Emma senang bukan kepalang, setelah mendapatkan izin dari ibunya. Ia pun segera pergi ke rumah Dani, untuk melamar kerja.
"Em! Emma!" teriak Sari, teman sekolah Emma, yang berpapasan dengannya di jalan.
"Sari? Hai! Mau kemana? Cantik gitu?"
"Aku mau ngedate ama Teja. Kayaknya, hari ini dia mau melamarku pake cincin ala-ala drama korea gitu!" pekiknya kegirangan.
"Wah! Selamat ya! Ikut seneng aku," ujar Emma sambil memegang kedua tangan Sari yang masih polos tak bercincin. "Habis ini, ada yang nempel di sini, nih," goda Emma sambil menunjuk ke jari manis Sari.
"Hihi.. Iyaa.. InsyaAllah," ujar Sari tersipu.
"Yaudah. Aku buru-buru nih, mau ke tempat Dani,"
"Okay! Sampai ketemu ya.... "
Mereka saling melambai dan menerusnan perjalanan masing-masing. Tak beberapa lama, Emma telah berada di ujung jalan, di rumah Dani yang cukup besar dan berpagar.
"Assalamu'alaikum, Dani,"
"Waalaikumsalam, Hai, Emma. Mau kemana?"
"Mau ke sini dong,"
"Loh, ada urusan apa?"
"Tawaranmu kemarin, masih berlaku, nggak?" tanya Emma dengaan mata berbinar. Dani yang sedang bermain gaple dengan teman-temannya, seketika membuang kartu-kartunya. Ia lalu membukakan pagar untuk Emma.
"Masih dong! Kamu jadi mau daftar?"
"Mau. Gajinya besar kan?"
"3 juta, buatmu! Gimana?"
Emma tercengang tak percaya. Gaji yang akan diberikan Dani sudah hampir setara gaji jika bekerja di kota besar. Emma mengangguk keras. Ia lalu menandatangani formulir pendaftaran yang dibawa Dani kemana-mana di dalam tasnya.
"Besok sudah mulai kerja ya!" pesan Dani setelah menerima formulir dari Emma.
"Siap, Bos!" jawab Emma dengan senyuman manis. Dani terkesima dengan senyuman Emma. Namun, bagi Dani, cuan lebih penting daripada wanita. Lebih baik, gadis seperti Emma dipekerjakan saja, daripada harus dijadikan istrinya. Gadis-gadis seusia Emma rata-rata sudah berumah-tangga. Oleh karena itu, Emma sudah beberapa kali menolak lamaran tetangga desanya. Emma masih ingin mengurus ibu dan adiknya. Ia juga ingin meniti karier, jika bisa.
"Hore! Besok akhirnya aku bekerja!" pekik Emma girang sendiri. Sesampainya di rumah, Emma mematutkan diri di cermin sambil tersenyum. Ia sedang berlatih menyapa tamu dengan pantulan bayangannya.
"Aku cantik juga," gumamnya sambil memuji diri sendiri.
......................
Keesokan harinya, Emma sudah berada di lokasi panti pijat, yang ada di desa sebelah. Emma sudah memakai seragam yang diberikan oleh Dani kemarin malam. Tidak ada komentar dari ibunya, karena seragam panti pijat itu cukup sopan dan berwarna hijau muda.
"Permisi...." Emma mulai masuk ke lobi utama.
"Ya? Cari siapa, Mbak?" tanya resepsionis yang bernama Mikha.
"Pak Dani ada?"
"Oh iya, ada. Mau melamar kerja ya? Mari saya antar" resepsionis itu kemudian menunjukkan jalan ke arah kantor direktur. Emma terpukau dengan gedungnya yang indah. Panti pijat ini memang berskala besar dan bersertifikat, seperti kata Dani.
"Mari masuk," ajak Mikha. Emma mengikutinya. Sesampainya di ruang direktur, betapa terkejutnya Emma, rupanya bukan Dani yang berada di sana, tapi seorang pria parlente yang terlihat kaya raya. Kalung emasnya menjuntai, kacamatanya bagus, sepatu dan jasnya terlihat mahal.
"Maaf, Pak. Dani dimana ya? Katanya dia direktur di sini?" tanya Emma pada pria itu, karena Mikha telah pergi meninggalkan mereka berdua.
"Duduklah," ujarnya sopan.
Emma duduk, lantas menunggu jawaban dari peia tersebut.
"Dhani itu marketing di sini. Saya bosnya. Nama saya, Jaka. Kamu bisa panggil saya, Jack," lanjutnya.
"Oh, jadi begitu. Saya salah paham. Maaf, Pak. Tapi apakah formulir yang saya tanda-tangani berlaku?" tanya Emma kemudian.
"Kamu ngga baca formulirnya?"
"Tidak. Maaf, saya asal tanda tangan saja,"
"Formulir itu menyatakan, bahwa, kamu mau menikah dengan saya, jadi istri saya," ujar Jack dengan senyumnya yang memikat.
Emma terhenyak tak percaya. Bisa-bisanya ia tak membaca formulir dan langsung menandatanganinya?
"Maaf, Pak. Ada kesalahpahaman di sini. Kalau begitu, saya pamit," tukas Emma dengan wajah kesal. Impiannya hancur berantakan. ini semua gara-gara Dani!
Pria itu langsung berlari menghambur ke arah Emma dan menghentikan langkahnya.
"Tidak bisa. Kamu harus menikah dengan saya. Tidak ada waktu lagi,"
"Maaf, Pak. Saya tidak mau!"
"Yasudah! Kalau gitu, bayar ganti rugi, 500 juta. Itu dendanya,"
Emma terduduk lemas. Ia benar-benar tak mengetahui apapun. Rupanya Dani menjualnya. Emma menangjs tersedu-sedu, dan teringat petuah ibunya. Ternyata benar, Dani memang bajingan!
"Saya harus bagaimana?" tanya Emma ketika tangisnya mereda. Jack hanya menunggunya dengan sabar.
"Ya, menikah saja sama saya. Saya juga ngga serius kok. Ini syarat buat kontrak bisnis saya saja. Harus seorang pasutri yang bisa mengajukan pinjaman," ujarnya datar. Namun, ia juga tak mengira bahwa wanita bawaan Dani begitu cantik seperti bidadari. Jack jadi gembira dan tak jadi menikah dengan terpaksa.
Panti pijat yang dikelola Jack terindikasi bangkrut, dan perlu pemodal. Namun, syarat permodalan tersebut adalah, pemohon harus merupakan pasangan suami istri, sehingga akan ada dua pihak yang menandatangani formulir peminjaman.
"Duh, Gusthi. Cobaan apa ini" ucap Emma lirih dan frustasi. Ia benar-benar terjebak.
"Baiklah, Pak. Tapi rahasiakan dari ibu saya. Tolong lamar saya dengan normal. Besok mainlah ke rumah. Ini alamatnya," ujar Emma pelan. Jack menerima kertas dari Emma dengan senyum mengembang. Sesaat lagi, gadis di hadapannya akan menjadi istri sahnya. Jack benar-benar tak sabar.
...****************...
...Bersambung...
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Fatisya
yakin bang pntng cuan dari cewek?
2023-07-07
1
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐
Percakapan sampai bab ini baik👍👍
2023-06-27
1
➳ᴹᴿ᭄🍾⃝sͩᴜᷞᴄͧʜᷠɪͣ
wow sangat di luar nalarnya Emma kasian banget disuruh nikah
2023-06-27
1