Ke Cafe

Nining melangkah masuk ke dalam Mension Ilham, karena ia masih tinggal di Mension mewah itu. Ia melihat Ilham sedang duduk bermain dengan anak-anak kembarnya.

"Assalamualaikum Kak Ilham" memberi salam. Ia baru saja pulang dari sekolah.

"Waalaikumsalam, Nining, kau sudah pulang?" Tanya Ilham tersenyum pada gadis belia di hadapannya.

"Iya Kak, Mbak Zira mana kak Ilham?" Tanya Nining karena ia tak melihat Zira di sana.

"Mbakmu keluar sebentar, katanya mau ke pasar" jawab Ilham.

"Wah, istri Presdir kok ke pasar Kak," sindir Nining pada Ilham. Laki-laki dingin itu hanya tersenyum mendapat sindiran dari gadis yang sudah ia anggap adik sendiri.

"Tumben Kak Ilham sudah berada di rumah Kak?" Tanya Nining lagi, karena yang ia tau jika jam seperti saat ini, pria itu masih berada di kantornya.

"Mbakmu menyuruh pulang, katanya dia mau ke pasar, dan menyuruhku menjaga 3AR ini" mengusap kepala bayi kembarnya yang bermain di karpet.

"Ck ck ck ... Kasihan sekali ya Kak, di kantor Kakak yang memerintah, pulang rumah, jadi di perintah istri, ahahahah" Nining mentertawakan Ilham, si dingin kulkas 10 pintu itu, yang sangat menyeramkan jika bersama orang lain, tapi hangat dengan istrinya dan orang-orang tertentu saja.

"Ada-ada saja kau Nining" jawab Ilham ikut tertawa.

"Kalian sedang membicarakanku" terdengar suara seseorang, menatap tajam pada mereka berdua yang sedang tertawa.

"Matilah, rubah bertina sudah datang" gumam Ilham.

"Ihhh kalian jahat," kata Zira memonyongkan bibirnya. Ia baru saja tiba dari pasar.

"Apa kau lupa memberi salam Baby?" Sindir Ilham pada istrinya karena tak memberi salam terlebih dahulu, tapi sudah berada dalam rumah.

"Ck, Assalamualaikum" mencium punggung tangan suaminya.

''Waalaikumsalam'' bersamaan Nining dan Ilham menjawab.

"Kau sudah pulang calon kakak ipar," sindir Zira pada Nining, yang baru saja bertunangan dengan kakak tertuanya.

"Kok aneh yah bunyinya Mbak," Nining merasa geli mendengar panggilan Zira padanya.

"Aneh tapi kenyataankan ... Nanti juga cinta," jawab Zira menaik turunkan alisnya.

Nining hanya mengangkat bahu acuh, karena ia sama sekali tak tau apa yang di sebut 'cinta' itu, ia hanya tau ingin belajar sungguh-sungguh dan bisa mencapai cita-citanya untuk menjadi seorang dokter.

"Umma menyuruhmu ke Cafe Ning" kata Zira.

"Dimana Mbak ketemu sama Umma?" Tanya Nining.

"Di pasar, tadi Umma pesan untuk menyuruhmu ke Cafe"

"Ada apa Mbak? kenapa Umma menyuruhku Cafe?"

"Nggak tau juga Ning, buruan ganti baju sana, mungkin Umma sudah nunggu di Cafe"

Nining berdiri dari duduknya. "Kalau begitu, aku ganti baju dulu ya Mbak"

"Iya" jawab Zira.

Nining melangkah naik ke lantai atas, untuk mengganti pakaiannya. Ilham menarik istrinya dan mencium seluruh wajah istrinya.

"Apaan sih Kak," ketus Zira marah pada suaminya.

"Kau kenapa Baby? Kenapa wajahmu cemberut seperti itu?" Tanya Ilham menoel-noel pipi chubby istrinya.

Zira hanya diam dengan wajah bertambah kesal. "Kau kenapa Baby ... Bilang dong kalau ada masalah" membujuk istrinya.

"Tanya diri Kak Ilham sendiri, jangan bertanya padaku," berdiri dari duduknya meninggalkan Ilham yang bingung dengan sikap Zira, pulang-pulang dari pasar saja langsung marah-marah.

''Ada apa lagi dengannya"

,,,

Nining sudah tiba di Cafe Umma Zahra. "Assalamualaikum Umma" menghampiri Umma Zahra, mencium punggung tangannya.

Umma Zahra mengembangkan senyumannya saat melihat calon menantu polosnya sudah datang.

"Waalaikumsalam, kau naik apa ke sini Nining?" Tanya Umma Zahra lembut.

"Nining naik angkot Umma,"

"Loh, kok naik angkot?"

"Terus mau naik apa dong Umma?"

"Niningkan bisa menghubungi Umma, nanti Umma suruh supir untuk menjempumu sayang .."

"Tidak usah repot-repot Umma, Nining kan bisa ke sini sendiri"

"Ya sudah, bantu Umma di Cafe dulu," tersenyum manis pada calon menantunya.

"Baik Umma," Nining membantu Umma Zahra di Cafenya.

Sebenarnya itu hanya alibi Umma Zahra saja, karena ia tak ingin jika nanti Nining pergi kemana-mana, dengan teman sekolahnya, dan Umma Zahra tak suka calon menantunya itu bergaul dengan remaja lainnya, ia takut jika calon menantunya salah pergaulan seperti dirinya dulu.

"Assalamualaikum" terdengar suara bariton memberi salam pada mereka berdua.

Nining dan Umma Zahra sama-sama mengalih pandangannya ke sumber suara. "Waalaikumsalam" jawab Nining, ternyata yang datang calon imamnya toh. Ustadz Alzam tersenyum lembut pada gadis itu yang sedang melayani beberapa tetamu.

Terpopuler

Comments

Happyy

Happyy

🤗🤗🤗

2023-05-22

1

Nar Sih

Nar Sih

assallamuallaikum bunda,cerita yg bagus msih sambung dgn yg dulu ,sipp deh buat bunda👍

2023-05-21

2

Fitri

Fitri

Assalamualaikum... emang benar umma zahra, jangan d kasih berpergian dengan teman2nya nining, takut d manfaatin.

2023-05-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!