Tangis Raya

Di sekolah, saat jam istirahat.

''Ray, kamu kenapa sih? Kok dari kemarin wajah mu terlihat murung?'' tanya Caca saat dirinya dan Raya tengah duduk di kursi kantin.

''Aku enggak kenapa napa, Ca,'' jawab Raya memaksa senyum.

''Aku nggak percaya kamu tidak kenapa kenapa. Katakan sama aku, ada apa? Apa ibu mu sakit lagi? Apa kamu perlu uang? Katakan saja, Ray, kalau kamu memang lagi butuh, aku selalu siap kapan saja untuk membantu mu, bukankah kita sahabat,'' ucap Caca sembari menggenggam tangan Raya.

Raya tiba-tiba melepaskan pegangan tangan Caca pada tangannya, lalu dia berjalan dengan langkah kaki lebar menuju toilet. Dia meninggalkan Caca begitu saja, sehingga membuat Caca semakin bingung dengan apa yang terjadi kepada sang sahabat.

Caca mengikuti Raya ke toilet.

Setibanya di toilet, Raya mengunci pintu, lalu tubuh nya luruh ke lantai dengan kedua telapak tangan menutup wajah.

Dia menangis, tangis tanpa suara, tapi air mata terus mengucur begitu deras seakan mewakili perasaan nya saat ini.

''Om, Om ke mana sih? Aku rindu Om,'' ucap Raya di dalam hati dengan dada terasa sesak.

''Kenapa Om hanya mentransfer uang saja kepada aku? Aku ini bukan pengemis Om. Tak perlulah Om mengasihi aku,'' batin Raya lagi. ''Aku juga butuh kasih sayang dan kehangatan tubuh Om yang mampu menenangkan aku,'' racau Raya.

''Ray, kamu kenapa sih? Kamu lagi apa di dalam?'' Caca mengetuk pintu.

Raya tak memperdulikan Caca, entah kenapa dia jadi tidak suka sama Caca, menurutnya Caca sok baik dan sok peduli terhadap nya. Selain itu juga karena Raya merasa cemburu dan iri dengan Caca, karena akhir akhir ini Caca selalu menceritakan keharmonisan keluarga nya. Raya tidak suka itu.

Setelah beberapa saat.

''Kamu habis nangis, Ray?'' tanya Caca saat Raya keluar dari toilet.

"Tidak,'' jawab Raya singkat dengan suara serak. Dia berjalan melewati Caca, lalu berjalan lebih dulu.

''Tapi mata kamu merah dan bengkak,'' Caca mengikuti langkah Raya dari belakang.

''Aku tadi kelilipan, dan sorry karena aku meninggalkan kamu begitu saja saat di kantin, karena tadi aku kebelet pengen buang air kecil,'' Raya masih berusaha bersikap biasa biasa saja terhadap Caca. Karena biar bagaimanapun, dia masih butuh Caca untuk mengetahui kabar terkini Leon, karena tanpa di minta, Caca akan terus bercerita tentang keluarga nya kepada Raya. Begitulah Setiap harinya.

Saat sudah tiba di dalam kelas, Raya dan Caca duduk di bangku mereka.

Mereka duduk pada bangku paling depan sekali.

Raya langsung saja mengeluarkan buku, lalu mulai membaca-baca.

Di seberang meja mereka, Gibran diam-diam memperhatikan Raya, karena dia begitu mengagumi sosok Raya. Gibran adalah murid tampan sekaligus ketua OSIS di sekolah tersebut.

Saat Gibran tengah menatap Raya, ternyata diam diam Caca mencuri curi pandang ke arah Gibran. Kalau Gibran menyukai Raya, ternyata Caca selama ini diam diam menyukai Gibran, dia tahu Gibran tak menyukainya, tapi dia harap suatu saat nanti rasa cintanya itu akan terbalaskan.

* * *

''Aku tidak mau! Bukankah Om janji kita akan tetap sama-sama hingga kita menua bersama?! Om jahat!'' tangis Raya pecah saat Leon meminta agar hubungan mereka berakhir. Raya memukul mukul dada bidang yang ada dihadapannya.

''Raya, kamu itu masih muda. Kamu cantik, kamu pintar, kamu pantas mendapatkan lelaki yang lebih baik dari Om,'' ucap Leon lembut. Saat ini mereka sedang berada di Apartemen. Setelah menunggu beberapa hari, akhir nya Leon memberi kabar mengajak Raya bertemu. Raya kira Leon akan menuntaskan rasa rindu mereka akibat tak bertemu cukup lama, tapi nyatanya Leon malah memberikan kabar yang terdengar sangat buruk bagi Raya.

''Aku cuma Sayang sama Om!'' tegas Raya.

''Tapi, Raya ....,''

''Aku tahu, Om memutuskan aku pasti karena Tante Karmila!'' Raya menghentak kakinya ke lantai, lalu dia duduk di pinggir kasur dengan kedua tangan menutup wajah. Dia menangis tersedu-sedu.

''Sana, pergilah. Pergilah Om dari hidupku. Aku memang tidak pantas di sayang dan diperjuangkan. Semua orang yang aku sayang pergi begitu saja dari hidup ku hanya karena lebih memilih keluarga lain, lebih memilih wanita lain. Om sama saja seperti Ayah ku. Kalian egois!'' racau Raya.

Leon menarik nafas dalam lalu menghembuskan perlahan, dia bingung harus berkata apa lagi. Dia masih menyayangi Raya, dia masih membutuhkan Raya, tapi dia tidak ingin merusak masa depan Raya lebih jauh lagi.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Ajusani Dei Yanti

Ajusani Dei Yanti

semangat berkarya thorrrr kuh lanjut

2023-05-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!