Elina pun tesenyum bahagia saat sang pujaan hati mampu memberikan lebih dari cinta yaitu sebuah rasa kedamaian dalam hati seberat apapun masalah bukan masalah yang membuat diri Elina rapuh melainkan mental.
Mental yang terpuruk pun semakin membuat Elina hancur beruntung Andra datang seperti sebuah cahaya di keadaan gelap gulita dan terasa sunyi sepi.
Dengan mobil milik Andra yaitu sebuah mobil Pajero sport yang ia bawa dengan kecepatan sedang Andra tesenyum menatap tiada henti wanita yang kini di sampingnya.
"Ndra kamu tahu jika tidak ada kamu aku merasa sepi sekali hidup ini, ibuku meninggal dari aku kecil dan ayah ku meninggal saat usia ku 19 tahun. Hidup ku terasa hampa, mana kala semua pergi meninggalkan aku sendiri. Aku pun punya kakak laki-laki namun entah kemana" kata Elina sambil merangkul tangan kekar yang saat ini sedang membawa mobil.
"Berjanji lah untuk tetap bahagia" kata Andra.
"Selama bersama mu mungkin aku bisa bahagia, aku beruntung memiliki mu" kata Elina.
"Justru aku yang beruntung memiliki mu, mampu mengenal mu" kata Andra.
Perjalanan cinta selama tiga bulan membuat Elina merasakan betapa baiknya seorang pria bernama Andra. Bahkan saat ini Andra membantu mengcover biaya hidup Elina meski dalam hal ini Elina tak memintanya.
Elina pun masih bekerja, sebagai make up artis untuk acara lamaran atau wedding, penyanyi dan pemain piano untuk sebuah kafe. Sebagai orang biasa Elina cukup multitalenta
Elina yang suka menyanyi dan bisa bermaain alat musik piano itu menjadi nilai plus dirinya karena dengan cara itu ia bisa mendapat uang.
Ya Elina yang dulunya hidup berkecukupan itu ketika SMA pernah ikut les piano.
Selain itu Elina juga bekerja sebagai make up artis untuk acara wisuda, lamaran dan weeding, Elina bisa melakukan itu karena sering di ajak teman yang punya usaha jasa wedding per dan Elina pun kursus tipis-tipis hingga mulai bisa.
Dan itu semua dilakukan demi Elina bisa hidup dan melunasi hutang yang ada.
Hutangnya pun cukup lumayan, bahkan berhutang pada beberapa teman bisnis almarhum Febrian.
Sungguh menyedihkan
Elina terkadang hanya bisa tersenyum getir bila ingat masa jayanya dulu.
Mobil yang sering gonta-ganti, rumah mewah dan hidup lengkap tanpa kekurangan sesuatu apapun. Seketika raib karena papa dari Elina di penjara usaha papa bangkrut karena ada pengkhianatan dari orang kepercayaan papa.
Tapi sebelum kepergian papa untuk selamanya dalam hidup papa selalu bilang untuk Elina agar berhati-hati karena selama ini papa punya musuh yang bisa saja melakukan hal diluar dugaan.
Tapi jika di ingat apa yang dikatakan Febrian yaitu papa Elina adalah tentang hidup yang terkadang tak selalu baik kembali lagi tapi Elina harus kuat dalam menjalani cobaan hidup.
Hingga pagi menjelang saat itu Elina terlihat memasak makanan yang akan ia berikan pada sang kekasih yaitu Andra. Elina merasa jika Andra adalah orang yang baik dan Elina beruntung dapat mengenalnya lebih jauh.
Hingga saat itu Elina membuat sup dan ayam yang ia taruh di sebuah tempat makan.
Lalu Elina pun memasukan ke dalam tas bekal yang Elina miliki.
Elina pun terlihat cantik anggun dan rapi saat itu, Elina tak mau terlihat buruk di depan orang yang ia cintai.
Elina pun keluar dari rumah kontrakan yang hanya tiga petak itu lalu siap-siap untuk bertemu dengan sang kekasih
Elina pun menunggu sang kekasih yang datang menjemput dirinya di depan gang depan rumah sambil menikmati udara segar pagi yang menyejukkan.
Hingga suara klakson mobil terdengar, Elina pun tersenyum mana kala dirinya dapat melihat jelas mobil Andra yang telah datang.
"Sudah lama kamu menunggu" tanya Andra.
"Ya lumayan" kata Elina.
"Kamu mau kemana?"
"Kemana ya terserah sih mumpung weekend aja"
"Benar ya" kata Andra.
"Oke siap" jawab Elina tanpa ragu.
Selama perjalanan yang cukup jauh terlihat Andra yang merahasiakan dirinya kemana akan pergi. Dan tanpa di duga Andra membawa Elina menuju rumahnya. Di kediaman rumah Andra yang cukup besar dan luas.
"Ini rumah siapa?" Tanya Elina yang menatap rumah yang ia datangi sambil memandang ke arah kiri dan kanan rumah yang cukup besar hampir sama besarnya dengan rumah Elina dulu. Hanya saja Elina yang dulu kaya raya harus merasa pil pahit menjadi orang yang serba kekurangan untuk saat ini.
"Rumah ku, bagaimana cukup besar bukan? Ya lebih tepatnya rumah orang tua ku" kata Andra sambil tersenyum.
"Dulu rumah ku sebesar ini juga loh, bahkan lengkap dengan fasilitas karaoke, mini bar, kolam renang dan tempat gym segala. Cuma memang itu dulu, dulu banget sebelum berada di titik ini"
"Tapi kok aku gak percaya yah, soalnya aku ketemu kamu pas posisi saat ini sih" jawab Andra yang sebenernya cukup membuat hati Elina tersinggung.
"Ya terserah deh kamu mau percaya atau gak, gak ada untungnya juga maksa kamu buat percaya semua yang aku ucapkan" kata Elina sambil tersenyum miring sebal.
"Aduh, gitu aja ngambek sih sayang. Jangan ngambek ya, jangan marah sayang, nanti cantiknya luntur"
"Sengaja emang mau di luntur-lunturin biar kamu tahu rasa punya pacar gak cantik lagi kamu masih setia gak" kata Elina yang tiba-tiba marah.
"Idih cinta itu sekali, mau kamu berubah jadi Hulk juga kalau pas marah aku mah tetap sayang" kata Andra memberikan rayuannya.
"Halah, cuma di mulut doang paling"
"Hehehe ya terserah deh kamu mau percaya atau gak, yang penting kita masuk aku mau kenalin kamu ke mama ku" kata Andra.
"Sekarang?" Tanya Elina yang tak menyangka bahwasanya dirinya belum siap untuk bertemu orang tua dari Andra.
"Bukan, tahun depan. Ya sekarang lah Romlah. Kenapa emang masalah buat kamu ketemu sama orang tua aku"kata Andra yang memegang kedua pundak Elina.
"Bukan begitu Bambang, aku belum siap ketemu sama papa dan kamu. Aku gak cantik nih takutnya masih ada kurang di mata papa dan mama mu" kata Elina.
"Ya ampun cantik kok cantik banget malah, kamu kan mau jadi istri aku masa malu dan gak mau. Jadi aku mau kamu siap, kapan pun dan dimana pun, oke"
"Haduh.. yaudahlah sayang. Aku siap, lebih cepat kita menikah lebih cepet juga kan halalnya biar bisa, heeemmmppp yaitulah, hehehhe" kata Elina berbasa basi soal dirinya yang sebenarnya sudah ingin menikah dan merasakan bercinta pada pasangan halalnya.
"Itu apa sih, kalo bicara itu yang jelas jangan sepotong potong"
"Halah pura-pura cupu padahal suhu, kan... Ya kan.. kamu masa gak ngerti kalau orang nikah itu biasanya setelah menikah adalah malam pertamina" kata Elina.
"Ye elah, mesum banget ingat umur masih muda udah mikir jauh aja" kata Andra.
"Ya gak apa-apa lagi, kan kode" kata Elina.
Andra pun tersenyum melihat gadis 19 tahun itu tersenyum sambil berbicara panjang kali lebar.
Pria berumur 28 tahun itu pun menggandeng wanita yang kini disampingnya.
Bukan papa dan mama yang Andra temui melainkan adik dari Andra yaitu Kanya yang sedang duduk sambil memegang masker dan bermain gadget di ruang tamu.
"Siapa tuh?" Kata Kanya yang menatap tajam melihat wanita yang Andra bawa saat itu.
"Kenalin ini pacar kakak"
"Waduh bawa cewek lagi lu, yang kemarin bukannya belum putus"
"Sssttt.. sembarangan aja kalo ngomong. Maaf ya Lin, adik aku emang suka bicara asal. Tapi bener kok cuma kamu aja" kata Andra.
"Ya.. buat saat ini sih kamu aja" sahut Kanya lagi.
"Mulai... Awas lu ya" kata Andra.
"Gak takut gua sama lu" kata Kanya sambil menaikkan bola matanya ke atas.
Setelah itu Andra pun menyuruh Elina duduk.
"Oia sebelumnya aku lupa kenalin adik aku, namanya Kanya putri. Paling cantik, paling bawel dan paling rese di rumah ini" kata Andra menatap Kanya.
"Heleh" kata Kanya singkat.
"By the way, papa mama mana?"
"Pergi" jawab Kanya.
"Serius nanya?"
"Pergi, ada acara nikahan om Ridwan emang gak tahu"
"Kirain papa dan mama berangkat malam" kata Andra.
"Ada apa sih lu nanya-nanya Papa dan mama tumben amat" kata Kanya yang menatap sang Kakak sinis.
"Ini loh gue bawa calon istri, buat kenalin ke papa dan mama"
"What?? Gak bisa lu mau nikah gitu aja. Gue duluan, asal lu tahu ya gue juga mau nikah. Gak bisa lu langkahin gua" kata Kanya.
"Eh lu kan adiknya, gua Abang lu ya pantesnya memang gua duluan"
"Eh Tukang jengkol. Gue perempuan afdol aja tuh nikah duluan daripada gue telat nikah kan. Lagi pula gua udah bicara kan ini sama Papa dan mama"
"Ah tukang selingkuh aja mau nikah lu, belajar setia dulu sebelum nikah"
"Yaaaahh kalau gue gak setia tanya bokap gue, mungkin buah itu emang jatuh gak jauh dari pohonnya. Hahaha lagi pula ini perempuan yang lu ceritain itu ya, yang suka lu kasih duit buat nutup kehidupannya" kata Kanya yang bicara tanpa di tutupi.
"Ssst.... Bisa gak sih kalau bicara itu sopan dikit" kata Andra kesal.
Akhirnya Kanya pun pergi dari tempat duduk yang ia duduki lalu menghapus masker wajah yang ada di wajahnya.
Setelah selesai Kanya pun duduk kembali di ruang tamu dan menatap ke arah wanita yang saat ini menjadi pacar kakaknya.
"Btw, gue duluan ya yang nikah karena gue kan udah di lamar setahun yang lalu..masa harus nunggu lagi" kata Kanya.
"Yaudah gue ngalah buat adik tercinta,.btw calon gua ini seorang make up artis loh" kata Andra yang mengungkapkan kemampuan Elina di hadapan adiknya dengan bangga.
"Oh ya? Bagus dong bagaimana kalau lu aja yang jadi make up artis gua, kebetulan gue emang lagi cari make up artis. Boleh liat ig lu gak, gue mau tahu dulu"
"Iya lu liat aja ignya" sahut dari Andra.
Lalu Kanya pun di berita tahu ig dari Elina oleh Andra.
Seketika saat melihat hasil yang ada di ig Kanya pun tertarik dengan hasil makeup Elina.
"Eh jangan aku malu" kata Elina yang tak enak hati merasa masih belum bagus hasil make up yang Elina buat.
"Boleh juga, mau deh kalau gitu" kata Kanya sambil memperhatikan hasil make up yang di buat Elina.
"Apa?" Kata Elina.
Elina pun sontak saja kaget dengan ucapan dari Kanya dan jelas menolak dengan tawaran yang tak ia sangka itu, mendadani calon adik ipar di acara pernikahan seperti sebuah hal sulit dan mimpi buruk untuk di lakukan pasalnya akan banyak beban kalau tidak sesuai harapan sang calon adik ipar.
Elina pun terdiam mematung tak menjawab iya ataupun tidak, mau menolak rasanya tidak enak. Menerima pun rasanya akan menjadi beban bila tak sesuai harapan.
"Kenapa diam, tenang tenang, gue pasti bayar kok gua gak akan minta gratis, gak mungkin gua mau yang gratisan secara calon suami gua kan kaya raya" kata Kanya dengan sombong.
"Bukan soal itu" kata Elina yang menggelengkan kepalanya.
"Oh kurang, lu mau berapapun pasti gue bayar, 10 juta atau 15 juta. Gue pasti bayar tenang aja. Apa perlu gue kasih dp sekarang nih" kata Kanya menantang Elina.
"Yaudah deal, dia mau katanya" kata Andra tiba-tiba
"Apas sih kamu yank, aku kan belum jawab iya" kata Elina mencubit pinggang Andra.
"Addduh Diam itu bukan artinya iya. Udah terima aja, iya katanya" kata Andra.
"Oke deal sip lah!" kata Kanya yang langsung setuju.
Hadeh sial, dari sekian banyak klien cuma ini yang paling berat. Berat bukan karena pekerjaan tapi grogi kalau harus makeupin calon adik ipar takut gak seusuai harapan batin Elina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments