Sebelum Afgari bangun, Mikaya harus sudah selesai mengerjakan pekerjaan rumah beserta membuat sarapan untuk suaminya. Tidak mudah, akan tetapi sebagai seorang istri Mikaya berusaha memenuhi tugas tersebut.
Bagi Mikaya, tugas rumah bukanlah suatu kewajiban istri. Melainkan semua itu harus di lakukan berdua bersama suami. Sebab bagaimanapun, kodrat seorang wanita itu hanya haid, melahirkan dan menyusui. Di luar itu, seharusnya tugas rumah di kerjakan oleh suami. Hanya saja, karena sebagai istri patuh terhadap suami, akhirnya istri lah yang mengerjakan tugas rumah tersebut.
Meski demikian, seorang suami harusnya tidak membiarkan istri untuk mengurus tugas rumah sendiri. Dalam keadaan secapek apapun, suami harus ikut serta membantu. Terlebih mengurus anak, karena itu sudah menjadi kewajiban berdua.
Mikaya pikir, kehadiran Afgari sang buah hati akan semakin mempererat hubungan mereka sebagai suami istri. Namun itu semua terjadi di luar dugaannya. Andovi justru malah berubah seratus delapan puluh derajat, bahkan dia bersikap seolah-olah tidak menginginkan kehadiran Afgari.
Setelah semua pekerjaan selesai termasuk menyiapkan sarapan, Andovi datang ke arah meja makan dan di sambut hangat oleh Mikaya.
"Pagi, mas. Aku udah buatin sarapan untuk kamu. Kamu sarapan dulu, ya."
"Gak usah sok baik," sahut pria itu ketus.
Mikaya sampai kaget dengar jawaban suaminya, mungkin pria itu masih kesal soal perdebatan kecilnya semalam.
Tak ingin menimbulkan perdebatan lagi, Mikaya berusaha menjaga sikap dan ia memilih untuk tidak mempermasalahkan itu.
Mikaya ikut duduk di kursi sebrang yang berhadapan dengan suaminya. Sementara Andovi mulai menikmati roti sandwich dengan sosis di dalamnya.
Mikaya rasa, ini waktu yang tepat untuk ia meminta maaf atas kejadian semalam. Jujur semalam ia terbawa emosi karena lelah menjaga Afgari seharian, belum lagi pekerjaan rumah yang tak kunjung selesai.
"Mas, aku-" Belum sempat Mikaya mengatakan permintaan maafnya, akan tetapi sudah di stop oleh Andovi lantaran ponsel pria itu berdering.
"Halo, Mira. Kenapa?" Andovi menjawab telepon tersebut.
"Ah baiklah, saya berangkat sekarang."
Andovi tampak terburu-buru usai menerima telepon dari seseorang. Dia pergi begitu saja tanpa berpamitan pada istrinya.
"Mas, sarapannya belum habis!" Mikaya berusaha mencegah suaminya, akan tetapi pria itu seolah tidak memperdulikan panggilannya.
Mikaya hanya bisa menghela napas. Mikaya seolah tidak lagi mengenali pria itu, dia bukan lagi Andovi yang ia kenal. Andovi terasa seperti pria asing baginya.
Mikaya duduk kembali. Dia tertegun sejenak.
"Mira?" gumamnya mengingat nama yang sempat Andovi sebut barusan.
"Siapa Mira?" pikir Mikaya.
Entah kenapa, perasaannya mulai berubah tidak enak. Ia memang tidak tahu betul siapa wanita itu sebenarnya. Akan tetapi ada rasa takut yang terbesit di pikirannya.
"Aku harap dia hanya rekan kerja mas Andovi saja, bukan seseorang yang membuat sikap Andovi jadi seperti ini."
Mikaya tampak sedikit gelisah. Ia harus mempertanyakan siapa Mira pada suaminya nanti setelah dia pulang dari kantor.
Lamunan Mikaya buyar seketika, pada saat ia mendengar suara tangisan Afgari dari kamar. Bayi berusia lima bulan itu sudah bangun. Mikaya bergegas pergi guna menghampiri putra kecilnya.
Mikaya langsung membuatkan susu ketika Afgari bangun, memberi susu seraya menggendong Afgari. Pikirannya masih saja tertuju pada nama wanita yang tadi sempat di sebut-sebut oleh suaminya. Bagaimanapun caranya ia harus tahu siapa itu Mira.
_Bersambung_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Intan IbunyaAzam
cri tw siapa Mira emmm
2023-09-22
1
si Umet
perlu di cari tau Mikaya
2023-06-05
1
Bunda Zhizan
suami modelan begini nih yg harus di basmi dari muka bumi,,, kasian amirrr yg punya suami modelan begini,, haizzz🥱🥱🥱
2023-05-20
1