Ep 5
.
.
.
Brian menatap keluar jendela, bayang-bayang dimana Pertempuran yang terjadi membuat Luka Brian berdenyut. Apalagi saat teringat bagaimana sang Papa dibunuh, Kedua tangan Brian terkepal kuat, perdebatan dia dan sang papa sebelum perang terjadi terus saja memutari otak besarnya.
"Jika saja papa mau mendengarkanku kau tidak akan menjadi korban.."gumamnya.
"Mozza.. Marcell, aku tidak akan memaafkan kalian.."Ucap Brian dengan tatapan penuh dendam dan kebencian.
.
.
Sinar mentari sudah meninggi, Ayumi mendatangi kamar Brian dengan nampan berisi makanan.
Brian yang memang sudang bangun,Ternyata hanya duduk didepan jendela kaca dimana memperlihatkan aktivitas diluar.
"Tuan sudah bangun dari tadi ??"Sapa Ayumi.
"Iya.. Kenapa kau harus repot-repot membawa makanan kekamar."Balas Brian seraya memutar tubuhnya menghadap Ayumi.
"Saya takut luka Tuan tidak kering-kering jika terlalu banyak bergerak."Ayumi.meletakkan Nampan makanan diatas meja didepan Brian.
"Silahkan sarapan dulu.. Saya ambil kan obat sebentar."Tambah Ayumi.
"Ayumi.. Dimana saya bisa mandi ??" Tanya Brian
"Tuan mau mandi ?? Tapi bagaimana luka anda ?? Kalau bisa jangan terkena air dulu" Balas Ayumi.
"Tapi aku sedikit gerah."Timpal Brian.
"Saya lap saja ya ??"Tawar Ayumi.
"Apa kau tidak keberatan ??" Balas Brian.
Ayumi menggeleng dengan pelan seraya tersenyum. "Saya ambilkan air hangat dulu.." lalu kemudian Ayumi melangkah keluar.
Brian hanya bisa menatap punggung mungil Ayumi yang sudah keluar dari Kamarnya. "Bagaimana ada wanita selembut dia ??" Gumamnya sendiri. Lalu Brian mengangkat kaosnya, Melihat luka diperutnya yang dililit perban.
"Ini akan lama. Aku harus bersabar dulu.."Ucap Brian lirih lagi. Ia juga membuang nafasnya dengan kasar. Niatnya ingin membalas perbuatan Lawan sang papa harus ia tunda terlebih dahulu.
.
.
Ayumi dengan telaten membersihkan tubuh Kekar Brian. Meski cukup canggung namun Ayumi tak punya pilihan lain. Sang Ayah sudah sibuk diRumah makan mereka, Tidak ada siapapun kecuali dia, Dan Ayumi juga tidak mungkin membiarkan Brian membersihkan tubuhnya sendiri dengan luka yang masih basah seperti itu.
Brian tak banyak bicara. Ia hanya menurut dan sesekali menatap Ayumi yang hanya diam saat merawatnya.
Selesai membasuh badan Brian, Ayumi mengambil handuk dan mengeringkan tubuh Brian.
"Tuan, perbannya sekalian saya ganti ya ??"Ijin Ayumi.
"Iya. Lakukan apapun, asal aku segera sembuh."Balas Brian.
Ayumi menggangguk dan kembali duduk disisi Brian, membuka perban diluka Brian. Sebelum dililit kembali dengan perban baru,Ayumi tak lupa memberikan beberapa obat diluka Brian.
"Kau terlihat ahli menangani luka, apa kau seorang dokter ??" Tanya Brian memecahkan keheningan.
"Bukan.. Saya hanya orang biasa."Balas Ayumi.
"Tapi peralatan medismu lengkap. Seperti seorang perawat."Brian masih tak percaya.
"Ayah yang menyiapkan semua ini. Setidaknya jika kami terluka tidak harus kePuskesmas terus."Tutur Ayumi dengan lemah lembut.
"Ini didaerah mana ?? Apa jauh sekali dari kota ??" Brian menatap keluar jendela lalu diikuti Ayumi.
"Tidak terlalu jauh. Perjalanan 5 jam sudah sampai dikota."Ayumi menjawab seraya melakukan tugasnya.
"Siapa yang membawaku kemari ??" tanya Brian lagi.
Ayumi seketika menatap Brian. "apa anda tidak ingat bagaimana anda bisa sampai kemari ??"
Brian segera menggeleng.
"Mobil pengirim daging dari kota yang membawa anda. Anda ada dikap mobil belakang dia."Ayumi mencoba mengingatkan.
"Aku lupa..pasti karna aku terluka cukup banyak."Batin Brian.
"Sudah selesai tuan.. Silahkan anda makan dan minum obat. Saya keluar dulu.."pamit Ayumi.
"Ayumi.. Bisa tidak panggil saya dengan Nama saja ?? Saya tidak suka panggilan itu."Ucap Brian.
"Oh..maaf, saya hanya bingung bagaimana memanggil anda."Ayumi tertunduk karna tatapan tajam Brian begitu menusuk hatinya.
"Brian. Panggil saja brian." Brian mencoba menjelaskan.
Ayumi menggangguk. "Iya. Akan saya coba. Saya permisi dulu mau membantu Ayah."
Brian menggangguk pula. Lalu Ayumi segera keluar dengan rasa takut dan tidak enaknya.
"Kenapa tatapannya menyeramkan sekali..Aku merinding.."Gumam Ayumi yang langsung buru-buru keluar dari rumah menuju rumah makan sang Ayah yang sudah dipadati pengunjung.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments