk ke dalam perusahaan milik suaminya. Perusahaan ekspor impor yang dikelola oleh suaminya sudah bangkrut ataukah semakin bertambah besar Kirana tidak tahu dan ia pun tak mau tahu.
"Saya minta maaf, saya tadi sungguh tidak mengetahui jikalau Pak Saka yang sedang berdiri di depan pintu," kata Kirana dengan kedua tangan saling menggenggam satu sama lain. Keringat dingin mulai membasahi buku-buku tangannya, tanah buru-buru mengusap keringat itu ke baju kerjanya.
Pak Saka yang saat ini sedang berdiri di hadapan Kirana memperhatikan tangan wanita itu yang mulai basah, seulas senyuman tipis nampak menghiasi bibir Pak Saka, tetapi Kirana yang menunjukkan kepala tentu tidak menyadari akan hal itu.
"Bukalah berkas yang ada di atas meja dan cermatilah beberapa poin yang lupa kau tulis!" Perintah Pak Saka. Setelah bicara lelaki itu melangkah menuju kursi kerjanya dan mendudukkan tubuhnya di sana.
Kirana mengangkat kepalanya, menoleh ke arah meja yang ada di tengah-tengah ruangan ini terlihatlah ada berkas berwarna biru di atas meja itu dan Kirana begitu mengenalinya sebab itu adalah berkas yang ia berikan kepada atasannya sebelum pulang.
"Kenapa kau masih berdiri di sana? Apakah perintahku kurang jelas?" tanya Pak Saka.
"Ti-tidak, saya akan mengerjakannya sekarang," jawab Kirana terbatah-batah. "Ketika aku ingin pulang lebih awal maka aku harus tetap bertahan di perusahaan ini, tapi jika aku tidak ingin pulang Pak Saka menyuruhku pulang," gerutu Kirana yang mulai merasa kesal.
Pak Saka yang sedang sibuk membaca berkas di hadapannya segera mengangkat pandangannya melihat ke arah wanita itu yang kini baru saja mendudukkan tubuh di sofa. Kirana pasti tidak menyadari jikalau ocehannya itu terlalu keras sehingga bisa didengar oleh Pak Saka dan kebetulan sekali ruangan ini juga sunyi hingga membuat suaranya cukup menggema.
"Aku semakin merasa penasaran dengan kehidupan pribadinya," kata Pak Saka sembari menyandarkan punggungnya di kursi putar dengan sorot mata menatap Kirana.
Selang beberapa waktu kemudian.
"Akhirnya selesai juga," kata Kirana sembari membawa berkas di tangannya menuju meja Pak Saka.
Pak Saka masih sibuk membaca berkas yang ada di hadapannya hingga suara Kirana mulai terdengar dan mengalihkan atensi lelaki itu.
"Pak Saka. Saya sudah membenarkan berkas ini dan sudah saya cek sebanyak tiga kali," lapor Kirana sembari menaruh berkas itu di hadapan Pak Saka.
"Hem," jawab Pak Saka dengan menganggukkan kepalanya.
"Kalau begitu bolehkah saya pulang sekarang?" tanya Kirana yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Pak Saka.
Pak Saka melihat ke arah jejak bayangan Kirana yang baru saja menghilang di balik pintu dengan wajah yang datar.
Satu jam kemudian.
"Sial! Kenapa mobil ini mogok di tempat yang sepi seperti ini," maki Kirana dengan mengarahkan kakinya menendang ban mobil pribadinya sendiri. "Shith! Sakit sekali," pekiknya sembari mengusap-usap kakinya yang berdenyut nyeri akibat menendang ban mobil itu dengan sangat keras.
Kirana mengedarkan pandangannya ke sekitar, iya melihat ke arah jalanan yang nampak sepi sekali padahal ini baru pukul 09.00 malam, jalanan ini memang sangat sepi setiap harinya dikarenakan ini bukanlah jalan raya melainkan jalan tembusan yang biasa Kirana lewati ketika ia ingin cepat sampai di rumah, biasanya Kirana akan lewat jalan raya jikalau Brian ada di rumah, tetapi sekarang lelaki itu sedang berada di luar negeri jadi Kirana Ingin buru-buru lah kau sampai di rumah untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sudah terasa lelah setelah seharian beraktivitas.
Kirana menghela nafas lega ketika ia melihat satu mobil melintas di hadapannya, Kirana buru-buru melambaikan tangannya meminta bantuan dan berhasil mobil itu berhenti berjarak 3 meter dari mobilnya berada.
Dua orang lelaki dengan tubuh tegap melangkah menghampirinya, Kirana mengulas senyuman manis tapi lambat laun senyuman itu mulai memudar saat Kirana menyadari jika kedua lelaki itu berjalan dengan sempoyongan ke arahnya. Kirana kembali mengedarkan pandangannya ke sekitar dan tidak ada satupun kendaraan yang lewat, kening Kirana mulai dibasahi oleh keringat dingin saat Kedua lelaki itu sudah berdiri di hadapannya, aroma alkohol begitu pekat dari aroma nafas keduanya seakan menunjukkan jika Kedua lelaki itu baru saja menikmati minuman beralkohol sebelum melintasi tempat ini.
"Nona ada apa menghentikan mobil kami? Apakah mobil kamu mogok?" Tanya salah satu lelaki yang bertubuh kekar.
"Ya, mobil saya mogok dan saya tidak mengerti apapun mengenai mesin mobil," jawab Kirana dengan melangkah mundur mencoba untuk menghindari Kedua lelaki itu.
"Apakah Nona sendirian?" tanya salah satu lelaki lain sembari mengamati sekitarnya. Suasana sunyi di jalanan ini seakan mendukung mereka berdua untuk melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.
"Sa-saya sendirian," jawab Kirana.
"Kebetulan sekali kami juga sendirian bagaimana jika kita bermain-main sebentar sebelum aku membantumu untuk memperbaiki mobil ini," kata salah satu lelaki yang sembari menerbitkan matanya ke arah Kirana.
Tubuh Kirana langsung menegang, sekujur tubuhnya merinding ketika melihat Kedua lelaki itu seakan menjamah setiap inci tubuhnya menggunakan pandangan mereka yang terlihat menjijikkan sekali. Kirana memutar tubuhnya sudah siap berlari menjauh tapi naasnya salah satu lelaki justru menjambak rambutnya dengan begitu keras, seorang lelaki lain meraih pinggangnya kemudian menyeretnya masuk ke dalam mobil mereka yang ada 3 m di depan mobil pribadi Kirana.
"Tolong jangan lakukan ini padaku," teriak Kirana kepada Kedua lelaki itu.
Kedua lelaki yang ada di hadapannya seakan sedang menuliskan pendengaran mereka sehingga keduanya pun justru semakin menyeretnya lebih cepat lagi, kedua sepatu Kiana terlepas dan kakinya pun langsung berbenturan dengan aspal hingga keluarlah cairan warna merah di beberapa bagian telapak kakinya karena bergesekan kasar dengan jalanan beraspal.
Kiana mulai memiliki harapan ketika satu mobil melintas di hadapan mereka.
"Siapapun tolong aku, tolong bantu aku," Kiana dengan air mata yang sudah bercucuran di kedua pipinya.
Salah satu lelaki langsung mendorong tubuh Kiana masuk ke dalam mobil. Kiana menatap ke arah mobil yang tadi sempat melintasinya bergerak semakin menjauh membuat harapannya pupus di tengah jalan.
Jangan lupa follow Ig khairin-junior.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments