Aku dan diriku bab 3

Hari ini hari minggu dan aku libur, tak ada rencana maupun kegiatan yang akan aku lakukan hari ini. Karena itu aku hanya akan berdiam diri di kamar dengan telinga yang aku pasang dengan handphone agar aku bisa melalui hari libur ku dengan tenang.

Jika kalian penasaran mengapa aku tak jalan jalan ke luar rumah agar bebas? Jawabannya karena aku tak banyak memiliki teman, setiap hari aku selalu di hadapkan dengan segala tekanan ini dan itu kritik ini begini dan ini begitu membuat mental ku down, akibatnya aku menjadi orang yang tak percaya diri penakut dan selalu merasa was was pada lingkungan sekitar.

Aku akan pergi keluar sesuai dengan kebutuhan ku, jika aku bekerja, berbelanja, dan pergi main jika ada yang mengajak jika tidak ada maka aku akan seperti sekarang mengurung diri.

Karena sampai saat ini kehadiran ku masih di anggap angin lalu, dan aku pun berusaha untuk menyesuaikan dengan kondisi saat ini. Mungkin akan di bilang sama egois nya jika aku membalas atau bahkan menyamai sikap nya seperti saat ini, namun ini lah jalan ku satu satu nya. Dengan aku yang ikut mengundurkan diri dan mengasing sendiri seperti ini akan tercipta kedamaian dan kenyaman di rumah ini, seperti yang selalu ayah harapkan seperti yang selalu dia dambakan dan ketenangan untuk seorang anak kecil.

Aku juga mendambakan ketenangan kedamaian, namun sepertinya itu mustahil jika di rumah ini aku mendapatkan itu semua. Karena ini bukan kuasa ku, aku hanya lah debu yang ikut singgah di rumah ini.

Bisakah jika aku pergi dari sini dan kost untuk diri ku sendiri? Pyuh mengapa aku tak memikirkan itu sejak lama? Aku yakin aku bisa hidup sendiri bukan, tapi tidak! Itu mustahil! Karena aku pernah mencoba nya saat itu dan apa yang terjadi? Yah penolakan makian dan ejekan yang aku terima. Karena sesuai dengan apa yang dia katakan, semua yang aku lakukan SALAH!

"Ayah aku mau minta izin boleh aku kost sendiri?"

"Apa? Tidak tidak di izinkan!"

"Apa apaan kamu itu tinggal di sini saja sudah terlalu merepotkan apalagi harus kost sendiri apa kata orang nanti? Kamu ini! Kamu mau merusak nama baik keluarga ini begitu!?"

"B-bukan mah aku fikir itu akan lebih baik karena aku bisa mandiri"

"Lagian kamu ini anak perempuan tak seharusnya kamu tinggal sendiri, kamu tahu di luar sana banyak kejahatan kejahatan. Bagaimana jika terjadi sesuatu padamu ketika kamu tinggal sendiri di luaran sana? siapa yang akan menolong mu?"

Ayah mungkin menghawatirkan aku namun jauh berbeda dengan dia, sebelum aku menjelaskan maksud ku dia sudah teriak memaki

"Tak di izinkan! Tidak terbayangkan jika kamu pulang dengan perut buncit memalukan keluarga!!"

"Astaghfirullah"

"Astaghfirullah"

"Mah jangan begitu bicara nya, ucapan adalah doa jangan sampai seperti itu!"

"Huh

Sore sebelum terjadi nya keributan semalam

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

"Bagaimana keadaan nya mah sudah sehat april? Henda tolong bawakan air putih ya untuk ayah haus sekali, jalanan macet parah pyuhh"

Ayah baru saja pulang bekerja, dengan penuh perhatian ayah menanyai keadaan ku meski dirinya masih berbalut jaket serta pakaian kerjanya, belum sempat duduk dan sudah bercerita dengan santai nya

"Entah lah, ayah lihat saja sendiri masa iya sakit sakit an terus toh sedari tadi dia berdiam diri di kamar seharian penuh!"

Ayah datang ke kamar ku setelah melepas jaket dan masih dengan pakaian kerja nya ayah duduk di samping ranjang tidur dan bertanya tentang keadaan ku

"Bagaimana keadaan kamu sudah baikkan? Atau mau di periksa ke dokter?"

"Sudah baikkan ko ayah, kayak nya nggak harus ke dokter toh besok juga sudah sehat lagi"

Jawabku seraya tersenyum, hangat dan begitu tenang seperti saat ini adalah kenyamanan yang paling sempurna dalam rumah ini.

"Ck sudah lah ayah jangan terlalu di manjakan hanya sakit bulanan, biasa bagi para perempuan. Lagian ayah ini bukan kah seharus nya ayah beristirahat? Mengapa sibuk mengurusi orang sakit, yang sakit nya sudah biasa berulang dengan sendirinya!?"

Mamah berteriak di luar kamar dengan sedikit nada marah, mungkin dia kesal bukan nya istirahat setelah bekerja seharian penuh malah sibuk mengurusi aku.

Lalu ayah keluar kamar seraya berkata

"Iya mah sudah, ayah hanya bertanya tentang keadaan nya apakah ada kemajuan atau masih tetap rasa sakit nya kan tidak salah?"

"Alah ayah ini itu sama saja ayah terlalu memanjakan dia, ingat jika aku atau anakku yang sakit ayah selalu banyak beralasan 'sebentar ayah sedang lelah sekali ya' ayah ini semua itu sama dengan ayah pilih kasih pada kami!"

"Lho mah mengapa jadi di perpanjang seperti ini? Ayah kan hanya bertanya. Tak ada pilih kasih pilih kasih mah, ayah sayang kepada kalian semua."

Mereka berselisih paham, jarak kamar ku dan juga ruang keluarga tak terlalu begitu jauh rumah yang di bangun dengan sederhana menjadikan kami bisa mendengar percakapan siapapun dan di mana pun dengan mudah nya, sebab itu aku tak pernah tertinggal cerita cerita yang menarik maupun yang terasa sakit karena aku bisa mendengar semua nya meski di dalam kamar.

Lalu waktu terus berputar hingga malam tiba dan kejadian tak terduga semalam terjadi. Mungkin bagiku sikap ayah yang hangat itu menyenangkan namun berbeda dengan mamah dan henda.

Namun aku tak menyangka bahwa mamah akan menuntut cerai dengan ayah, yang aku tak habis fikir mengapa bisa sampai sejauh itu? Apakah aku benar benar beban dan penghalang bagi dia? Jika iya begitu maka aku yang harus pergi bukan salah satu dari mereka atau bahkan perpisahan bagi mereka. Dan aku putuskan untuk keluar kamar lalu mengutarakan apa yang aku maksud, aku bisa hidup sendiri jika itu memang perlu dan lebih baik dari pada perpisahan mereka. Tapi aku di tolak dan mereka kembali seperti biasa.

🍂🍂🍂

"assalamualaikum"

Cetrek cetrek

Suara kunci pitu yang dibuka lalu aku masuk dan langsung menuju kamar ku, tak ada basa basi hari ini sudah cukup lelah untuk ku, aku ingin beristirahat dengan berbaring sejenak di kasur.

Tapi aku teringat satu hal dan aku putuskan untuk mengutarakan nya selepas aku mandi agar tubuh ku kembali segar.

"Mah ada toko baru di pasar, toko nya sangat ramai sekali seperti kedai makanan yang unik gitu mah"

Aku akhirnya keluar kamar mengutarakan apa yang sempat teringat ingin ku katakan.

Seperti yang ku katakan di pasar ada sebuah kedai yang baru saja di buka begitu ramai pengunjung hingga membuat jalanan sedikit macet siapa tahu orang tua ku dan adikku ingin pergi berkunjung juga.

Mamah dan henda sedang asik bergurau sembari menonton televisi, mendengar aku berbicara mereka terhenti sejenak lalu empat pasang mata tertuju padaku

"Lalu?"

Hanya itu respon yang aku terima dari mamah, henda hanya melirik ku sebentar lalu kembali mengajak mamah bergurau

"Ahh hehe kan kali aja mamah ayah sama henda ingin berkunjung melihat nya begitu"

Kaku aku tak menyangka akan mendapatkan respon sesingkat itu. Merasa tak di butuhkan aku kembali ke dalam kamar ku merebahkan tubuh ku yang memang sudah sangat lelah dengan hari hari ku ini.

Sejak kejadian mamah mengamuk yang berakhir biasa kembali, aku di acuhkan, tak di sapa juga tak di lihat seperti tadi bahkan jika aku berbicara aku akan di diamkan tak di tanggapi.

🍂🍂🍂

"Kamu bisa nyuci nggak sih? Ini cuma cuci piring masa seperti ini saja kamu tidak bisa? Lihat! Ini masih ada nodanya, di tambah masih bau amis gimana kamu tuh!!?"

Lagi dia selalu mengamuk sembari memaki ku setiap harinya, apapun semua yang aku kerjaan selalu salah dimata nya. Entah itu pekerjaan rumah atau pun perintah perintah yang dia berikan untukku.

Semenjak aku bekerja sikapnya semakin menjadi, apalagi kini aku dia ayah dan henda sudah pindah ke rumah baru kami. Jadi tak ada keraguan apapun untuk dia membentak ataupun memarahiku tentang apa yang salah ketika aku mengerjakan sesuatu.

Bahkan aku di harus kan ini ikut andil membayar uang listrik ataupun untuk air yang aku pakai di rumah ini. Aku nggak bisa hemat air bahkan karena setiap harinya aku men charger handphone ku maka itu aku harus membayar lebih untuk listrik yang aku gunakan, begitu katanya. Mau tak mau aku harus patuhi jika masih ingin tinggal bersama mereka disini.

.....

"Ayah anak mu itu kenapa sih? Setiap hari kerjaan nya hanya bermalas malas an, bahkan sekarang dia tak membantu aku di rumah ini. Dia hanya bersantai di kamar tak perduli aku tengah kerepotan!"

Langkah ku terhenti kala mendengar dia berbicara tentang aku. Hari ini sabtu dan ayah sedang libur bekerja jadi ayah ada di rumah, sedangkan aku masih bekerja karena aku hanya libur di hari minggu saja.

Saat aku hampir menuju teras rumah langkah ku terhenti karena mendengar penuturan dia tentang ku, memang akhir akhir ini aku mengikuti sikap mereka yang mengacuhkan aku dan aku hanya diam di kamar setiap harinya tanpa bertegur sapa maupun membantu pekerjaan nya di rumah. Toh semua yang ku lakukan salah di mata nya logikaku kini mulai bekerja, meski masih ada sedikit rasa takut tapi aku akan berusaha demi diriku dan juga ayah.

"Memang nya dia berulah apa lagi? Lagian kalo mamah lelah sudah jangan di paksakan istirahatkan saja mah, ada henda juga kan kalo dia nggak mau bantu"

"Alah ayah ini tak mengerti selalu membela anak itu, kalo aku nyuruh henda kasian lah dia masih kecil di suruh suruh lagian anak ayah tuh makin sini makin nggak sopan kurang ajar!!"

"Sudah mah sudah jangan terlalu keras suaranya nanti terdengar orang malu, henda juga kan sedang tidur nanti dia terbangun lagi"

"..."

Tak ada lagi suara, mereka sudah berhenti mengobrol.

Tok tok tok

Cetrek cetrek

Kunci di buka dengan daun pintu yang ikut terbuka bersamaan dengan ayah yang melihat ku, aku tersenyum kemudian mengucap salam. Belum sempat aku mencium tangan nya, ayah berlalu pergi ke ruang keluarga mengacuhkan aku dan tangan ku yang sudah siap untuk menyalaminya.

"Huh💨"

Ku tutup pintu dan ku kunci lalu ke kamar, kembali merebah dengan handphone di telinga.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!