Di lobby hotel yang mewah dan menawan, seorang pria berjas tampak berjalan berderap dengan beberapa anak buahnya. Lampu gantung di lobby yang berkilat, memancarkan pencahayaan yang remang dan indah. Para pria yang berderap, secara bersamaan, mengenakan jas formal yang rapi dan mengkilap. Mereka sepertinya hendak menghadiri acara penting di hotel tersebut.
"Kamarnya Pak Jaka, ada dimana?" tanya sosok pimpinan para pria berjas itu dengan suara yang rendah dan tajam.
Resepsionis yang menerima permintaannya, hanya tersenyum dan menolak untuk memberitahu letak kamarnya.
"Maaf, Pak. Privasi tamu harus kami jaga," ujarnya sopan.
"Panggil bosmu!" tukasnya tak sabar. Gadis itu mendadak canggung dan tremornya mulai nampak meski sekilas.
"Rin, gimana nih?" gumamnya ke arah pekerja lainnya. Belum sempat ada jawaban, seorang pria paruh baya tergopoh-gopoh menyambut pria itu dengan sopan.
"Bos! Maaf, itu anak baru. Mari saya antar..... " ujar Pak Bakrie, sang manajer hotel, sambil mengiring langkah pria menakutkan itu.
Mereka lalu bergerak menuju ke arah lift, kemudian naik tujuh tingkat untuk sampai ke kamar Jaka. Sang manajer memberikan kunci serep dengan sukarela, kemudian pamit undur diri. Ia lantas masuk ke ruangan kontrol utama untuk mematikan semua CCTV di area tersebut.
......................
"Emmma, aku udah gak tahan," gumam Jaka yang mulai menggerayangi tubuh Emma. Gadis itu hanya menepis dan bilang, kalau kebelet, nanti di hotel saja. Ia tidak nyaman. Namun, Jaka masih tampak bergerilya di dalam pakaiannya, meski mereka sedang berada di sebuah taksi bandara.
"Sabar! Cuma sejam lagi juga sampai," dengus Emma yang mulai menjauhkan diri dari suaminya.
"Dosa loh cemberut ke suami," ujar Jaka sok alim, padahal ia tak pernah salat.
"Iya, maaf," sahut Emma melunak, meski masih tak ingin disentuh di tempat umum. "Nanti saja, ya. Malu, dilihat orang," lanjutnya.
Mendengar jawaban patuh istrinya, Jaka juga tak memaksa. Ia hanya perlu bersabar sebentar, agar dapat puas melampiaskan segala hasrat yang terpendam.
Tak berlangsung lama, taksi mereka menepi di lobby Hotel Halton. Dengan sambutan ramah dari para penjaga pintu, Jaka dan Emma melangkah masuk ke kamar mereka.
"Akhirnyaaa..... " pekik Jaka yang tak sabar, dan secara tidak sadar, menarik lengan Emma dengan kencang, agar segera sampai ke kamar.
"Auch, sakit, Mas," desisnya.
Jaka tidak peduli. Ia tetap menarik Emma dan segera membuka pintu kamar 701, namun ternyata.....
"Selamat datang, Jaka,"
Seseorang yang tak ingin ditemui Jaka, muncul tiba-tiba di kamarnya. Jaka yang sudah tak sabar ingin segera unboxing istrinya, berdecak kesal. Miliknya yang ada di bawah sana sudah mengeras, ingin segera masuk ke sarang. Namun malang, debt collector malah datang.
"MASUK!"
Anak buah pria tadi menyeret Jaka untuk segera masuk ke kamar.
"Apa-apaan ini??" teriak Emma mencoba melepaskan diri, karena ikut diseret juga.
BRAK!
Pintu ditutup dengan keras.
Pria itu melangkahkan kakinya di kursi dekat wajah Jaka yang sedang bersimpuh di hadapannya.
"Mana uangku?" tanyanya garang.
"Mas, apa-apaan ini?" tanya Emma semakin gusar.
"Tenang, Em. Diem dulu, " pinta Jaka, kemudian mendongak ke arah Bos Lukas.
"Maaf, Bos. Bisnis lagi seret. Bulan depan saya bayar," jawabnya.
"Disuruh jaga gerai saja nggak becus! Malah pinjam uang buat bandarin judi! Sekarang, mana uangku?" omel Lukas dengan kepala berdenyut.
"Bulan depan, Bos. Beneran!" jawab Jaka dengan tangan bergetar.
"Satpam aja, jadi bandar! Tekor kan, Lo!" ejek salah satu anak buah Lukas dengan senyum sinis asimetris.
"Lho! Mas? Siapa yang satpam? Mas bohong juga sama aku?" tanya Emma tak percaya. Ternyata, Dani dan Jaka sama-sama pembohong.
"Dia ini satpam, Neng. Yang punya gerai pijat itu bos kita ini. Eh, si Jaka malah nyoba jadi bandar judi, rugi besar pula. Ngutang ke bos sampe 500 juta, nggak bayar-bayar, udah setahun," jelas Pak Damar, kepala pengawal yang tampak senior.
Emma tak dapat menahan air mata yang menggenang. Rupanya, selama ini, ia menjadi korban penipuan ganda. Ia lantas menghambur ke arah Jaka dan memukulinya.
"Jahat! Jahat!" teriak Emma kalap sambil memukul-mukul dada Jaka.
"Bawa wanita itu," perintah Lukas. Anak buahnya dengan sigap menggendong Emma ke punggung mereka. Meski meronta, Emma tetap dibawa.
"Bayar bulan depan, sesuai janjimu. Istrimu disandera dulu," tukas Lukas dengan dingin. Jaka tertegun dan memikirkan pinjaman yang akan ia ambil. Tapi toh percuma, Emma sudah tidak ada. Istri siapa yang akan tanda tangan di blangko sebelah namanya?
"Aduh, Biyung! Gagal semua ini rencananya," Jaka meremas rambutnya dengan kedua tangannya. Ia tak tahu, harus bagaimana agar bisa membebaskan Emma.
...****************...
...Bersambung...
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Fatisya
jodoh emang datang dengan cara yang tak terduga...
salah satu caranya disandera dulu
2023-07-07
0
վմղíα | HV💕
suami laknat istrimu jadi di Sandra,
2023-06-27
1
ᵉˢʰᵃˡ
Ceritanya udah bagus kak semangat terus ya
2023-06-11
1