Bianca -> Tiga

Reagan membawa Bianca pada salah satu klinik terdekat dari sana.

Penjaga administrasi yang berjaga memandang ke arah Reagan dan Bianca bergantian. “Ada yang bisa kami bantu?”

“Saya mau periksa kehamilan,” jawab Bianca.

“Sebelumnya pernah periksa di tempat lain?”

“Tidak, ini pertama kalinya.”

Suster menanyakan beberapa hal untuk pengisian data diri, lalu meminta Bianca untuk menunggu antrean bertemu dengan dokter.

Reagan berjalan di samping Bianca dan kembali duduk di samping Bianca. Tidak berapa lama nama Bianca di panggil dan mereka masuk ke dalam untuk menemui dokter kandungan.

Dokter tersebut menatap ke arah Bianca dan Reagan bergantian. “Apa kalian ini suami istri?”

Reagan menggelengkan kepalanya lebih dulu. Sementara Bianca hanya terdiam dengan wajah menunduk.

“Kita periksa rahimnya dulu ya,” ucap dokter. Suster mengarahkan Bianca untuk naik ke atas tempat pemeriksaan.

Dokter melihat layar yang menampilkan hasil USG. Begitu juga dengan Reagan dan Bianca.

“Kita bicara di kursi saja,” ucap Dokter.

Suster membersihkan jel yang menempel di kulit Bianca lalu menuntun Bianca untuk bangkit dengan cara yang harus di lakukan oleh ibu hamil, miring terlebih dahulu lalu bangun dengan perlahan.

Bianca kembali duduk di kursinya bersama Reagan.

“Keadaan janinnya cukup bagus, usianya kini menginjak sembilan minggu. Namun di usia Bianca yang masih muda sebetulnya kehamilan ini sedikit berisiko, namun kita berdoa saja untuk kelancarannya.”

Bianca merasa lega mendengar penuturan dokter.

Selama di dalam Reagan tidak banyak bicara bahkan sampai selesai pemeriksaan dan mengambil vitamin pun mulut Reagan masih terkatup rapat.

Bianca ikut masuk ke dalam mobil Reagan, dan duduk di kursi penumpang samping kemudi. “Reagan,” panggil Bianca.

Reagan menengok ke arah Bianca yang memanggilnya.

“Apa yang sekarang harus kita lakukan? Sekarang Bianca hamil, Reagan harus bertanggung jawab,” ucap Bianca mengikuti kata-kata di film tadi.

“Aku akan mengantarmu pulang,” ucap Reagan mengalihkan topik pembicaraan.

“Jangan, yang ada semuanya akan semakin kacau.” Bianca tidak ingin hubungannya dengan Reagan renggang lagi, apalagi kini ia sedang mengandung anak Reagan.

“Antar Bianca ke mal saja, nanti Bianca pulang bersama sopir.”

Saat mobil melaju beberapa kali Bianca melirik ke arah Reagan. Rasanya tidak aneh jika Reagan tidak banyak bicara, karena itu memang sifatnya. Namun Bianca penasaran akan kelanjutan hubungannya. Tetapi ia juga merasa tidak enak jika menanyakan hal ini sekarang juga, Reagan pasti terkejut dengan keadaan ini. Sejujurnya Bianca juga terkejut, namun ia lebih senang karena ia mengandung anaknya Reagan. Dan ia berharap hubungannya dengan Regan akan membaik. Karena sampai saat ini Bianca masih mencintai Reagan, meskipun orang tuanya melarang tapi rasa cinta itu tidak bisa pergi begitu saja.

Andai Reagan tidak memilih menghindar sampai kapan pun Bianca tidak akan menuruti perintah orang tuanya untuk menjauhi Reagan. Namun Reagan sendiri yang menjauh, bahkan sampai tidak bisa Bianca gapai. Namun dengan kehadiran bayi di kandungannya Bianca berharap Reagan akan berjuang.

Sesampainya di mal Bianca turun dari mobil Reagan.

Reagan membuka pintu kaca mobilnya. “Hati-hati,” ucap Reagan sebelum melajukan mobilnya.

Bibir Bianca tersenyum dengan pipi yang bersemu merah. Ia sangat bahagia mendapatkan perhatian Reagan lagi.

Bianca menatap kepergian mobil Reagan, lalu ia mengeluarkan ponselnya menghubungi sopir. Sambil menunggu Bianca masuk ke dalam mal untuk membeli minuman dingin.

Setelah pesanannya selesai Bianca kembali ke depan dan mendapati mobil sopirnya terparkir. Ia masuk ke dalam mobil. “Ayo pulang pak sebelum mommy marah,” ucap Bianca setelah duduk dengan tenang.

Sopir melajukan mobil keluar dari area parkir sementara di sisi lain mobil Reagan masih terparkir. Ia merasa cemas meninggalkan Bianca sendirian sehingga menunggunya dari kejauhan memastikan Bianca baik-baik saja. Kini perasaannya tenang setelah melihat Bianca masuk ke dalam mobil. Reagan bisa kembali bekerja dan fokus pada pekerjaannya.

Sesampainya di rumah Bianca segera menuju ruang makan. Menu makan malam sudah tertata rapi di atas meja. Bianca duduk di samping Luisa dengan senyuman di bibirnya.

“Kenapa lama?” tanya Fiona.

“Keasyikan jawab Bianca.” Tangannya membalikan piring dan mengisinya dengan makanan.

“Jangan di ulangi lagi ya,” ucap Fiona memperingati.

“Kamu kok enggak ajak kakak sih kalau mau jalan, kan bisa Kaka temani,” timpal Luisa. Ia mendapat perintah dari Ignazio untuk menemani adiknya, apalagi yang Luisa tahu setelah kejadian Anisa di pindahkan kelas Bianca tidak punya teman selain Adnan.

“Mendadak sih, soalnya bosan di rumah. Ingin jalan saja, lagian kak Luisa belum pulang saat Bianca berangkat.”

“Lain kali ajak kakak ya.”

Bianca mengangguk dan mulai menikmati makan malamnya.

Iganzio dan Fiona sedikit merasa tenang saat melihat wajah Bianca yang tampak bahagia, sebelumnya mereka tidak pernah melihat hal ini beberapa bulan ke belakang. Kini mereka merasa sedikit tenang melihat perubahan Bianca.

***

Seharian ini Bianca merasa sangat resah, pasalnya ia belum mendapatkan alasan untuk menolak ajakan Fiona yang akan membawanya ke dokter.

‘Ayo Bianca berpikir,' ucap Bianca pada dirinya sendiri.

“Kamu enggak pulang?” Tanya Adnan.

“Sebentar lagi,” jawab Bianca. Ia melihat ponselnya yang bergetar tanda panggilan masuk dari Fiona.

“Mau bareng?” tanya Adnan.

“Enggak perlu, di jemput Mommy kok. Ini lagi di jalan katanya,” jawab Bianca. Tangannya mulai berkeringat dingin memandangi panggilan dari Fiona. Ia tidak tahu harus beralasan apa.

“Oke deh. Kalau begitu aku pulang dulu ya,” pamit Adnan.

Bianca mengangguk. Ia bernafas lega saat telepon dari Fiona mati. Ia segera mengirim pesan pada Reagan.

[Reagan tolong, aku ada di kelasku.]

Bianca menunggu dengan perasaan cemas, tidak sampai lima menit Bianca sedikit merasa lega saat melihat Reagan masuk ke dalam kelas.

“Ada apa?”

“Mommy mau mengajakku ke dokter karena khawatir aku tidak kunjung datang bulan, sekarang Mommy ada di depan mau menjemputku untuk ke dokter sekarang juga,” ucap Bianca.

Reagan diam beberapa saat memikirkan cara untuk menyelamatkan Bianca. “Kamu ada jangka?”

“Ada,” jawab Bianca ia mengambil tempat pensil dan menyerahkan jangka yang di minta pada Reagan. Bianca terkejut saat melihat Reagan melukai tangannya dengan ujung jangka yang runcing.

“Kamu mau apa? jangan bunuh diri,” ucap Bianca panik.

Terpopuler

Comments

Amaliah Nofitasari

Amaliah Nofitasari

hahahaha.... udah takut Aja ya Bi...

2023-05-21

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!