Emma yang meronta, diberi cairan bius yang dihirupkan padanya. Emma akhirnya terkulai tenang, kemudian dibawa oleh Lukas menggunakan kursi roda.
Keesokan harinya, Emma terbangun dengan keadaan bingung dan terkejut, karena sudah berada di sebuah mansion mewah di ibu kota.
"Dimana aku?" gumamnya dengan kepala yang serasa mau pecah. Ia sudah berada di sebuah kamar yang rapi dan mewah, penuh dengan perabot canggih nan mahal.
"Selamat pagi, nona. Silakan sarapan," sapa seorang pelayan sambil membawa nampan berisi makanan.
"Siapa kamu?" tanya Emma kemudian.
"Saya Cici, pelayan pribadi nona. Sekarang, nona ada di mansion milik Pak Lukas," ujarnya sopan.
Emma tak lantas memakan makanan yang dihidangkan padanya. Baru saja ia sadar dari pengaruh obat bius, siapa yang bisa menjamin kalau makanannya tidak diberi racun?
"Aku mau ketemu Pak Lukas,"
"Maaf, bapak sedang ke kantor. Mungkin malam baru pulang,"
"Baiklah. Aku tidak akan makan sebelum menemuinya," ujar Emma keras kepala.
"Tapi, Nona. Nanti anda sakit,"
"Biarkan saja. Saya sudah biasa disakiti," jawabnya datar.
Cici tak bisa memaksa Emma yang tampak marah. Ia hanya mengangguk dan beringsut pergi, kemudian melapor pada kepala pelayan.
"Tamunya tidak mau makan?" tanya Rosa dengan wajah terheran.
"Betul, Bu," jawab Cici serba salah.
"Yasudah, biarkan dulu dia beradaptasi. Nanti bawakan lagi ke sana," ujarnya kemudian. Rosa lalu mengetik pesan pada bos mereka soal tamu wanita yang kemarin malam dibawanya itu. Tak lama, seorang gadis tersenyum ramah ke arah mereka berdua.
"Selamat pagi, Bu Rosa, Cici," sapanya ramah, sambil mengambil segelas jus dingin di kulkas.
"Pagi, Nona," jawab mereka hampir serempak.
"Ada apa ini kok udah rame?" tanyanya menyelidik. Ia adalah Sarah, terapis pribadi Lukas yang tinggal di paviliun, tak jauh dari rumah utama.
"Tidak apa-apa, Nona. Anda sudah mau makan?" tanya Rosa menyembunyikan keberadaan tamu baru tuannya.
"Iya, boleh juga. Aku mau ke klinik soalnya. Tolong ya," pintanya sopan. Rosa segera memerintahkan Cici untuk memanggil Ellie agar melayani nona Sarah. Cici mengangguk dan pamit untuk memanggil rekannya, karena ia akan bersiap di lantai dua, di sekitar kamar Emma.
......................
...
Pagi ini, Lukas telah melaksanakan rapat penting dengan pebisnis asal Amerika untuk perencanaan ekspansi resort miliknya. Pekerjaan Lukas sebagai pebisnis si bidang hospitality, membuatnya harus piawai menyerap permintaan pasar. Saat ini, hotel budget sedang tinggi peminatnya. Bekerja sama dengan kontraktor asal Amerika akan menekan biaya riset, sehingga dapat langsung dieksekusi dan mendatangkan keuntungan yang berlipat ganda.
Lukas tampak puas dengan hasil rapat yang baru saja selesai. Ia menyunggingkan senyum yang jarang sekali tampak di wajahnya. Tak berlangsung lama, Roy, ajudannya, memberikan secarik kertas padanya.
"Bos, ini, memo dari rumah Jaka," katanya sambil berbisik.
Lukas memeriksa memo itu dengan cepat, lalu meremasnya dengan kuat.
"Kita pulang ke mansion," perintahnya pada Roy. Pria itu mengangguk dan menyiapkan mobil untuk bosnya.
......................
BRAK!
Pintu kamar Emma terbuka. Gadis yang sedang tidur itu pun terkesiap dan langsung duduk di kepala ranjang.
"Pak Lukas?"
"Emma, ya? Hmmm..... "
Lukas memindai Emma yang sedang duduk, dari kepala hingga ujung kaki. Ia menggeleng dan bergidik. Raut wajahnya tampak kesal.
Emma yang merasa diperhatikan, langsung bangkit dan berjalan ke arah Lukas dengan berpura-pura berani.
"Pulangkan... saya... ke ... tempat ...Mas Jaka!" hardik Emma dengan suara bergetar. Ia tak bisa menolak aura menakutkan dari balik diri Lukas.
Lukas tersenyum sinis. Ia lalu menyuruh Roy untuk masuk dan membawa kertas yang diambil dari rumah Roy.
"Baca!"
Emma merebut kertas itu dengan gugup. Ia lalu membaca isi memonya:
...
Emma tak percaya dengan apa yang ia baca. Jaka bajingan! Setelah membeli Emma, kini ia menjual gadis itu?
"Bajingan!!" pekik Emma dan membuang kertas kusut itu ke arah Lukas yang juga tampak marah.
"Benar kamu masih perawan?" tanya Lukas sedetik kemudian.
Emma mengangguk pelan. Lukas menyunggingkan senyuman.
"Pasang iklan di vandex seperti saran Jaka. Dan, jual istrinya," perintah Lukas pada Roy. Ia kemudian berlalu, dan kembali ke gedung K-Group untuk rapat kedua.
"Y--Ya, Bos?" Roy masih tak dapat menangkap maksud bosnya. Namun, sepertinya bosnya marah besar. Ia jadi serba salah. Roy merasa kasihan dengan nasib Emma yang sedang menangis meraung-raung dan minta dipulangkan ke rumah orang tuanya.
Namun, Roy tak punya pilihan. Ia melakukan perintah bosnya dengan patuh. Ia memotret Emma, dan mempostingnya di dark-web vandex.com. Tak perlu waktu lama, banyak pria yang berminat untuk membeli keperawanan Emma.
...****************...
...Bersambung...
...****************...
...Hi, guys! Visual Lukas di sampul, mau diganti sama Lee Je Hoon aja ya, karena dia badannya lebih kokoh. Lukas ini pandai berkelahi dan dalam penggambaran novelnya, badannya kokoh dan berat. Jadi mulai bab ini, akan author ganti visualisasi-nya dengan wajah Babang Je Hoon, ya. Selamat membaca!...
...-@novelisdelilah...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
վմղíα | HV💕
ya ampun dijual lagi kasihan sekali si emma
2023-06-27
1
Reina
kasian emmanya..
2023-06-08
0
Senjou
Pen ku cekik tuh si Jaka ma Dani
2023-06-06
0